Dirikan Yayasan Dimas Kanjeng, Tidak Pernah Setor Uang ke Pusat
Inilah pengakuan I Wayan Sudarya SSos MSi, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Ka-bupaten Tabanan yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Sekretariat Wilayah Bali.
Pengakuan Gamblang Wayaan Sudarya
TABANAN, NusaBali
Wayan Sudarya mengaku sebagai pendiri dan ditunjuk jadi ketua yayasan, tapi tidak pernah setor uang ke Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur.
Saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Selasa (4/10), Wayan Sudarya mengakui dirinya memang ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Sekretariat Wilayah Bali yang bermarkas di Banjar Pamudungan, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Tabanan. Sudarya pula yang mendirikan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Sekretariat Perwakilan Bali, 11 Oktober 2015 lalu.
Hanya saja, menurut birokrat asal Banjar Pucuk, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan ini, yayasan yang bergerak di bidang kemanusiaan di bawah pimpinannya tersebut vakum dari kegiatan. Masalahnya, Ketua Umum Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Pusat di Probolinggo, Abdul Gani, meninggal dunia.
“Kita sempat susun program kemanusiaan, tapi tidak jalan karena Ketua Yayasan Pusat meninggal dunia,” ungkap Sudarya yang notabene mantan Camat Selemadeg Timur dan Kepala Sat Pol PP Pemkab Tabanan.
Sudarya mengaku tertarik bergabung dengan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, karena lembaga ini bergerak di bidang kemanusiaan. “Membantu sesama itu kan baik. Itu membuat saya tertarik,” papar Sudarya.
Sudarya juga mengakui sempat beberapa kali bertemu Abdul Gani di Probolinggo, Jawa Timur untuk membahas pendirian Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Sekretariat Wilayah Bali. Bahkan, Sudarya mengaku beberapa kali sempat bertemu Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo.
“Yayasan dengan kegiatan padepokan itu berbeda. Saya ikut di yayasan, karena punya program kemanusiaan, Tapi sayang, yayasan ini tidak jalan karena ketua pusat keburu meninggal,” dalih Sudarya, yang dialihkan dari posisi Kepala Sat Pol PP Tabanan menjadi Sekretaris BLH Tabanan pada 2014.
Selama bolak-balik dari Bali ke Probolinggo, Sudarya mengaku tidak pernah setor uang ke Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Hanya saja, Sudarya mengakui urunan transport sebesar Rp 200.000 bersama teman-temannya untuk pergi ke Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo.
Sudarya mengaku Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Sekretariat Wilayah Bali di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan memiliki badan hukum, karena didaftarkan secara legal formal. “Tapi, kalau kegiatan padepokan, saya tidak tahu,” ujar Sudarya, yang dulu digantikan oleh Wayan Sarba sebagai Kepala Satpol PP Tabanan.
Ditanya soal cuti panjang yang diajukannya selaku pegawai negeri sipil (PNS), Sudarya membenarkannya. Menurut Sudarya, dirinya mengajukan cuti kerja sejak 21 Septembver 2016 lalu, karena hendak melakukan kegiatan spiritual Matirta Yatra ke India. Konon, Sudarya akan cuti hingga 21 Desember 2016 mendatang.
Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Banjar Pamudungan, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan dibangun di atas lahan seluas 10 are milik I Wayan Suanda, 49, warga setempat. Wayan Suanda sendiri menjadi Pembina Yayasan Padepokan Dimnas Kanjeng Sekertariat Bali.
Senada dengan Sudarya, Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng memiliki badan hukum. Yayasan ini diresmikan 11 Oktober 2015 lalu, langsung oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Akta pendirian yayasan ini Nomor 2 Tanggal 10 Mei 2012 atas nama Notaris Ayu Marlayaty dan SK Menkum HAM. "Kami ini yayaasan, bukan padepokanya. Kami punya naungan hukumnya," ujar Suanda, Senin (3/10). * k21
1
Komentar