Denpasar dan Singaraja Alami Inflasi Rendah
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat dua kota yakni Denpasar dan Singaraja mengalami inflasi rendah pada bulan September 2016.
DENPASAR, NusaBali
Denpasar alami inflasi sebesar 0,26 persen sedangkan Singaraja terjadi inflasi sebesar 0,07 persen. Kepala BPS Provinsi Bali, Adi Nugroho menjelaskan, inflasi di Denpasar dipengaruhi adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok sandang sebesar 1,00 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,87 persen; kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,37 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,22 persen; serta kelompok kesehatan sebesar 0,14 persen.
Sedangkan di Singaraja, inflasi ditandai dengan peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,67 persen, kelompok sandang sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,16 persen, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
“Sekalipun September hari raya Galungan, Kuningan, dan Idul Adha, ternyata yang terjadi bulan itu tidak menjadi inflasi yang istimewa, inflasi masih kisaran normal,” ungapnya saat penyampaian rilis bulanan di Kantor BPS Bali, Jalan Raya Puputan Renon, Senin (3/10).
Lebih lanjut, dari sisi kelompok makanan, inflasi di Denpasar sebagian karena ada tekanan atau menurunnya sejumlah komoditas dari kelompok makanan. Sekalipun ada beberapa makanan yang mengalami kenaikan harga, namun tidak mempengaruhi kenaikan inflasi. Sedangkan harga cabai di Singaraja mempengaruhi inflasi di daerah tersebut. “Baik di Denpasar dan Singaraja, yang menekan inflasi terutama penurunan harga beras, kalau di Singaraja sendiri penyumbang inflasi terbesar menurunnya harga cabai rawit. Sebenarnya di Denpasar juga turun, tapi pengaruhnya tidak sekeras yang dirasakan oleh masyarakat Singaraja,” ungkapnya.
Dia menambahkan, turunnya harga cabai rawit dan beras kemungkinan karena meningkatnya permintaan, sementara distribusi masih dalam tingkatan stabil, sehingga tidak begitu ada lonjakan.
Dari sisi komponen pendidikan, justru di Singaraja jadi penyumbang inflasi terbesar ketimbang Denpasar. “Ini karena pembayaran pendidikan di Denpasar mencapai puncaknya saat bulan Agustus, sehingga tidak terpengaruh di bulan September. Sedangkan di Singaraja baru bulan September, terutama kelompok anak SMA dan perguruan tinggi,” tutupnya.in
Sedangkan di Singaraja, inflasi ditandai dengan peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,67 persen, kelompok sandang sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,16 persen, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
“Sekalipun September hari raya Galungan, Kuningan, dan Idul Adha, ternyata yang terjadi bulan itu tidak menjadi inflasi yang istimewa, inflasi masih kisaran normal,” ungapnya saat penyampaian rilis bulanan di Kantor BPS Bali, Jalan Raya Puputan Renon, Senin (3/10).
Lebih lanjut, dari sisi kelompok makanan, inflasi di Denpasar sebagian karena ada tekanan atau menurunnya sejumlah komoditas dari kelompok makanan. Sekalipun ada beberapa makanan yang mengalami kenaikan harga, namun tidak mempengaruhi kenaikan inflasi. Sedangkan harga cabai di Singaraja mempengaruhi inflasi di daerah tersebut. “Baik di Denpasar dan Singaraja, yang menekan inflasi terutama penurunan harga beras, kalau di Singaraja sendiri penyumbang inflasi terbesar menurunnya harga cabai rawit. Sebenarnya di Denpasar juga turun, tapi pengaruhnya tidak sekeras yang dirasakan oleh masyarakat Singaraja,” ungkapnya.
Dia menambahkan, turunnya harga cabai rawit dan beras kemungkinan karena meningkatnya permintaan, sementara distribusi masih dalam tingkatan stabil, sehingga tidak begitu ada lonjakan.
Dari sisi komponen pendidikan, justru di Singaraja jadi penyumbang inflasi terbesar ketimbang Denpasar. “Ini karena pembayaran pendidikan di Denpasar mencapai puncaknya saat bulan Agustus, sehingga tidak terpengaruh di bulan September. Sedangkan di Singaraja baru bulan September, terutama kelompok anak SMA dan perguruan tinggi,” tutupnya.in
1
Komentar