Muncul Gagasan Bikin Fragmentasi Makotek untuk Dipentaskan
Kadis Kebudayaan Kabutapen Badung, Ida Bagus Anom Bhasma, pastikan pemerintah siap dukung rencana pihak Desa Pakraman Munggu bikin fragmentasi Makotek dan festival.
Tradisi Makotek Milik Desa Pakraman Munggu Masuk Warisan Budaya Tak Benda Nasional
MANGUPURA, NusaBali
Jauh sebelum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mema-sukkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional, tradisi ritual Makotek milik Desa Pakraman Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung sudah dikenal luas masyarakat Bali. Bahkan, ritual Makotek jadi tontonan menarik bagi wisatawan asing yang kebetulan berlibur di Bali saat atraksi digelar pada Hari Raya Kuningan. Kini, muncul gagasan bikin fragmentasi Makotek untuk dipentaskan.
Sejak larangan dari penjajah Belanda dicabut, tradisi ritual Makotek tak pernah absen dilaksanakan krama Desa Pakraman Munggu 6 bulan sekali (210 hari sistem penaggalan Bali) saat Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan. Setiap ritual Makotek (dikenal sebagai perang kayu) digelar, pengunjung tidak pernah sepi. Wisatawan mancanegara juga selalu ramai menyaksikan ritual yang melibatkan krama dari 12 bandar adat di Desa Pakraman Munggu ini.
Kalangan fotografer amatir hingga profesional, selalu berjejal untuk mengabadikan tiap momen arak-arakan krama dari 12 banjar yang membawa kayu Pulet sepanjang rata-rata 3 meter buat sarana Makotek. Kayu Pulet dibawa krama setempat, sebagai simbol tombak bala tentara Kerajaan Mengwi yang sukses menaklukkan Kerajaan Blambangan sekitar tahun 1700.
Sayangnya, meski tradisi Makotek sudah menjadi ikon Desa Pakraman Munggu, namun krama setempat yang jumlahnya mencapai 1.114 kepala keluarga (KK) belum banyak merasakan hasil dari kunjungan wisatawan mancanegara. Masalahnya, wisatawan hanya datang saat tradisi ritual Makotek digelar 6 bulan sekali. Itu sebabnya, kini muncul gagasan dari sesepuh dan tokoh-tokoh Desa Munggu untuk membikin fragmentasi Makotek dan selanjutnya dipentaskan.
SELANJUTNYA . . .
Komentar