Dikemas Higienis, Minyak Tandusan Naik Kelas
TABANAN, NusaBali
Diolah secara tradisional yakni dengan proses kemasan yang apik, minyak kelapa tandusan naik kelas menjadi produk bergengsi.
Harganya di atas harga rata-rata minyak goreng biasa, namun tetap dicari konsumen. “Awalnya karena saya melihat buah kelapa seperti tidak harganya,” ujar I Made Rai Ardana, seorang perajin minyak tandusan asal Banjar Umaseka, Desa Antosari Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Senin (10/8).
Ceritanya itu terjadi tahun 2017/2018. Ketika itu harga buah kelapa demikian murahnya, sampai-sampai banyak yang tua dan jatuh sendiri karena ogah dipetik pemiliknya. Dan akhirnya busuk atau tumbuh putik jadi bibit kelapa lagi. Untuk diketahui minyak tandusan minyak kelapa yang diproses secara sederhana, yakni memasak santan kelapa sampai minyaknya keluar.
“Mengapa tidak diolah saja jadi minyak tandusan. Toh dulu orang Bali sudah biasa membuat minyak tandusan sebelum produk minyak goreng buatan pabrik membanjiri pasaran,” kata ayah dua anak yang berprofesi sebagai konsultan ini.
Setelah mengawali membuat minyak tandusan, ternyata mendapat respons bagus dari pasar.Terutama dari kalangan warga berpenghasilan menengah ke atas. Selain aromanya yang harum, juga diyakini minyak tandusan tak berefek samping pada kesehatan. Malah dibutuhkan tubuh. “Banyak teman-teman dokter yang memesan,” ungkap Rai Ardana yang merupakan Ketua Kelompok Umanadi, di Banjar Umaseka, Desa Antosari.
Belakangan produk minyak tandusan itu dikemas apik dengan standar kemasan yang sesuai dengan standar kesehatan. Diantaranya kemasan dengan botol kaca, bukan plastik. Karena itulah tampilan minyak tandusan menjadi tampak elegan. Namun proses pengolahannya tetap dengan cara tradisional, yakni nandusan.
Mulai dari memarut kelapa, memerasnya santannya kemudian memasaknnya sampai minyaknya keluar. Setelah minyak diambil, sebelumnya dimasak lagi hingga kadar airnya dipastikan habis. Setelah proses itu barulah dimasukkan dalam botol kemasan disegel dan diberi label.
Selain dipasarkan secara botolan, minyak tandusan juga dipasarkan dalam bentuk paket parcel tradisional. Di dalamnya ada beberapa item produk, garam, gula arena atau gula kelapa hingga kopi. Semuanya bersama minyak tandusan dibungkus dengan anyaman bambu. “Ini memanfaatkan ketrampilan anyaman bambu hasil pelatihan dari pengungsi saat Gunung Agung meletus,” tunjuk Rai Ardana.
Karena orisinalitasnya tersebut, Rai Ardana mengakui harga minyak tandusan yang dia beri nama label Mawaka di atas harga minyak goreng baik kemasan maupun curah biasa. Sekadar gambaran untuk 500 mili dijual Rp 50 ribu. “Ini bukan soal harga, tetapi juga fungsi edukasi,” ucapnya.
Edukasi yang dimaksud adalah lingkungan alam Bali mampu memberi ‘kehidupan’. Karena itu wajib dirawat dan dijaga. Kini buah kelapa tak lagi murahan, tak sampai seperti terbuang seperti sebelumnya. *k17
Ceritanya itu terjadi tahun 2017/2018. Ketika itu harga buah kelapa demikian murahnya, sampai-sampai banyak yang tua dan jatuh sendiri karena ogah dipetik pemiliknya. Dan akhirnya busuk atau tumbuh putik jadi bibit kelapa lagi. Untuk diketahui minyak tandusan minyak kelapa yang diproses secara sederhana, yakni memasak santan kelapa sampai minyaknya keluar.
“Mengapa tidak diolah saja jadi minyak tandusan. Toh dulu orang Bali sudah biasa membuat minyak tandusan sebelum produk minyak goreng buatan pabrik membanjiri pasaran,” kata ayah dua anak yang berprofesi sebagai konsultan ini.
Setelah mengawali membuat minyak tandusan, ternyata mendapat respons bagus dari pasar.Terutama dari kalangan warga berpenghasilan menengah ke atas. Selain aromanya yang harum, juga diyakini minyak tandusan tak berefek samping pada kesehatan. Malah dibutuhkan tubuh. “Banyak teman-teman dokter yang memesan,” ungkap Rai Ardana yang merupakan Ketua Kelompok Umanadi, di Banjar Umaseka, Desa Antosari.
Belakangan produk minyak tandusan itu dikemas apik dengan standar kemasan yang sesuai dengan standar kesehatan. Diantaranya kemasan dengan botol kaca, bukan plastik. Karena itulah tampilan minyak tandusan menjadi tampak elegan. Namun proses pengolahannya tetap dengan cara tradisional, yakni nandusan.
Mulai dari memarut kelapa, memerasnya santannya kemudian memasaknnya sampai minyaknya keluar. Setelah minyak diambil, sebelumnya dimasak lagi hingga kadar airnya dipastikan habis. Setelah proses itu barulah dimasukkan dalam botol kemasan disegel dan diberi label.
Selain dipasarkan secara botolan, minyak tandusan juga dipasarkan dalam bentuk paket parcel tradisional. Di dalamnya ada beberapa item produk, garam, gula arena atau gula kelapa hingga kopi. Semuanya bersama minyak tandusan dibungkus dengan anyaman bambu. “Ini memanfaatkan ketrampilan anyaman bambu hasil pelatihan dari pengungsi saat Gunung Agung meletus,” tunjuk Rai Ardana.
Karena orisinalitasnya tersebut, Rai Ardana mengakui harga minyak tandusan yang dia beri nama label Mawaka di atas harga minyak goreng baik kemasan maupun curah biasa. Sekadar gambaran untuk 500 mili dijual Rp 50 ribu. “Ini bukan soal harga, tetapi juga fungsi edukasi,” ucapnya.
Edukasi yang dimaksud adalah lingkungan alam Bali mampu memberi ‘kehidupan’. Karena itu wajib dirawat dan dijaga. Kini buah kelapa tak lagi murahan, tak sampai seperti terbuang seperti sebelumnya. *k17
Komentar