nusabali

Ada Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas di Tabanan

  • www.nusabali.com-ada-yayasan-padepokan-kanjeng-dimas-di-tabanan

Tak banyak orang tahu, di Tabanan ternyata ada Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.

Menurut Suanda, yayasan padepokan ini punya visi dan misi bergerak di bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Hanya saja, sejauh ini yayasan tersebut belum bisa menjalankan program, karena ketua umumnya, Abdul Gani, telah terbunuh. "Begitu adanya pembunuhan itu, kami langsung tutup yayasan padepokan, karena dirasa tidak bisa berjalan tanpa ketua umum," jelas Suanda.

Suanda menyebutkan, Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas telah diresmikan 11 Oktober 2015 lalu, langsung oleh Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Di yayasan ini tidak ada menjanjikan material berupa uang, tak ada pula sistem bayar membayar. "Untuk masalah penggadaan uang, kami tidak tahu, karena kami ini yayasan, bukan padepokan," papar Suanda yang kesehariannya bekerja di proyek kelistrikan.

Suanda menjelaskan, Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas di Desa Belimbing sudah punya anggota sekitar 209 orang. Mereka mendaftar sebelum terbunuhnya sang ketua umum Abdul Gani. Mereka dari berbagai daerah di Bali, seperti Buleleng, Gianyar, dan Klungkung.

Menurut Suanda, Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas di Desa Belimbung ini juga memiliki akta pendirian Nomor 2 Tanggal 10 Mei 2012 atas nama Notaris Ayu Marlayaty dan SK Menkum HAM. "Kami ini yayaasan, bukan padepokanya. Kami punya naungan hukumnya," katanya.

Antara yayasan dan padepokan, kata dia, berbeda. Jika padepokan, mengurus sistem keuangannya. Karena ini  sistem yayasan, orang-orang yang bergabung adalah karyawan. "Kami istilahnya seperti karyawan, dapat gaji dari kantor pusat yakni padepokan yang ada di Probolinggo, Jawa Timur.”

Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas ini, kata Suanda, ada struktur organisasinya. Ketua Yayasan Sekertariat Daerah Bali diketuai I Wayan Sudarya, salah seorang PNS Pemkab Tabanan. "Kalau masalah yayasan hanya kita di Bali saja yang mempunyai naungan hukum. Sedangkan kalau di luar Bali, kayakanya tidak punya naungan hukum,” papar Suanda.

Sementara itu, salah seorang anggota Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas di Desa Belimbing, I Putu Suardika, 47, mengaku tidak ada dijanjikan material dan benda apa pun selama ikut bergabung. "Belum ada saya dirugikan atau bagiamana, karena saya ke sana hanya lancong biasa," cerita pria asal asal Banjar Tenten, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan ini.

Menurut Putu Suardika, dirinya bergabung ke Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas karena dikenalkan oleh seorang tema. Dia tertarik, karena yayasan tersebut mempunyai program sosial seperti kemiskinan. "Ternyata, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saya kecewa, kenapa bisa seperti pemberitaan di TV itu?" keluh Suardika.

Suardika memaparkan, sejak heboh pemberitaan Kanjeng Dimas di TV, dirinya tidak pernah lagi datang ke Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas di Desa Belimbing. “Sudah lama saya tidak pernah lancong ke yayasan tersebut,” beber Suardika. * cr62

Komentar