Kori Agung Pura Dalem Kehen Direstorasi
Pura ini memiliki arsitektur unik karena bangunannya merupakan perpaduan antara candi Jawa dan Bali yang bisa dilihat dari kori agungnya.
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar melakukan restorasi terhadap kori agung Pura Dalem Kehen, Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Kori setinggi kurang lebih 9 meter dengan lebar sekitar 4 meter direstorasi sejak 31 Juli 2020 lalu yang rencananya akan diusulkan menjadi bangunan cagar budaya karena berkaitan dengan sejarah Pura Kehen Bangli.
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram, Selasa (11/8) mengatakan, restorasi dilakukan karena struktur kori sempat roboh akibat gempa beberapa tahun lalu. Dengan kerasnya guncangan, struktur candi yang terbuat dari tanah liat rapuh dan roboh sehingga harus dilakukan restorasi kembali.
Pura Dalem Kehen ini, dikatakan Mataram, memiliki arsitektur unik karena bangunannya merupakan perpaduan antara candi Jawa dan Bali yang bisa dilihat dari kori agungnya. Diperkirakan pura ini sudah ada sejak zaman Majapahit. Namun, sampai saat ini tahun keberadaan candi tersebut belum bisa terbaca. "Saking lamanya dan tergolong tua, sampai tidak bisa terbaca tahunnya. Mungkin sudah sejak zaman Majapahit, karena model kori agungnya merupakan perpaduan antara bentuk candi Jawa dan Bali," jelas Mataram.
Dalam proses restorasi ini, struktur kori agungnya akan diperkuat dengan ditambahi beton pada bagian dalamnya dan struktur luarnya akan tetap menggunakan bata aslinya. "Ini kemarin saat gempa Lombok sempat roboh karena kan bangunan lama hanya menggunakan tanah sebagai perekatnya. Makanya sekarang kami perkuat strukturnya," ungkapnya.
Menurut Mataram, Pura Kehen sampai saat ini belum didaftarkan dan ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini dikarenakan terkendala pandemi Covid-19 (Virus Corona), padahal Disbud rencananya mendaftarkannya pada tahun ini. Mataram mengatakan, kemungkinan pura ini bersama beberapa pura kuno lainnya di Denpasar akan didaftarkan sebagai cagar budaya pada tahun 2021. Target proses restorasi ini, kata dia, diprediksi selesai dalam waktu 60 hari kerja melibatkan 6 orang pekerja yang sudah ahli dalam restorasi.
Sementara salah satu jero mangku di Pura Dalem Kehen, I Made Nartana,48, menceritakan bahwa pura ini sudah ada sejak lama dan tidak diketahui kapan persisnya didirikan. Akan tetapi menurut Nartana, pura ini memiliki kaitan erat dengan Pura Kehen di Bangli. "Dari pengelingsir saya sudah ada pura ini dan tidak jelas tahunnya, kapan ini dibangun. Pura ini ada kaitannya dengan Pura Kehen Bangli," ungkapnya.
Sebenarnya kata dia, ada buku terkait sejarah pura ini, akan tetapi ulasan buku tersebut kurang lengkap. Bahkan, salah satunya sejarah yang ada di Pura Kehen Bangli pun kurang lengkap dikarenakan prasastinya kebanyakan dibawa ke Belanda. Menurutnya, pura ini baru pertamakali direstorasi dan sebelum dilakukan restorasi sudah dilakukan peninjauan bahkan penelitian selama satu tahun.
"Lama ini prosesnya. Dari Dinas Kebudayaan, dari Balai Pelestarian Cagar Budaya juga datang ke sini melakukan penelitian. Hampir setahun ada ini diteliti sebelum dilakukan restorasi," imbuhnya.
Proses awal restorasi kori agung ini dimulai dengan mencari dewasa ayu Tembau, selanjutnya pada 29 Juli 2020 dilakukan proses nuwasen. Kemudian pada 31 Juli 2020 dimulai proses pemugaran. Untuk odalan di pura ini dilaksanakan setiap Buda Umanis Medangsia.
Di pura ini juga ada beberapa palinggih kuno yang masih tetap utuh walaupun ada beberapa yang sudah diganti dengan batu hitam. Adapun palinggih yang masih tetap utuh dan alami yakni Pengrurahan Batur, Gedong Ibu, Gedong Ratu Agung, serta beberapa palinggih lainnya. "Karena pura ini kuno, makanya sekarang kami biarkan alami, sebelumnya kami tidak tahu makanya kami ganti beberapa, tapi untuk selanjutnya akan dibiarkan alami," katanya.
Pura Dalem Kehen disungsung barong landung dan dua tapel Ratu Ngurah Sambangan. Uniknya, masing-masing palinggih di pura ini memiliki satu jero mangku, sehingga ada 16 jero mangku di pura ini. Juga ada tradisi unik setiap dilaksanakan odalan yakni Tradisi Merauhan. *mis
Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar melakukan restorasi terhadap kori agung Pura Dalem Kehen, Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Kori setinggi kurang lebih 9 meter dengan lebar sekitar 4 meter direstorasi sejak 31 Juli 2020 lalu yang rencananya akan diusulkan menjadi bangunan cagar budaya karena berkaitan dengan sejarah Pura Kehen Bangli.
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram, Selasa (11/8) mengatakan, restorasi dilakukan karena struktur kori sempat roboh akibat gempa beberapa tahun lalu. Dengan kerasnya guncangan, struktur candi yang terbuat dari tanah liat rapuh dan roboh sehingga harus dilakukan restorasi kembali.
Pura Dalem Kehen ini, dikatakan Mataram, memiliki arsitektur unik karena bangunannya merupakan perpaduan antara candi Jawa dan Bali yang bisa dilihat dari kori agungnya. Diperkirakan pura ini sudah ada sejak zaman Majapahit. Namun, sampai saat ini tahun keberadaan candi tersebut belum bisa terbaca. "Saking lamanya dan tergolong tua, sampai tidak bisa terbaca tahunnya. Mungkin sudah sejak zaman Majapahit, karena model kori agungnya merupakan perpaduan antara bentuk candi Jawa dan Bali," jelas Mataram.
Dalam proses restorasi ini, struktur kori agungnya akan diperkuat dengan ditambahi beton pada bagian dalamnya dan struktur luarnya akan tetap menggunakan bata aslinya. "Ini kemarin saat gempa Lombok sempat roboh karena kan bangunan lama hanya menggunakan tanah sebagai perekatnya. Makanya sekarang kami perkuat strukturnya," ungkapnya.
Menurut Mataram, Pura Kehen sampai saat ini belum didaftarkan dan ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini dikarenakan terkendala pandemi Covid-19 (Virus Corona), padahal Disbud rencananya mendaftarkannya pada tahun ini. Mataram mengatakan, kemungkinan pura ini bersama beberapa pura kuno lainnya di Denpasar akan didaftarkan sebagai cagar budaya pada tahun 2021. Target proses restorasi ini, kata dia, diprediksi selesai dalam waktu 60 hari kerja melibatkan 6 orang pekerja yang sudah ahli dalam restorasi.
Sementara salah satu jero mangku di Pura Dalem Kehen, I Made Nartana,48, menceritakan bahwa pura ini sudah ada sejak lama dan tidak diketahui kapan persisnya didirikan. Akan tetapi menurut Nartana, pura ini memiliki kaitan erat dengan Pura Kehen di Bangli. "Dari pengelingsir saya sudah ada pura ini dan tidak jelas tahunnya, kapan ini dibangun. Pura ini ada kaitannya dengan Pura Kehen Bangli," ungkapnya.
Sebenarnya kata dia, ada buku terkait sejarah pura ini, akan tetapi ulasan buku tersebut kurang lengkap. Bahkan, salah satunya sejarah yang ada di Pura Kehen Bangli pun kurang lengkap dikarenakan prasastinya kebanyakan dibawa ke Belanda. Menurutnya, pura ini baru pertamakali direstorasi dan sebelum dilakukan restorasi sudah dilakukan peninjauan bahkan penelitian selama satu tahun.
"Lama ini prosesnya. Dari Dinas Kebudayaan, dari Balai Pelestarian Cagar Budaya juga datang ke sini melakukan penelitian. Hampir setahun ada ini diteliti sebelum dilakukan restorasi," imbuhnya.
Proses awal restorasi kori agung ini dimulai dengan mencari dewasa ayu Tembau, selanjutnya pada 29 Juli 2020 dilakukan proses nuwasen. Kemudian pada 31 Juli 2020 dimulai proses pemugaran. Untuk odalan di pura ini dilaksanakan setiap Buda Umanis Medangsia.
Di pura ini juga ada beberapa palinggih kuno yang masih tetap utuh walaupun ada beberapa yang sudah diganti dengan batu hitam. Adapun palinggih yang masih tetap utuh dan alami yakni Pengrurahan Batur, Gedong Ibu, Gedong Ratu Agung, serta beberapa palinggih lainnya. "Karena pura ini kuno, makanya sekarang kami biarkan alami, sebelumnya kami tidak tahu makanya kami ganti beberapa, tapi untuk selanjutnya akan dibiarkan alami," katanya.
Pura Dalem Kehen disungsung barong landung dan dua tapel Ratu Ngurah Sambangan. Uniknya, masing-masing palinggih di pura ini memiliki satu jero mangku, sehingga ada 16 jero mangku di pura ini. Juga ada tradisi unik setiap dilaksanakan odalan yakni Tradisi Merauhan. *mis
Komentar