Pemburu Bonsai Marak Saat Pandemi
Kecenderungan masyarakat menekuni hobi berbasis paduan seni dan botani (ilmu tentang tanaman) ini, tidak terlepas karena sekarang masyarakat lebih sering berada di rumah semenjak pandemi Covid-19.
MANGUPURA, NusaBali
Pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 mengakibatkan banyak masyarakat Bali khususnya, kehilangan pekerjaan. Kalau toh ada yang beraktivitas, kebanyakan sebatas di rumah. Guna mengisi waktu luang selama pandemi tersebut, kebanyakan masyarakat melakoni hobi atau ikut mencoba hobi baru, antara lain mengembangkan tanaman bonsai.
Sebagaimana diketahui, penghobi bonsai di tengah pandemi sejurus dengan kemunculan para penghobi lain. Misal, berkebun di lahan pekarangan, main layang-layang, mancing ikan, dan lainnya. Hampir sama dengan hobi main layang-layang atau berkebun yang kebanyakan pendatang baru.
Pembina Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Provinsi Bali, Wisnu Bawa Temaja mengakui di tengah pandemi ini ‘pemain’ pemula tanaman bonsai semakin banyak bermunculan. Kemunculan itu hampir merata di seluruh kabupaten/kota yakni Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, Klungkung, Bangli, Karangasem, Jembrana, bahkan Kota Denpasar. Dia merasakan kecenderungan masyarakat menekuni hobi berbasis paduan seni dan botani (ilmu tentang tanaman) ini, tidak terlepas karena sekarang masyarakat lebih sering berada di rumah semenjak pandemi Covid-19. “Saya melihat beberapa daerah terutama di Badung, Tabanan, Gianyar maupun di Buleleng, ‘pemain’ bonsai pemula banyak bermunculan. Memang pada situasi seperti sekarang, dimana orang lebih banyak di rumah, tentu ingin punya aktivitas supaya tidak jenuh. Makanya banyak yang belajar menanam bonsai,” katanya kepada NusaBali, Jumat (7/8).
Mengingat situasi dalam masa pandemi Covid-19, menurut Wisnu Bawa Temaja, tidak hanya dimanfaatkan para pemula untuk belajar. Para penghobi atau ‘pemain’ yang sudah berpengalaman pun memanfaatkan situasi sekarang ini untuk lebih banyak memperbaiki tanaman-tanaman bonsainya sendiri. “Saya punya banyak teman, karena lebih sering di rumah banyak juga coba-coba berinovasi membentuk bonsai baru,” ujar mantan Kepala Inspektorat Kabupaten Badung ini.
Tokoh warga Pasek sal Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung ini, mencoba memberikan tips untuk bertanam bonsai. Jelasnya, cara menanam dan merawat bonsai itu sebetulnya mudah. Paling penting adalah ketekunan. Kemudian dalam perawatan selain memberikan pupuk untuk tanaman, berikan juga pupuk untuk daun. Selanjutnya untuk menjaga kondisi kesehatan tanaman bonsai dari serangan hama seperti ulat, belalang, semut, tungau, kutu daun atau serangga lainnya, dilakukan dengan cara penyemprotan cairan insektisida.
Dari segi peluang bisnis, lanjutnya, juga sangat menjanjikan. Sekalipun di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, bisnis tanaman bonsai relatif stabil. “Makanya cocok sekali untuk dijadikan bisnis,” ungkap laki-kaki kelahiran 11April 1056 ini.
Soal harga bonsai, tegas dia, juga masih stabil. “Memang, masalah harga tergantung jenis tanaman, keindahan, dan gaya bonsainya. Hampir sama dengan membeli lukisan. Kalau membeli bonsai, ada yang seharga Rp 200.000, Rp 500.000, Rp 1 juta, Rp 10 juta, Rp 30 juta, Rp 150 juta, Rp 200 juta, bahkan di Bali sampai ada yang Rp 500 juta,” terang Wisnu Bawa Temaja.
Untuk pemasaran juga tidak perlu khawatir. Menurutnya, tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri juga banyak penggemar bonsai yang ingin membeli bonsai di Indonesia. Ada yang dari Brunai, Malaysia, dan negeri lainnya. Jika ingin sukses mengembangkan bonsai, ketekunan adalah kunci utama.
Lebih lanjut dikatakan, dirinya sudah menekuni tanaman bonsai sudah sejak tahun 1980 hingga serius menggeluti pada tahun 1988. “Jadi saya sudah tahu prospek dari tanaman bonsai ini. Saya bisa menyekolahkan anak-anak, ya salah satu berkat menggeluti tanaman bonsai,” ujarnya. “Saya melihatnya begini. Pertama, Menggeluti tanam bonsai ini pertama bisa sebagai sarana edukasi. Kita jadi tahu aneka ragam jenis tanaman. Kedua, tentu karena hobi saya. Ketiga, dari segi bisnis juga menguntungkan. Keempat, menjalin banyak pertemanan karena tentu kita sering berkumpul dengan komunitas. Kelima, untuk kesehatan juga bisa. Dengan merawat tanaman bonsai dapat mengurangi stress,” kata Wisnu Bawa Temaja.
Dia mengaku, sebelumnya pernah mengoleksi puluhan bonsai dari pelbagai jenis tanaman, gaya, dan aliran. Sekarang tinggal sekitar 15 jenis. ‘’Bonsai yang saya rawat sekarang jenisnya, ada Bougenville atau kerap disebut bunga Kembang Kertas, bonsai Beringin, bonsai Santigi, bonsai Jeruk Brazil, dan yang lain,” ungkapnya.
Disinggung adakah pelaksanaan event baik lomba, pameran, dan bursa bonsai yang akan digelar tahun 2020, dia belum berani memastikan. “Sementara belum ada informasi. Karena sedang pandemi Covid-19,” katanya. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, sehingga event bonsai yang biasa digelar tahunan kembali dapat dilaksanakan.*asa
Pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 mengakibatkan banyak masyarakat Bali khususnya, kehilangan pekerjaan. Kalau toh ada yang beraktivitas, kebanyakan sebatas di rumah. Guna mengisi waktu luang selama pandemi tersebut, kebanyakan masyarakat melakoni hobi atau ikut mencoba hobi baru, antara lain mengembangkan tanaman bonsai.
Sebagaimana diketahui, penghobi bonsai di tengah pandemi sejurus dengan kemunculan para penghobi lain. Misal, berkebun di lahan pekarangan, main layang-layang, mancing ikan, dan lainnya. Hampir sama dengan hobi main layang-layang atau berkebun yang kebanyakan pendatang baru.
Pembina Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Provinsi Bali, Wisnu Bawa Temaja mengakui di tengah pandemi ini ‘pemain’ pemula tanaman bonsai semakin banyak bermunculan. Kemunculan itu hampir merata di seluruh kabupaten/kota yakni Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, Klungkung, Bangli, Karangasem, Jembrana, bahkan Kota Denpasar. Dia merasakan kecenderungan masyarakat menekuni hobi berbasis paduan seni dan botani (ilmu tentang tanaman) ini, tidak terlepas karena sekarang masyarakat lebih sering berada di rumah semenjak pandemi Covid-19. “Saya melihat beberapa daerah terutama di Badung, Tabanan, Gianyar maupun di Buleleng, ‘pemain’ bonsai pemula banyak bermunculan. Memang pada situasi seperti sekarang, dimana orang lebih banyak di rumah, tentu ingin punya aktivitas supaya tidak jenuh. Makanya banyak yang belajar menanam bonsai,” katanya kepada NusaBali, Jumat (7/8).
Mengingat situasi dalam masa pandemi Covid-19, menurut Wisnu Bawa Temaja, tidak hanya dimanfaatkan para pemula untuk belajar. Para penghobi atau ‘pemain’ yang sudah berpengalaman pun memanfaatkan situasi sekarang ini untuk lebih banyak memperbaiki tanaman-tanaman bonsainya sendiri. “Saya punya banyak teman, karena lebih sering di rumah banyak juga coba-coba berinovasi membentuk bonsai baru,” ujar mantan Kepala Inspektorat Kabupaten Badung ini.
Tokoh warga Pasek sal Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung ini, mencoba memberikan tips untuk bertanam bonsai. Jelasnya, cara menanam dan merawat bonsai itu sebetulnya mudah. Paling penting adalah ketekunan. Kemudian dalam perawatan selain memberikan pupuk untuk tanaman, berikan juga pupuk untuk daun. Selanjutnya untuk menjaga kondisi kesehatan tanaman bonsai dari serangan hama seperti ulat, belalang, semut, tungau, kutu daun atau serangga lainnya, dilakukan dengan cara penyemprotan cairan insektisida.
Dari segi peluang bisnis, lanjutnya, juga sangat menjanjikan. Sekalipun di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, bisnis tanaman bonsai relatif stabil. “Makanya cocok sekali untuk dijadikan bisnis,” ungkap laki-kaki kelahiran 11April 1056 ini.
Soal harga bonsai, tegas dia, juga masih stabil. “Memang, masalah harga tergantung jenis tanaman, keindahan, dan gaya bonsainya. Hampir sama dengan membeli lukisan. Kalau membeli bonsai, ada yang seharga Rp 200.000, Rp 500.000, Rp 1 juta, Rp 10 juta, Rp 30 juta, Rp 150 juta, Rp 200 juta, bahkan di Bali sampai ada yang Rp 500 juta,” terang Wisnu Bawa Temaja.
Untuk pemasaran juga tidak perlu khawatir. Menurutnya, tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri juga banyak penggemar bonsai yang ingin membeli bonsai di Indonesia. Ada yang dari Brunai, Malaysia, dan negeri lainnya. Jika ingin sukses mengembangkan bonsai, ketekunan adalah kunci utama.
Lebih lanjut dikatakan, dirinya sudah menekuni tanaman bonsai sudah sejak tahun 1980 hingga serius menggeluti pada tahun 1988. “Jadi saya sudah tahu prospek dari tanaman bonsai ini. Saya bisa menyekolahkan anak-anak, ya salah satu berkat menggeluti tanaman bonsai,” ujarnya. “Saya melihatnya begini. Pertama, Menggeluti tanam bonsai ini pertama bisa sebagai sarana edukasi. Kita jadi tahu aneka ragam jenis tanaman. Kedua, tentu karena hobi saya. Ketiga, dari segi bisnis juga menguntungkan. Keempat, menjalin banyak pertemanan karena tentu kita sering berkumpul dengan komunitas. Kelima, untuk kesehatan juga bisa. Dengan merawat tanaman bonsai dapat mengurangi stress,” kata Wisnu Bawa Temaja.
Dia mengaku, sebelumnya pernah mengoleksi puluhan bonsai dari pelbagai jenis tanaman, gaya, dan aliran. Sekarang tinggal sekitar 15 jenis. ‘’Bonsai yang saya rawat sekarang jenisnya, ada Bougenville atau kerap disebut bunga Kembang Kertas, bonsai Beringin, bonsai Santigi, bonsai Jeruk Brazil, dan yang lain,” ungkapnya.
Disinggung adakah pelaksanaan event baik lomba, pameran, dan bursa bonsai yang akan digelar tahun 2020, dia belum berani memastikan. “Sementara belum ada informasi. Karena sedang pandemi Covid-19,” katanya. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, sehingga event bonsai yang biasa digelar tahunan kembali dapat dilaksanakan.*asa
Komentar