Setelah Bali Raih Peringkat Tertinggi dalam Sejarah PON
Kontingen Bali akhirnya mengukir sejarah untuk kali pertama tembus peringkat 6 besar PON, sejak partisipasi pertamanya di pesta olahraga multievent nasional empat tahunan ini pada 1961.
'Tantangan Berat, Mempertahankan'
BANDUNG, NusaBali
Kontingen Bali finish di peringkat enam klasemen akhir dalam PON XIX 2016 di Jawa Barat, dengan koleksi 20 medali emas, 21 perak, 35 perunggu. Bagi petinggi KONI Bali, mempertahankan prestasi 6 besar ini merupakan tantangan berat di masa datang.
Perhelatan PON sudah digelar sejak pesta di Solo tahun 1948. Namun, Bali pertama kali ikut PON dengan bendera provinsi sendiri pada pesta di Jakarta 1961. Sedangkan pada PON III 1951 dan PON IV 1957, Bali masih bergabung dengan NTB-NTT. Sementara di dua PON pertama pada 1948 dan 1951, Provinsi Bali (juga NTB-NTT) belum terbentuk.
Dari sekian kali penyelenggaraan PON, prestasi terbaik Bali sebelumnya direngkuh pada PON X 1981 (peringkat 9), PON XVII 2008 di Kalimantan Timur (peringkat 9), dan PON XVIII 2012 di Riau (peringkat 9). Barulah di PON XIX 2016, Bali tembus peringkat 6 besar (di bawah Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur). Bali bukan hanya tembus peringkat 6 besar (tertinggi sepanjangan sejarah), namun untuk kali pertama pula sukses mendulang 20 medali emas di arena PON.
Medali emas tersebut masing-masing dipersembahkan dari cabang primadona layar (5 emas), judo (2 emas), pencak silat (2 emas), atletik (2 emas), tarung derajat (2 emas), cricket (2 emas), karate (1 emas), kempo (1 emas), angkat besi (1 emas), dan panjat tebing (1 emas).
Catatan penting lainnya, ada tiga atlet yang berjaya memborong 2 medali emas di PON XIX 2016, masing-masing Maria Natalia Londa (atletik), I Gusti Made Oka Sulaksana (layar), dan Nyoman Suartana (layar). Kecuali itu, satu atlet lagi sukses barong 1 emas dan 1 perak, yakni Eva Lilian van Leenen (renang). Sedangkan cabang primadoda pencak silat dan menembak, justru kehilangan banyak medali emas kali ini.
Wakil Ketua Kontingen PON Bali, Maryoto Subekti, mengakui prestasi atlet dalam PON XIX 2016 di Jawa Barat, 17-29 September 2016), termasuk amat membanggakan. Sebab, para atlet mampu memenuhi target meraih 20 medali emas sebagaimana dibebankan KONI Bali.
Nah, setelah sukses tembua peringkat 6 besar, kata Maryoto, tantangan berat bagi Bali adalah mempertahankan prestasi tersebut dalam PON XX 2020 mendatang di Papua. "Sulit rasanya mempertahankan posisi 6 besar di Papua nanti. Itu tantangan besar," ujar Maryoto kepada NusaBali di Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/9).
Karena itu, kata Maryoto, jajaran KONI Bali segera akan melakukan evaluasi laga PON XIX 2016 dan proyeksi PON XX 2020. “Tugas saya mengawal Pelatda Bali. Cabang olahraga yang tidak memenuhi target dan prediksi awal di PON 2016, akan dievaluasi secara menyeluruh," tegas karateka senior Inkai yang ikut andil mempersembahkan medali perak Kumite Beregu Putra dalam PON XII 1989 ini.
Maryoto tidak menyebut satu per satu cabang olahraga yang tidak memenuhi target. Yang jelas, beberapa cabang olahraga yang tidak sesuai harapan di PON 2016. Khusus pencak silat, kata Maryoto, sejak awal hanya ditarget meraih 3 medali emas dalam PON 2016, meskipun sebelumnya cabang primadona ini sukses mendulung 6 medali emas dan 1 perak di PON XVIII 2012. Dari target tersebut, pencak silat hanya mampu mendulang 2 emas, 2 perak, 4 perunggu.
“Sedangkan cabang menembak gagal mempertahankan medali emas di PON 2016 ini,” katanya. "Nah, caban g olahraga yang tidak sesuai target awal, akan dipanggil untuk didengar apa penyebabnya. Sehingga, ke depan memiliki data untuk perbaikan tersebut," tegas pembina olahraga yang juga dikenal sebagai poegiat seni peran ini.
Menurut Maryoto, cabang olahraga eksibhisi memiliki peluang bagus ke depan, apalagi nomor pertandingannya banyak. Untuk itu, cabang-cabang ini akan didorong persiapannya lebih awal mulai sekarang. Setelah usainya PON XIX 2016, Maryoto selaku Wakil Ketua Kontingen Bali berharap bonus atlet bisa segera dicairkan. “Kami tugasnya mengantarkan atlet sampai di sini," tandas karateka senior sepesialis Kelas Bebas ini.
Sedangkan Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi, menyatakan bonus atlet PON sudah direncanakan sejak awal melalui APBB Perubahan 2016. Bagi atlet yang memiliki prestasi, pasti diberikan reward. Hanya saja, jumlahnya belum ditetapkan berapa untuk peraih medali emas, perak, atau perunggu.
"Sudah ada formula nilai bonus. Untuk peraih medali emas, bonusnya dirancang Rp 150 juta. Siapa tau nanti ditambah nilai bonusnya. Kami akan temui Gubernur Bali terkait pencairan bonus atlet PON ini," terang Suwandi yang notabene mantan Ketua KONI Badung.
Suwandi berharap masa depan atlet berprestasi juga diperhatikan pemerintah. Meski sulit menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tapi setidaknya bisa diberi kesempatan sebagai tenaga kontrak, tentunya disesuaikan dengan aturan yang berlaku. “Bukan hanya pemerintah provinsi, tapi pemerintah kabupaten/kota juga harus memperhatikan mereka. KONI siap mengawal. Jangan sampai begitu selesai, tidak ada apa-apa.” pinta Suwandi. * dek,nar
BANDUNG, NusaBali
Kontingen Bali finish di peringkat enam klasemen akhir dalam PON XIX 2016 di Jawa Barat, dengan koleksi 20 medali emas, 21 perak, 35 perunggu. Bagi petinggi KONI Bali, mempertahankan prestasi 6 besar ini merupakan tantangan berat di masa datang.
Perhelatan PON sudah digelar sejak pesta di Solo tahun 1948. Namun, Bali pertama kali ikut PON dengan bendera provinsi sendiri pada pesta di Jakarta 1961. Sedangkan pada PON III 1951 dan PON IV 1957, Bali masih bergabung dengan NTB-NTT. Sementara di dua PON pertama pada 1948 dan 1951, Provinsi Bali (juga NTB-NTT) belum terbentuk.
Dari sekian kali penyelenggaraan PON, prestasi terbaik Bali sebelumnya direngkuh pada PON X 1981 (peringkat 9), PON XVII 2008 di Kalimantan Timur (peringkat 9), dan PON XVIII 2012 di Riau (peringkat 9). Barulah di PON XIX 2016, Bali tembus peringkat 6 besar (di bawah Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur). Bali bukan hanya tembus peringkat 6 besar (tertinggi sepanjangan sejarah), namun untuk kali pertama pula sukses mendulang 20 medali emas di arena PON.
Medali emas tersebut masing-masing dipersembahkan dari cabang primadona layar (5 emas), judo (2 emas), pencak silat (2 emas), atletik (2 emas), tarung derajat (2 emas), cricket (2 emas), karate (1 emas), kempo (1 emas), angkat besi (1 emas), dan panjat tebing (1 emas).
Catatan penting lainnya, ada tiga atlet yang berjaya memborong 2 medali emas di PON XIX 2016, masing-masing Maria Natalia Londa (atletik), I Gusti Made Oka Sulaksana (layar), dan Nyoman Suartana (layar). Kecuali itu, satu atlet lagi sukses barong 1 emas dan 1 perak, yakni Eva Lilian van Leenen (renang). Sedangkan cabang primadoda pencak silat dan menembak, justru kehilangan banyak medali emas kali ini.
Wakil Ketua Kontingen PON Bali, Maryoto Subekti, mengakui prestasi atlet dalam PON XIX 2016 di Jawa Barat, 17-29 September 2016), termasuk amat membanggakan. Sebab, para atlet mampu memenuhi target meraih 20 medali emas sebagaimana dibebankan KONI Bali.
Nah, setelah sukses tembua peringkat 6 besar, kata Maryoto, tantangan berat bagi Bali adalah mempertahankan prestasi tersebut dalam PON XX 2020 mendatang di Papua. "Sulit rasanya mempertahankan posisi 6 besar di Papua nanti. Itu tantangan besar," ujar Maryoto kepada NusaBali di Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/9).
Karena itu, kata Maryoto, jajaran KONI Bali segera akan melakukan evaluasi laga PON XIX 2016 dan proyeksi PON XX 2020. “Tugas saya mengawal Pelatda Bali. Cabang olahraga yang tidak memenuhi target dan prediksi awal di PON 2016, akan dievaluasi secara menyeluruh," tegas karateka senior Inkai yang ikut andil mempersembahkan medali perak Kumite Beregu Putra dalam PON XII 1989 ini.
Maryoto tidak menyebut satu per satu cabang olahraga yang tidak memenuhi target. Yang jelas, beberapa cabang olahraga yang tidak sesuai harapan di PON 2016. Khusus pencak silat, kata Maryoto, sejak awal hanya ditarget meraih 3 medali emas dalam PON 2016, meskipun sebelumnya cabang primadona ini sukses mendulung 6 medali emas dan 1 perak di PON XVIII 2012. Dari target tersebut, pencak silat hanya mampu mendulang 2 emas, 2 perak, 4 perunggu.
“Sedangkan cabang menembak gagal mempertahankan medali emas di PON 2016 ini,” katanya. "Nah, caban g olahraga yang tidak sesuai target awal, akan dipanggil untuk didengar apa penyebabnya. Sehingga, ke depan memiliki data untuk perbaikan tersebut," tegas pembina olahraga yang juga dikenal sebagai poegiat seni peran ini.
Menurut Maryoto, cabang olahraga eksibhisi memiliki peluang bagus ke depan, apalagi nomor pertandingannya banyak. Untuk itu, cabang-cabang ini akan didorong persiapannya lebih awal mulai sekarang. Setelah usainya PON XIX 2016, Maryoto selaku Wakil Ketua Kontingen Bali berharap bonus atlet bisa segera dicairkan. “Kami tugasnya mengantarkan atlet sampai di sini," tandas karateka senior sepesialis Kelas Bebas ini.
Sedangkan Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi, menyatakan bonus atlet PON sudah direncanakan sejak awal melalui APBB Perubahan 2016. Bagi atlet yang memiliki prestasi, pasti diberikan reward. Hanya saja, jumlahnya belum ditetapkan berapa untuk peraih medali emas, perak, atau perunggu.
"Sudah ada formula nilai bonus. Untuk peraih medali emas, bonusnya dirancang Rp 150 juta. Siapa tau nanti ditambah nilai bonusnya. Kami akan temui Gubernur Bali terkait pencairan bonus atlet PON ini," terang Suwandi yang notabene mantan Ketua KONI Badung.
Suwandi berharap masa depan atlet berprestasi juga diperhatikan pemerintah. Meski sulit menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tapi setidaknya bisa diberi kesempatan sebagai tenaga kontrak, tentunya disesuaikan dengan aturan yang berlaku. “Bukan hanya pemerintah provinsi, tapi pemerintah kabupaten/kota juga harus memperhatikan mereka. KONI siap mengawal. Jangan sampai begitu selesai, tidak ada apa-apa.” pinta Suwandi. * dek,nar
1
Komentar