Objek Ceking Dipasangi Cermin
Pemilik lahan di sisi timur pun hendak memanfaatkan akses tersebut untuk mengembangkan usaha.
GIANYAR, NusaBali
Objek Wisata Ceking, Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar, masih menjadi objek polemik antar warga. Terbukti, beberapa bulan lalu warga di posisi pemandangan sawah, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, memasang sejumlah cermin hingga menyilaukan pandangan wisatawan di Desa Tegallalang,
Kapolsek Tegallalang AKP Ketut Sudita dan Plt Camat Tegallalang Komang Alit Adnyana memediasi kepentingan Badan Pengelola Objek Wisata Ceking (BPOWC) dan enam pemilik lahan objek, Senin (24/8), di wantilan Kantor Camat Tegallalang. Kapolsek Tegallalang AKP Ketut Sudita mengatakan mediasi digelar terkait adanya permasalahan pemilik lahan di Objek Wisata Ceking, berupa pemasangan cermin penyilau pandangan beberapa bulan lalu. "Kami lihat ada pemasangan cermin, mengganggu kenyamanan masyarakat yang lewat di jalur ceking. Melihat hal itu kami mengundang pihak terkait pengelolaan ceking agar kedepan aman. Kami mengundang pemilik lahan dan pengelola meminjam tempat di kantor camat mempertemukan ke dua belah pihak, dan sudah ada kesepakatan agar kedepan Ceking dikelola berkelanjutan," jelasnya.
Kedua belah pihak akhirnya sepakat bekerja sama menjadikan kawasan sebagai objek wisata berkelanjutan. Selain kesepakatan, ada pula sejumlah persoalan yang dibahas dalam mediasi. Misalnya, nilai kerja sama hingga tentang jembatan yang menghubungkan sisi barat dan timur.
Ketua BPOWC I Made Dauh Wijana mengatakan sebelumnya memang ada berupa jembatan sebagai akses menuju sisi timur di objek tersebut. Pemilik lahan di sisi timur pun hendak memanfaatkan akses tersebut untuk mengembangkan usaha. "Karena ada akses ini, mereka memang ingin mamanfaatkan view disana (sisi timur, Red) untuk berjualan, usaha dan lain sebagainya. Itu kita maklumi," katanya.
Namun setelah dipertimbangkan pengembangan usaha di sisi timur itu dinilai kurang tepat. Demi menjaga keberlanjutan pariwisata Ceking, kawasan sisi timur tersebut harus dijaga keasriannya. "Agar Ceking menjadi objek yang berkelanjutan, bukan objek untuk hari ini saja, maka itu kami berbenah untuk view sebelah timur yang selama ini menjadi ikon," katanya.
Konsekuensi dari menjaga kawasan sisi timur itu adalah dengan menghilang jembatan yang mengarah ke sisi timur tersebut. Karena, bila jembatan itu dibiarkan bisa memicu persoalan di kemudian hari. "Disain terbaik, memang jembatan itu tidak ada, kalau ada akses pemanfaatan nanti bisa memicu persoalan yang ujungnya komplin, dan itu pasti akan ke pengelola," katanya.
Dia berkomitmen melestarikan kawasan sisi timur yang selama ini menjadi objek kunjungan. Sementara untuk pemilik lahan selain ada kerjasama berupa kontrak juga akan diberikan kompensasi. "Kami akan kompensasi dengan nilai yang memang didapatkan selama dulu membuka akses. Itu jalan tengah yang kita dapatkan, sehingga agar nanti bisa dijadikan satu keputusan agar kedepannya tidak ada lagi persoalan sejenis ini," katanya.
Ditegaskan, bila kualitas objek wisata Ceking meningkat, maka pihaknya bisa meningkatkan donasi yang selama ini ditarik dari setiap kunjungan.
Salah satu pemilik lahan, Nyoman Dana mengakui selama pandemi Covid-19 sempat terjadi mis komunikasi. Sehingga terjadi kesalahpahaman yang berujung pada pemasangan cermin di kawasan sisi timur tersebut. "Ke depan kami ingin mengedepankan komunikasi. Selama ini kumunikasi kurang, sehingga ada kesalahpahaman. Kami juga ingin membangun objek wisata Ceking berkelanjutan dengan win-win solution," katanya. *nvi
Kapolsek Tegallalang AKP Ketut Sudita dan Plt Camat Tegallalang Komang Alit Adnyana memediasi kepentingan Badan Pengelola Objek Wisata Ceking (BPOWC) dan enam pemilik lahan objek, Senin (24/8), di wantilan Kantor Camat Tegallalang. Kapolsek Tegallalang AKP Ketut Sudita mengatakan mediasi digelar terkait adanya permasalahan pemilik lahan di Objek Wisata Ceking, berupa pemasangan cermin penyilau pandangan beberapa bulan lalu. "Kami lihat ada pemasangan cermin, mengganggu kenyamanan masyarakat yang lewat di jalur ceking. Melihat hal itu kami mengundang pihak terkait pengelolaan ceking agar kedepan aman. Kami mengundang pemilik lahan dan pengelola meminjam tempat di kantor camat mempertemukan ke dua belah pihak, dan sudah ada kesepakatan agar kedepan Ceking dikelola berkelanjutan," jelasnya.
Kedua belah pihak akhirnya sepakat bekerja sama menjadikan kawasan sebagai objek wisata berkelanjutan. Selain kesepakatan, ada pula sejumlah persoalan yang dibahas dalam mediasi. Misalnya, nilai kerja sama hingga tentang jembatan yang menghubungkan sisi barat dan timur.
Ketua BPOWC I Made Dauh Wijana mengatakan sebelumnya memang ada berupa jembatan sebagai akses menuju sisi timur di objek tersebut. Pemilik lahan di sisi timur pun hendak memanfaatkan akses tersebut untuk mengembangkan usaha. "Karena ada akses ini, mereka memang ingin mamanfaatkan view disana (sisi timur, Red) untuk berjualan, usaha dan lain sebagainya. Itu kita maklumi," katanya.
Namun setelah dipertimbangkan pengembangan usaha di sisi timur itu dinilai kurang tepat. Demi menjaga keberlanjutan pariwisata Ceking, kawasan sisi timur tersebut harus dijaga keasriannya. "Agar Ceking menjadi objek yang berkelanjutan, bukan objek untuk hari ini saja, maka itu kami berbenah untuk view sebelah timur yang selama ini menjadi ikon," katanya.
Konsekuensi dari menjaga kawasan sisi timur itu adalah dengan menghilang jembatan yang mengarah ke sisi timur tersebut. Karena, bila jembatan itu dibiarkan bisa memicu persoalan di kemudian hari. "Disain terbaik, memang jembatan itu tidak ada, kalau ada akses pemanfaatan nanti bisa memicu persoalan yang ujungnya komplin, dan itu pasti akan ke pengelola," katanya.
Dia berkomitmen melestarikan kawasan sisi timur yang selama ini menjadi objek kunjungan. Sementara untuk pemilik lahan selain ada kerjasama berupa kontrak juga akan diberikan kompensasi. "Kami akan kompensasi dengan nilai yang memang didapatkan selama dulu membuka akses. Itu jalan tengah yang kita dapatkan, sehingga agar nanti bisa dijadikan satu keputusan agar kedepannya tidak ada lagi persoalan sejenis ini," katanya.
Ditegaskan, bila kualitas objek wisata Ceking meningkat, maka pihaknya bisa meningkatkan donasi yang selama ini ditarik dari setiap kunjungan.
Salah satu pemilik lahan, Nyoman Dana mengakui selama pandemi Covid-19 sempat terjadi mis komunikasi. Sehingga terjadi kesalahpahaman yang berujung pada pemasangan cermin di kawasan sisi timur tersebut. "Ke depan kami ingin mengedepankan komunikasi. Selama ini kumunikasi kurang, sehingga ada kesalahpahaman. Kami juga ingin membangun objek wisata Ceking berkelanjutan dengan win-win solution," katanya. *nvi
1
Komentar