17 Layangan Merah Putih Buatan Komunitas Rareangon Marekedat Mengudara
MANGUPURA, NusaBali
Meski masih berada di situasi pandemi yang membuat kegiatan terbatas, masyarakat Bali selalu punya cara untuk memeriahkan kemerdekaan.
Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Rareangon Marekedat Banjar Tegeha, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung. Dalam menyemarakkan suasana kemerdekaan, komunitas ini membuat 17 layangan celepuk bernuansa merah putih. Layangan ini diujicoba untuk mengudara pada Sabtu (8/8).
“Untuk tahun-tahun sebelumnya kami selalu memeriahkan HUT kemerdekaan itu dengan acara-acara seperti jalan santai, hiburan, games, dan lain-lain. Sekarang karena dibatasi pandemic Covid-19, jadi kami berpikir bagaimana caranya tetap memeriahkan, tapi dengan menerapkan protokol kesehatan. Nah, itu kami aplikasikan di layang-layang,” ujar Kadek Yogi Pranata Mulyawan, salah seorang anggota Komunitas Rareangon Marekedat Banjar Tegeha, Sempidi.
Tak hanya bernuansa merah putih, layangan yang sesuai dengan tren berbentuk celepuk ini juga dihiasi dengan tulisan ucapan kemerdekaan. Bahkan, di salah satu layangan, terdapat potret Presiden RI pertama Soekarno. Jumlah 17 layangan melambangkan tanggal 17 yang menjadi tanggal diperingatinya kemerdekaan Republik Indonesia.
Ke-17 layangan ini dibuat dalam waktu satu minggu dengan ukuran bervariasi, mulai dari yang terkecil dengan panjang 1,7 meter, hingga yang terbesar 3 meter. Masing-masing layangan ini menghabiskan budget sekitar Rp 150.000. “Full time-nya ini kita satu minggu, itupun tidak sekaligus bikin. Dalam satu minggu ini langsung jadi 17 layangan,” kata Koordinator Komunitas Rareangon Marekedat Banjar Tegeha I Nyoman Mudita.
Penggunaan layang-layang sebagai bentuk ucapan menyambut kemerdekaan ternyata memiliki keuntungan tersendiri. Dalam memainkan ke-17 layang-layang ini, mereka tidak mungkin menerbangkannya di satu lokasi yang sama agar tali layangan tidak tersangkut satu sama lain. Sehingga para penerbang layangan tidak berkumpul di satu titik saja, dan tetap menjaga jarak.
“Dengan layangan ini supaya semua menjadi ingat Hari Kemerdekaan Indonesia. Supaya semua memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan semakin berjaya. Utamanya untuk generasi muda kita saat ini, supaya lebih peduli pada Indonesia. Dan untuk rareangon semua, jangan putus asa untuk semua tempat yang diblok, kita ubah cara kita untuk melayangan, mencari tempat yang lebih aman, dan ingat social distancing tetap dijalankan,” pesan Mudita.
Direncanakan, layangan ini akan mengudara serentak pada puncak perayaan HUT ke-75 Republik Indonesia, Senin (17/8) pukul 10.00 Wita. Namun penerbangan layangan ini juga akan menyesuaikan dengan kondisi kecepatan angin di hari itu. *cr74
“Untuk tahun-tahun sebelumnya kami selalu memeriahkan HUT kemerdekaan itu dengan acara-acara seperti jalan santai, hiburan, games, dan lain-lain. Sekarang karena dibatasi pandemic Covid-19, jadi kami berpikir bagaimana caranya tetap memeriahkan, tapi dengan menerapkan protokol kesehatan. Nah, itu kami aplikasikan di layang-layang,” ujar Kadek Yogi Pranata Mulyawan, salah seorang anggota Komunitas Rareangon Marekedat Banjar Tegeha, Sempidi.
Tak hanya bernuansa merah putih, layangan yang sesuai dengan tren berbentuk celepuk ini juga dihiasi dengan tulisan ucapan kemerdekaan. Bahkan, di salah satu layangan, terdapat potret Presiden RI pertama Soekarno. Jumlah 17 layangan melambangkan tanggal 17 yang menjadi tanggal diperingatinya kemerdekaan Republik Indonesia.
Ke-17 layangan ini dibuat dalam waktu satu minggu dengan ukuran bervariasi, mulai dari yang terkecil dengan panjang 1,7 meter, hingga yang terbesar 3 meter. Masing-masing layangan ini menghabiskan budget sekitar Rp 150.000. “Full time-nya ini kita satu minggu, itupun tidak sekaligus bikin. Dalam satu minggu ini langsung jadi 17 layangan,” kata Koordinator Komunitas Rareangon Marekedat Banjar Tegeha I Nyoman Mudita.
Penggunaan layang-layang sebagai bentuk ucapan menyambut kemerdekaan ternyata memiliki keuntungan tersendiri. Dalam memainkan ke-17 layang-layang ini, mereka tidak mungkin menerbangkannya di satu lokasi yang sama agar tali layangan tidak tersangkut satu sama lain. Sehingga para penerbang layangan tidak berkumpul di satu titik saja, dan tetap menjaga jarak.
“Dengan layangan ini supaya semua menjadi ingat Hari Kemerdekaan Indonesia. Supaya semua memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan semakin berjaya. Utamanya untuk generasi muda kita saat ini, supaya lebih peduli pada Indonesia. Dan untuk rareangon semua, jangan putus asa untuk semua tempat yang diblok, kita ubah cara kita untuk melayangan, mencari tempat yang lebih aman, dan ingat social distancing tetap dijalankan,” pesan Mudita.
Direncanakan, layangan ini akan mengudara serentak pada puncak perayaan HUT ke-75 Republik Indonesia, Senin (17/8) pukul 10.00 Wita. Namun penerbangan layangan ini juga akan menyesuaikan dengan kondisi kecepatan angin di hari itu. *cr74
Komentar