Reklamasi Masuk Jadi Materi Debat
Baik pasangan Giri Prasta-Suiasa maupun Sudiana-Sutrisno sepakat menolak dilakukan reklamasi Teluk Benoa.
Menjawab pertanyaan panelis Dr Nyoman Madiun tentang konsep pembangunan pariwisata yang memungkinkan krama Badung bisa aktif dalam kepariwisataan, menurut Suiasa, pembangunan pariwisata berbasis pada masyarakat dengan melibatkan masyarakat seluas-luasnya. "Bangun desa wisata, siapkan SDM di desa. Promosi pariwisata butuh pemberdayaan masyarakat terhadap pariwisata itu sendiri," tegas Suiasa.
Sedangkan Sutrisno mengatakan pariwisata didekatkan dengan rakyat Badung sendiri. "Pariwisata eko wisata, agro wisata di Badung Tengah dan Utara dikembangkan untuk dongkrak PAD, dengan menggerakkan pariwisata budaya berbasis di desa adat," ujar Sutrisno.
Menjawab pertanyaan panelis Dr Suka Arjawa terkait bagaimana keterbukaan publik ketika menjabat nanti, menurut Suiasa, pasangan Giriasa (paket calon nomor urut 1) menyiapkan transparansi tata kelola pemerintahan, dengan menerima kritik dan saran. “Partisipasi pengambilan kebijakan publik dengan buka pengaduan," tandas mantan Ketua DPD II Golkar Badung 2009-2015 ini.
Sebaliknya, Sutrisno menegaskan pemimpin harus berani terima kritikan sebagai vitamin. "APBD dan laporan keuangan juga harus transparan, fasilitasi kewenangan BPK. Bila perlu, BPK ngantor di Badung," ujar politisi asal Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung ini.
Saat debat publik semalam, panelis Bagus Sudibya menanyakan langkah kandidat dalam rangka menekan urbanisasi, juga cara menangai supply and demand soal pariwisata dengan terjadinya perang tarif. Menjawab pertanyaan ini, Sutrisno mengatakan pemantapan pertanian, ciptakan daerah penyangga dengan beri jaminan khusus supaya hasil pertanian bisa diambil hotel. Penciptaan lapangan kerja di Badung Utara juga perlu diperluas. "Perang tarif tidak akan terjadi kalau kualitas pariwisata diciptakan dan diatur dengan regulasi yang jelas," katanya.
Sebaliknya, Suiasa mengatakan ketimpangan adanya ruang pariwisata di Badung Selatan perlu perluas ke Badung Utara. "Perlu dikembangkan dengan desa wisata. Promosi ditingkatkan di Badung Utara," ujar Suiasa.
Saat giliran panelis Ketut Sundantra menyodorkan dampak negatif pariwisata Badung tentang pembuangan sampah yang meningkat, Suiasa dan Sutrisno berlomba menjawabnya. Suiasa menyatakan harus ada pembuatan Bank Sampah di setiap desa. “Bank Sampah ini bisa meningkatkan pendapatan rakyat dan merangsang masyarakat mengelola sampah,” kata Suiasa.
Sedangkan Sutrisno menawarkan solusi edukasi sejak dini cara penanganan dan pengelolaan sampah di sekolah-sekolah. Juga pembuatan awig-awig desa adat untuk penanganan sampah. "Jadi, edukasi ini penting dengan didukung aturan atau penerapan awig di desa adat tentang tata kelola sampah," katanya.
Selanjutnya...
Komentar