Selurus Siswa Kelas X Diwajibkan Belajar Melukis Wayang Kamasan
Melukis Wayang Kamasan sudah menjadi pelajaran wajib bagi para siswa sejak SMAN 2 Semarapura menyandang status sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tahun 2009
Jurus SMAN 2 Semarapura Lestarikan Lukisan Wayang Kamasan Lewat Kurikulum Sekolah
SEMARAPURA, NusaBali
SMA Negeri 2 Semarapura, Klungkung punya jurus tersendiri untuk melestarikan seni dan budaya warisan leluhur. Salah satunya, mewajibkan para siswa belajar melukis Wayang Kamasan di sekolah. Bahkan, pelajaran melukis Wayang Kamasan ini diimplementasikan SMAN 2 Semarapura dalam kurikulum melalui mata ajaran muatan lokal.
Lukisan Wayang Kamasan merupakan gaya lukisan khas Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, yang sudah tersohor sejak abad ke-16. Melukis Wayang Kamasan sudah menjadi pelajaran wajib bagi para siswa SMAN 2 Semarapura sejak mereka menyandang status sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada 2009 silam.
Selama periode RSBI 2009-2014, salah satu item yang harus dilengkapi SMAN 2 Sema-rapura sebagai RSBI adalah wajib mengangkat kearifan lokal di daerah setempat melalui mata pelajaran. Setelah rembuk dengan para guru di sekolah ini, akhirnya melukis Wayang Kamasan menjadi alternatif mata pelajaran wajib. Kebetulan, SMAN 2 Semarapura memiliki seorang Guru Seni, Ni Wayan Sri Wedari SSn, yang notabene seniman lukis dari Desa Kamasan.
Ketika pemerintah pusat mencabut program RSBI tahun 2014, kemudian status SMAN 2 Semarapura digantikan dengan program ‘Sekolah Model dari Pemerintah Pusat’ yang berlaku hingga 2016 ini. Salah satu poin persyaratan ‘Sekolah Model dari Pemerintah Pusat’ juga mengharuskan angkat sat kearifan lokal, sehingga melukis Wayang Kamasan kembali jadi pilihan SMAN 2 Semarapura.
“Mata pelajaran muatan lokal melukis Wayang Kamasan ini hanya diberikan kepada para siswa Kelas X saja. Sedangkan siswea Kelas XI dan Kelas XII, tidak lagi dapat pelajaran melukis Wayang Kamasan,” papar Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Humas SMAN 2 Semarapura, Klungkung Dewa Made Tirta, kepada NusaBali, Minggu (2/10).
Menurut Dewa Tirta, karena sebagian besar guru lain di SMAN 2 Semarapura belum memiliki kemampuan mengajarkan pakem melukis Wayang Kamasan, maka mata pelajaran wajib ini ini hanya dihandle oleh Ni Wayan Sri Wedari seorang diri. Saat ini, SMAN 2 Semarapura memiliki 804 siswa, di mana 304 orang di antaranya Kelas X (yang wajib mengikuti pelajaran melukis Wayang Kulit). Dalam sepekan, masing-masing kelas (siswa Kelas X dibagi 10 ruang kelas) mendapat 2 jam pelajaran melukis Wayang Kamasan.
“Melukis Wayang Kamasan ini tidak menggunakan media kertas. Bagi para siswa yang duduk di Kelas X, mereka langsung praktek melukis Wayang Kamasan di atas kanvas. Selain itu, para siswa juga diberi kesempatan melukis mural pada beberapa titik dinding sekolah,” tandas Dewa Tirta yang siang itu didampingi Wakasek Bidang Kesiswaan SMAN 2 Semarapura, I Ketut Langkir.
.Menurut Dewa Tirta, sejauh ini tidak ada kendala terlalu signifikan terkait pelaksanaan mata pelajaran melukis Wayang Kamasan. Bagi siswa yang tidak memiliki bakat atau minat di bidang melukis, biasanya mereka agak kesulitan menerima pelajaran ini. Namun, minimal mereka bisa mengikuti dan mengetahui pakem-pakem lukisan Wayang Kamasan, tanpa harus jago melukis. Setelah mendapat sentuhan pelatihan, banyak juga siswa yang cukup mahir melukis Wayang Kamasan.
“Karya mereka juga kerap dipamerkan, bahkan ada pula yang laku terjual. Selain itu, sejumlah lukisan Wayang Kamasan karya para siswa juga dipajang di sekolah,” jelas Dewa Tirta. “Dengan upaya ini, kami berharap warisan seni klasik melukis Wayang Kamasan ini bisa tetap ajeg dan lestari, serta meregenerasi,” sambung Ketut Langkir.
Sementara itu, satu-satunya Guru Seni sepesialis melukis Wayang Kamasan, Ni Wayan Wedari, mengatakan mata pelajaran muatan lokal ini merupakan salah satu program unggulan di SMAN 2 Semarapura. Setiap ada kunjungan tamu ke sekolah favorit ini, pasti ditampilkan demonstrasi lukisan klasik tersebut. Bukan hanya itu, siswa SMAN 2 Semarapura juga pernah demonstrasi melukis Wayang Kamasan di Taman Budaya Art Center Denpasar.
Maklum, siswa SMAN 2 Semarapura sempat menyabet gelar juara lomba Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Bidang Seni Lukis 2012. Kemudian, siswa SMAN 2 Semarapura juga menjadi duta Bali ke Lomba FLS2N Tingkat Nasional Tahun 2012 dan 2013. “Kami berhasil masuk ke 10 besar di tingkat nasional dari 34 provinsi,” beber Wayan Wedari.
Lukisan Wayang Kamasan sendiri merupakan gaya lukisan khas Desa Kamasan, Keca-matan Klungkung, yang sudah tersohor sejak abad ke-16 ketika pemerintahan Raja Dalem Warurenggong di Istana Swecapura Gelgel. Saat itu, lukisan Wayang Kamasam terkenal luas ke seluruh pelosok Pulau Dewata, Lombok, Sumbawa, Blambangan, Pasuruan, hingga Bone (Sulawesi Selatan).
Kini, sang maestro seni lukis Dr Nyoman Gunarsa tengah memperjuangkan karya seni lukis klasik Wayang Kamasan agar bisa masuk sebagai Cagar Budaya Nasional dan Warisan Budaya Dunia (WBD) berupa Benda (tangible) serta Tak Benda (ingtangible) ke UNESCO. * wa
SEMARAPURA, NusaBali
SMA Negeri 2 Semarapura, Klungkung punya jurus tersendiri untuk melestarikan seni dan budaya warisan leluhur. Salah satunya, mewajibkan para siswa belajar melukis Wayang Kamasan di sekolah. Bahkan, pelajaran melukis Wayang Kamasan ini diimplementasikan SMAN 2 Semarapura dalam kurikulum melalui mata ajaran muatan lokal.
Lukisan Wayang Kamasan merupakan gaya lukisan khas Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, yang sudah tersohor sejak abad ke-16. Melukis Wayang Kamasan sudah menjadi pelajaran wajib bagi para siswa SMAN 2 Semarapura sejak mereka menyandang status sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada 2009 silam.
Selama periode RSBI 2009-2014, salah satu item yang harus dilengkapi SMAN 2 Sema-rapura sebagai RSBI adalah wajib mengangkat kearifan lokal di daerah setempat melalui mata pelajaran. Setelah rembuk dengan para guru di sekolah ini, akhirnya melukis Wayang Kamasan menjadi alternatif mata pelajaran wajib. Kebetulan, SMAN 2 Semarapura memiliki seorang Guru Seni, Ni Wayan Sri Wedari SSn, yang notabene seniman lukis dari Desa Kamasan.
Ketika pemerintah pusat mencabut program RSBI tahun 2014, kemudian status SMAN 2 Semarapura digantikan dengan program ‘Sekolah Model dari Pemerintah Pusat’ yang berlaku hingga 2016 ini. Salah satu poin persyaratan ‘Sekolah Model dari Pemerintah Pusat’ juga mengharuskan angkat sat kearifan lokal, sehingga melukis Wayang Kamasan kembali jadi pilihan SMAN 2 Semarapura.
“Mata pelajaran muatan lokal melukis Wayang Kamasan ini hanya diberikan kepada para siswa Kelas X saja. Sedangkan siswea Kelas XI dan Kelas XII, tidak lagi dapat pelajaran melukis Wayang Kamasan,” papar Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Humas SMAN 2 Semarapura, Klungkung Dewa Made Tirta, kepada NusaBali, Minggu (2/10).
Menurut Dewa Tirta, karena sebagian besar guru lain di SMAN 2 Semarapura belum memiliki kemampuan mengajarkan pakem melukis Wayang Kamasan, maka mata pelajaran wajib ini ini hanya dihandle oleh Ni Wayan Sri Wedari seorang diri. Saat ini, SMAN 2 Semarapura memiliki 804 siswa, di mana 304 orang di antaranya Kelas X (yang wajib mengikuti pelajaran melukis Wayang Kulit). Dalam sepekan, masing-masing kelas (siswa Kelas X dibagi 10 ruang kelas) mendapat 2 jam pelajaran melukis Wayang Kamasan.
“Melukis Wayang Kamasan ini tidak menggunakan media kertas. Bagi para siswa yang duduk di Kelas X, mereka langsung praktek melukis Wayang Kamasan di atas kanvas. Selain itu, para siswa juga diberi kesempatan melukis mural pada beberapa titik dinding sekolah,” tandas Dewa Tirta yang siang itu didampingi Wakasek Bidang Kesiswaan SMAN 2 Semarapura, I Ketut Langkir.
.Menurut Dewa Tirta, sejauh ini tidak ada kendala terlalu signifikan terkait pelaksanaan mata pelajaran melukis Wayang Kamasan. Bagi siswa yang tidak memiliki bakat atau minat di bidang melukis, biasanya mereka agak kesulitan menerima pelajaran ini. Namun, minimal mereka bisa mengikuti dan mengetahui pakem-pakem lukisan Wayang Kamasan, tanpa harus jago melukis. Setelah mendapat sentuhan pelatihan, banyak juga siswa yang cukup mahir melukis Wayang Kamasan.
“Karya mereka juga kerap dipamerkan, bahkan ada pula yang laku terjual. Selain itu, sejumlah lukisan Wayang Kamasan karya para siswa juga dipajang di sekolah,” jelas Dewa Tirta. “Dengan upaya ini, kami berharap warisan seni klasik melukis Wayang Kamasan ini bisa tetap ajeg dan lestari, serta meregenerasi,” sambung Ketut Langkir.
Sementara itu, satu-satunya Guru Seni sepesialis melukis Wayang Kamasan, Ni Wayan Wedari, mengatakan mata pelajaran muatan lokal ini merupakan salah satu program unggulan di SMAN 2 Semarapura. Setiap ada kunjungan tamu ke sekolah favorit ini, pasti ditampilkan demonstrasi lukisan klasik tersebut. Bukan hanya itu, siswa SMAN 2 Semarapura juga pernah demonstrasi melukis Wayang Kamasan di Taman Budaya Art Center Denpasar.
Maklum, siswa SMAN 2 Semarapura sempat menyabet gelar juara lomba Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Bidang Seni Lukis 2012. Kemudian, siswa SMAN 2 Semarapura juga menjadi duta Bali ke Lomba FLS2N Tingkat Nasional Tahun 2012 dan 2013. “Kami berhasil masuk ke 10 besar di tingkat nasional dari 34 provinsi,” beber Wayan Wedari.
Lukisan Wayang Kamasan sendiri merupakan gaya lukisan khas Desa Kamasan, Keca-matan Klungkung, yang sudah tersohor sejak abad ke-16 ketika pemerintahan Raja Dalem Warurenggong di Istana Swecapura Gelgel. Saat itu, lukisan Wayang Kamasam terkenal luas ke seluruh pelosok Pulau Dewata, Lombok, Sumbawa, Blambangan, Pasuruan, hingga Bone (Sulawesi Selatan).
Kini, sang maestro seni lukis Dr Nyoman Gunarsa tengah memperjuangkan karya seni lukis klasik Wayang Kamasan agar bisa masuk sebagai Cagar Budaya Nasional dan Warisan Budaya Dunia (WBD) berupa Benda (tangible) serta Tak Benda (ingtangible) ke UNESCO. * wa
1
Komentar