Komunitas Lungatad Berseri Berdayakan Potensi Irigasi Subak
Memasuki Gang Dewi Sri di Jalan Padma, di pinggir kawasan irigasi sudah dihiasi dengan berbagai tanaman bunga. Juga, aliran air tidak dihambat oleh sampah, sehingga ikan-ikan yang dibudidayakan dapat terlihat jelas.
DENPASAR, NusaBali
Apa jadinya, jika di tengah-tengah suasana Kota Denpasar yang sibuk, ada kawasan hijau nan asri yang berpotensi untuk menjadi kawasan agrowisata? Setidaknya inilah visi jangka panjang dari Komunitas Lungatad Berseri (Bergerak Selamatkan Irigasi), yang kini tengah giatnya mewujudkan lingkungan subak yang asri di kawasan Subak Lungatad, Banjar Peninjoan, Desa Peguyangan, Denpasar Utara.
Perjuangan komunitas ini dimulai sejak November 2019 lalu, saat komunitas ini telah berusaha membersihkan kawasan sungai di subak tersebut. Terungkap, kala itu kawasan irigasi tersebut berada dalam kondisi memprihatinkan dengan sampah-sampah plastik yang mendominasi aliran tersebut.
“Kami lakukan pembersihan sampah plastik dengan membuatkan jaring-jaring sampah. Setelah beberapa bulan itu kami membudidayakan ikan secara swadaya. Untuk pembibitan itu dari Dinas Perikanan itu sekitar 10.000 ikan yang dari ukuran 3 sampai 5 cm. Bulan Februari kita tebar, dan selama dua bulan sudah menjadi ikan yang pantas dikonsumsi,” ujar I Nyoman Wijaya, Kelian Banjar Peninjoan yang juga inisiator dari gerakan Lungatad Berseri ini.
Tak berhenti sampai di sana, kini Komunitas Lungatad Berseri ini tengah giat-giatnya mengembangkan potensi pertaniannya. Seperti yang terpantau NusaBali pada Senin (27/7) sore, komunitas Lungatad Berseri ini kini tengah dalam pembuatan booth dari bambu di sepanjang aliran irigasi kawasan subak tersebut yang nantinya akan di tanami dengan berbagai tanaman pangan.
Ide ini tak lepas dari adanya booth tanaman yang berada di Agro Learning Center di sepanjang Gang Raya, Jalan Cekomaria, Denpasar, yang berlokasi tak jauh dari subak Lungatad ini. “Ke depannya kami ingin berinovasi dengan ALC untuk media tanam agro, kami minta bantuan untuk edukasi dan cara bagaimana membentuk agro yang bisa dimanfaatkan petani di luar komunitas. Dan kami mewakili komunitas, sangat ingin ALC dan pemerintah terkait untuk membantu kelancaran, di mana nanti desa atau banjar kami menjadi desa wisata atau desa percontohan,” harap I Nyoman Wijaya.
Sementara itu, I Nyoman Bhaskara selaku pendiri ALC yang notabene juga merupakan warga yang telah menjadi bagian dari Banjar Peninjoan selama 20 tahun lebih, merasakan panggilan moral untuk mendukung gerakan ini. “Bentuk tanggung jawab saya itu antara lain tentu saja saya harus proaktif terlibat mulai proses bagaimana anak-anak muda, kemudian desa untuk membuat sebuah perencanaan, bagaimana mengeksekusi rencana itu,” ujarnya di sela-sela kegiatan Komunitas Lungatad.
Meski visi untuk menjadikan kawasan Subak Lungatad ini sebagai kawasan agrowisata masih memerlukan perjalanan yang panjang, namun kini kerja keras Komunitas Lungatad Berseri perlahan terlihat. Kini, memasuki gang Dewi Sri di Jalan Padma, di pinggir kawasan irigasi sudah dihiasi dengan berbagai tanaman bunga. Juga, aliran air tidak dihambat oleh sampah, sehingga ikan-ikan yang dibudidayakan dapat terlihat jelas.
Bahkan, untuk melindungi irigasi dan ikan-ikan di kawasan ini, peraturan dalam bentuk pararem adat telah dibuat dengan sanksi yang jelas. “Yang pertama ada larangan sampah, ini kami buat untuk efek jera kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang membuang sampah ke saluran irigasi dengan sembarangan. Untuk larangan memancing atau meracun (ikan), kami meminta pertimbangan dari Dinas Perikanan, dan kami buatkan itu dengan sanksi yang sangat besar. Sesuai sanksi adat di pararem, itu kami kenakan denda Rp 500.000. Itu kesepakatan kami juga dengan peraturan kota dari DLHK,” papar I Nyoman Wijaya.*cr74
Komentar