Pelabuhan Segitiga Emas Dirancang Bermotif Ukiran Kuno Khas Nusa Penida
Gubernur Koster Ingin Bangkitkan Kembali Seni Arsitektur Nusa Penida yang Selama Ini Tenggelam
Karena Nusa Penida memiliki Kain Cepuk dan Kain Rangrang, maka desain Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul juga akan memiliki motif kedua kain tersebut, yang dikombinasikan dengan ukiran kuno
SEMARAPURA, NusaBali
Inilah salah satu sejarah yang ingin diciptakan Gubernur Bali Wayan Koster dengan dibangunnya Pelabuhan Sampalan di Banjar Sampalan, Desa Batununggul (Kecamatan Nusa Penida, Klungkung) dan Pelabuhan Bias Munjul di Banjar Ceningan, Desa Lembongan (Kecamatan Nusa Penida, Klungkung), yang akan terkoneksi menjadi Segitiga Emas dengan Pelabuhan Sanur di Pantai Matahari Terbit, Desa Sanur Kaja (Denpasar Selatan). Selain untuk kepentingan ekonomi, Gubernur Koster ingin membangkitkan kembali seni arsitektur khas Nusa Penida.
Karena itu, Gubernur sudah siapkan desain untuk Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. Bangunan di dua pelabuhan ini nantinya akan dilengkapi ukiran kuno khas Nusa Penida. Gubernur Koster ingin membangkitkan kembali seni arsitektur khas Nusa Penida melalui pembangunan dua pelabuhan tersebut. Selama ini, seni arsitektur khas Nusa Penida tersebut seakan tenggelam dan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Gubernur Koster, tema ‘Alam Semesta Segara-Wukir, Tradisi Pulau Guru-Nusa Tiga’ akan memenuhi interior ruangan bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. Arsitektur bangunannya, ruang dalamnya (interior), dan arsitektur ruang luarnya akan didesain dengan muatan kearifan lokal khas Nusa Penida.
Kemudian, ukiran kuno Nusa Penida yang terdapat di Pura Batu Medawu, Pura Puncak Mundi, Pura Sahab, Pura Prajapati Sampalan, dan Pura Puseh Lembongan juga akan ditampilkan dalam bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. “Karena Nusa Penida memiliki Kain Cepuk dan Kain Rangrang, maka desain Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul juga akan memiliki motif Kain Cepuk dan Kain Rangrang, yang dikombinasikan dengan ukiran kuno tersebut," ujar Gubernu Koster, Senin (3/8) malam.
Gubernur Koster berusaha memasukan konten kearifan lokal khas Nusa Penida dalam bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul, karena konsiten dan berpegang teguh pada Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Perda tersebut sudah resmi diberlakukan di Bali, 16 Juli 2020 lalu.
Ground breaking (peletakan batu pertama) Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul itu sendiri baru dilakukan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, tepat Purnamaning Karo pada Soma Umanis Tolu, Senin (3/8) pagi. Dalam acara ground breaking yang dipusatkan di lokasi Pelabuhan Sampalan tersebut, Menhub Budi Karya didampingi Gubernur Koster, Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, dan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Kedua pelabuhan yang terkoneksi menjadi Segitiga Emas dengan Pelabuhan Sanur ini ditarget rampung sebelum Juni 20201 mendatang. Pembangunan kedua pelabuhan di kawasan seberang Nusa Penida ini dianggarkan melalui APBN 2020. Untuk Pelabuhan Sampalan, dianggarkan sebesar Rp 88.151.324.700 atau Rp 88,15 miliar. Itu sudah mencakup pekerjaan breakwater, pengerukan kolam, Dermaga Fast Boat, Terminal Penumpang, Tempat Parkir Kendaraan, dan prasarana jalan.
Sedangkan untuk Pelabuhan Bias Munjul, dialokasikan anggaran sebesar Rp 112.403.019.700 atau Rp 112,40 miliar. Itu sudah mencakup pekerjaan pengerukan alur pelayaran, Dermaga Moveable Bridge, Dermaga Fast Boad, Terminal Penumpang, serta Tempat Parkir Mobil dan Sepeda Motor.
Pemerintah pusat mengeluarkan konstelasi kebijakan dengan pola guyuran program ke Nusa Penida, untuk pengembangan pariwisata. Ada program 3 kementerian yang digelontor ke Nusa Penida, mulai dari Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan, dan Kementeruan PUPR.
Untuk program Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif di kawasan Nusa Penida, antara lain, lanjutan pembangunan sarana pendukung Stage Ceningan, penataan destinasi Wisata Devil Tear, penataan destinasi wisata Pantai Atuh, Pantai Kelingking, Broken Beach, Crystal Bay, dan Bukit Teletabis.
Sedangkan program dari Kementerian PUPR, sudah terprogram sebagai konstelasi kebijakan nasional untuk Nusa Penida, seperti pembangunan jembatan baru Nusa Lembongan sebagai pendukung Pelabuhan Bias Munjul, pembangunan tanggul pantai, dan pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida. Sementara program Kementerian Perhubungan, selain dua pelabuhan tadi, juga berupa rambu lalulintas dan lampu penerangan jalan menuju destinasi wisata.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Imran Rasyid, mengatakan masalah-masalah destinasi wisata di Nusa Penida akan diselesaikan melalui program pemerintah pusat. "Misalnya, jalan exsisting menuju destinasi wisata yang belum ditangani, cakupan layanan air bersih, dan kondisi pantai rawan abrasi," ujar Imran kepada NusaBali di sela acara ground breaking Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul, Senin pagi.
Sementara, Menhub Budi Karya menegaskan ke depan kawasan Nusa Penida harus digarap maksimal. Budi Karya pun sepakat dengan Gubernur Koster, yang mengusulkan agar program untuk Provinsi Bali lebih banyak diarahkan dengan mengembangkan sektor kemaritiman.
"Saya sepakat dengan Pak Gubernur Koster, bahwa pengembangan pariwisata Bali itu tidak lagi mengeksploitasi daratan. Karena potensi maritim luar biasa, ketimbang merusak daratan Bali. Nusa Penida sudah saya kenal sejak tahun 1960 ketika saya masih sekolah SD. Nusa Penida punya wilayah kemaritiman luar biasa yang bisa dikembangkan begitu bagusnya," tandas Budi Karya. *nat
Inilah salah satu sejarah yang ingin diciptakan Gubernur Bali Wayan Koster dengan dibangunnya Pelabuhan Sampalan di Banjar Sampalan, Desa Batununggul (Kecamatan Nusa Penida, Klungkung) dan Pelabuhan Bias Munjul di Banjar Ceningan, Desa Lembongan (Kecamatan Nusa Penida, Klungkung), yang akan terkoneksi menjadi Segitiga Emas dengan Pelabuhan Sanur di Pantai Matahari Terbit, Desa Sanur Kaja (Denpasar Selatan). Selain untuk kepentingan ekonomi, Gubernur Koster ingin membangkitkan kembali seni arsitektur khas Nusa Penida.
Karena itu, Gubernur sudah siapkan desain untuk Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. Bangunan di dua pelabuhan ini nantinya akan dilengkapi ukiran kuno khas Nusa Penida. Gubernur Koster ingin membangkitkan kembali seni arsitektur khas Nusa Penida melalui pembangunan dua pelabuhan tersebut. Selama ini, seni arsitektur khas Nusa Penida tersebut seakan tenggelam dan tidak diketahui keberadaannya.
Menurut Gubernur Koster, tema ‘Alam Semesta Segara-Wukir, Tradisi Pulau Guru-Nusa Tiga’ akan memenuhi interior ruangan bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. Arsitektur bangunannya, ruang dalamnya (interior), dan arsitektur ruang luarnya akan didesain dengan muatan kearifan lokal khas Nusa Penida.
Kemudian, ukiran kuno Nusa Penida yang terdapat di Pura Batu Medawu, Pura Puncak Mundi, Pura Sahab, Pura Prajapati Sampalan, dan Pura Puseh Lembongan juga akan ditampilkan dalam bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul. “Karena Nusa Penida memiliki Kain Cepuk dan Kain Rangrang, maka desain Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul juga akan memiliki motif Kain Cepuk dan Kain Rangrang, yang dikombinasikan dengan ukiran kuno tersebut," ujar Gubernu Koster, Senin (3/8) malam.
Gubernur Koster berusaha memasukan konten kearifan lokal khas Nusa Penida dalam bangunan Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul, karena konsiten dan berpegang teguh pada Perda Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Perda tersebut sudah resmi diberlakukan di Bali, 16 Juli 2020 lalu.
Ground breaking (peletakan batu pertama) Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul itu sendiri baru dilakukan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, tepat Purnamaning Karo pada Soma Umanis Tolu, Senin (3/8) pagi. Dalam acara ground breaking yang dipusatkan di lokasi Pelabuhan Sampalan tersebut, Menhub Budi Karya didampingi Gubernur Koster, Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, dan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Kedua pelabuhan yang terkoneksi menjadi Segitiga Emas dengan Pelabuhan Sanur ini ditarget rampung sebelum Juni 20201 mendatang. Pembangunan kedua pelabuhan di kawasan seberang Nusa Penida ini dianggarkan melalui APBN 2020. Untuk Pelabuhan Sampalan, dianggarkan sebesar Rp 88.151.324.700 atau Rp 88,15 miliar. Itu sudah mencakup pekerjaan breakwater, pengerukan kolam, Dermaga Fast Boat, Terminal Penumpang, Tempat Parkir Kendaraan, dan prasarana jalan.
Sedangkan untuk Pelabuhan Bias Munjul, dialokasikan anggaran sebesar Rp 112.403.019.700 atau Rp 112,40 miliar. Itu sudah mencakup pekerjaan pengerukan alur pelayaran, Dermaga Moveable Bridge, Dermaga Fast Boad, Terminal Penumpang, serta Tempat Parkir Mobil dan Sepeda Motor.
Pemerintah pusat mengeluarkan konstelasi kebijakan dengan pola guyuran program ke Nusa Penida, untuk pengembangan pariwisata. Ada program 3 kementerian yang digelontor ke Nusa Penida, mulai dari Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan, dan Kementeruan PUPR.
Untuk program Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif di kawasan Nusa Penida, antara lain, lanjutan pembangunan sarana pendukung Stage Ceningan, penataan destinasi Wisata Devil Tear, penataan destinasi wisata Pantai Atuh, Pantai Kelingking, Broken Beach, Crystal Bay, dan Bukit Teletabis.
Sedangkan program dari Kementerian PUPR, sudah terprogram sebagai konstelasi kebijakan nasional untuk Nusa Penida, seperti pembangunan jembatan baru Nusa Lembongan sebagai pendukung Pelabuhan Bias Munjul, pembangunan tanggul pantai, dan pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida. Sementara program Kementerian Perhubungan, selain dua pelabuhan tadi, juga berupa rambu lalulintas dan lampu penerangan jalan menuju destinasi wisata.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Imran Rasyid, mengatakan masalah-masalah destinasi wisata di Nusa Penida akan diselesaikan melalui program pemerintah pusat. "Misalnya, jalan exsisting menuju destinasi wisata yang belum ditangani, cakupan layanan air bersih, dan kondisi pantai rawan abrasi," ujar Imran kepada NusaBali di sela acara ground breaking Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul, Senin pagi.
Sementara, Menhub Budi Karya menegaskan ke depan kawasan Nusa Penida harus digarap maksimal. Budi Karya pun sepakat dengan Gubernur Koster, yang mengusulkan agar program untuk Provinsi Bali lebih banyak diarahkan dengan mengembangkan sektor kemaritiman.
"Saya sepakat dengan Pak Gubernur Koster, bahwa pengembangan pariwisata Bali itu tidak lagi mengeksploitasi daratan. Karena potensi maritim luar biasa, ketimbang merusak daratan Bali. Nusa Penida sudah saya kenal sejak tahun 1960 ketika saya masih sekolah SD. Nusa Penida punya wilayah kemaritiman luar biasa yang bisa dikembangkan begitu bagusnya," tandas Budi Karya. *nat
Komentar