Bayu Gendeng Beber Kasiat Batu Permata
SEMARAPURA, NusaBali
Made Bayu Gendeng alias Jro Master Bayu Gendeng, salah seorang paranormal dari Banjar Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Dia berbagi pengalaman dan wawasan tentang cara mengenal kualitas batu permata, pusaka, dan jinah (uang) kepeng. Bahkan, batu permata diyakini memiliki energi bagi penggunanya, terutama untuk meningkatkan imun tubuh.
Hal itu dia sampaikan dalam kegiatan "Workshop Mengenal Kualitas Batu Permata, Pusaka dan Jinah Kepeng", di Pura Ayun, Jalan Nangka Selatan, tepatnya sebelah utara Balai Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kamis (20/8) siang. Peserta worshop puluhan jro mangku, akademisi, dan masyarakat.
Made Bayu Gendeng menjelaskan workshop ini sejenis latihan singkat. Tujuannya, memperkenalkan batu permata baik dari segi fungsi, kebutuhan upakara di Bali. Selain itu, batu permata yang berhubungan dengan budaya dan kegunaan lain. "Tak kalah penting, bagaimana mengetahui batu permata asli dan palsu. Bagaimana pula batu permata itu berkembang bukan saja dari nilai estetika, melainkan juga nilai mistis," ujar Bayu Gendeng di Klungkung, Jumat (21/8).
Jelas Bayu Gendeng, fungsi batu permata dan uang kepeng untuk upakara, contohnya untuk mendem pedagingan pada dasar palinggih, batu permata untuk sangging, dan lainnya. Bahkan ada juga batu permata untuk penguat energi menjaga serangan secara gaib. "Jadi banyak sekali fungsi permata yang tidak kita ketahui dan itu sangat luar biasa. Batu permata itu ketika kita gunakan juga untuk meningkatkan energi, otomatis menambah imun tubuh untuk mengantisipasi kondisi di tengah pandemi Covid-19 ini," imbuh Bayu Gendeng.
Namun karena nilai jual batu permata tinggi, jelas dia, maka banyak beredar di pasaran batu permata palsu atau imitasi. Kepalsuan itu dapat diketahui baik dari jenis batu maupun dari warnanya. "Kami juga juga jelaskan bagaimana cara mengenal batu permata asli dan imitasi itu," imbuh Bayu Gendeng.
Dia menyebutkan, kebiasaan masyarakat memakai batu permata karena budaya masoca (pakai permata) sudah ada dari zaman dahulu. Oleh karena itu, tentu keliru jika budaya batu akik itu ada sejak booming tahun 2014. Hal tersebut juga tersirat dalam kisah perjalanan spiritual Maha Rsi Markandya, terutama kisah-kisah tentang batu Manawa Ratna, batu Windu Sara, dan batu berkasiat lainnya. "Itulah batu-batu yang sudah dikenal dari leluhur kita," katanya. *wan
Hal itu dia sampaikan dalam kegiatan "Workshop Mengenal Kualitas Batu Permata, Pusaka dan Jinah Kepeng", di Pura Ayun, Jalan Nangka Selatan, tepatnya sebelah utara Balai Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kamis (20/8) siang. Peserta worshop puluhan jro mangku, akademisi, dan masyarakat.
Made Bayu Gendeng menjelaskan workshop ini sejenis latihan singkat. Tujuannya, memperkenalkan batu permata baik dari segi fungsi, kebutuhan upakara di Bali. Selain itu, batu permata yang berhubungan dengan budaya dan kegunaan lain. "Tak kalah penting, bagaimana mengetahui batu permata asli dan palsu. Bagaimana pula batu permata itu berkembang bukan saja dari nilai estetika, melainkan juga nilai mistis," ujar Bayu Gendeng di Klungkung, Jumat (21/8).
Jelas Bayu Gendeng, fungsi batu permata dan uang kepeng untuk upakara, contohnya untuk mendem pedagingan pada dasar palinggih, batu permata untuk sangging, dan lainnya. Bahkan ada juga batu permata untuk penguat energi menjaga serangan secara gaib. "Jadi banyak sekali fungsi permata yang tidak kita ketahui dan itu sangat luar biasa. Batu permata itu ketika kita gunakan juga untuk meningkatkan energi, otomatis menambah imun tubuh untuk mengantisipasi kondisi di tengah pandemi Covid-19 ini," imbuh Bayu Gendeng.
Namun karena nilai jual batu permata tinggi, jelas dia, maka banyak beredar di pasaran batu permata palsu atau imitasi. Kepalsuan itu dapat diketahui baik dari jenis batu maupun dari warnanya. "Kami juga juga jelaskan bagaimana cara mengenal batu permata asli dan imitasi itu," imbuh Bayu Gendeng.
Dia menyebutkan, kebiasaan masyarakat memakai batu permata karena budaya masoca (pakai permata) sudah ada dari zaman dahulu. Oleh karena itu, tentu keliru jika budaya batu akik itu ada sejak booming tahun 2014. Hal tersebut juga tersirat dalam kisah perjalanan spiritual Maha Rsi Markandya, terutama kisah-kisah tentang batu Manawa Ratna, batu Windu Sara, dan batu berkasiat lainnya. "Itulah batu-batu yang sudah dikenal dari leluhur kita," katanya. *wan
Komentar