Pelatihan Memasak Kemenparekraf Diikuti 102 Peserta
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 102 peserta yang merupakan pegiat kuliner di Bali mengikuti pelatihan memasak Masamo (Masak Bersama Master secara Online) Batch 3 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, Senin (24/8).
Penyelenggaraan pelatihan memasak ini tak lepas dari situasi pandemi Covid-19 yang membuat banyak masyarakat beralih menjadi pengusaha di bidang kuliner.
“Pada saat terjadi Covid beberapa waktu yang lalu, kita memang diminta untuk membuat sebuah program yang membantu memberikan alternatif pekerjaan atau pemasukan bagi banyak orang. Makanya kita ambil kuliner, karena memang banyak yang mereka shift untuk belajar masak kemudian menjual masakannya. Itu yang bisa dilakukan di rumah,” ungkap Joshua Puji Mulia Simandjuntak selaku Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreatifitas Kemenparekraf.
Pelaksanaan pelatihan memasak yang kali ini menyasar Bali diselenggarakan secara online dan offline. Tercatat, sebanyak 30 peserta mengikuti kegiatan ini secara langsung di Westin Resort Nusa Dua, Kabupaten Badung, dan 72 peserta mengikuti kegiatan ini secara daring dan mengikuti kegiatan memasak dari rumah masing-masing. Adapun semua peserta mendapatkan bahan-bahan dasar memasak yang sama untuk memasak dua menu, yakni spageti brûlée dan makanan penutup ala Korea, yakni patbingsoo.
Jika peserta yang mengikuti kegiatan Masamo secara offline dapat bertemu dan berlatih langsung dengan chef master Norman Ismail yang memberikan pelatihan memasak ini, maka bagi peserta yang mengikuti secara daring bisa mengunggah hasil masakannya. “Memang karena keterbatasan, ini memang challenge buat kita karena namanya masakan harus dicoba ya. Ini memang challenge tapi kita upload hasil dari visual masakannya,” lanjutnya.
Acara ini sendiri merupakan yang ketiga kalinya dilakukan oleh Kemenparekraf, yang kali ini menyasar Bali. Sebelumnya, telah diadakan batch pertama dan kedua yang menyasar wilayah Jabodetabek yang seluruhnya diadakan secara online. Setelah di Bali yang pelaksanaannya berdekatan dengan kegiatan di Mandalika Nusa Tenggara Barat, ada kota Medan yang akan kedatangan Masamo dari Kemenparekraf ini.
Diungkapkan, rangkaian kegiatan Masamo ke wilayah-wilayah di Indonesia ini akan berlangsung hingga akhir tahun. “Memang kita sekarang sebagai bagian dari untuk menggiatkan lagi wisata di Bali. Ini salah satu upaya kita dengan kegiatan seperti ini di Bali. Jadi nanti akan ada expose bahwa Bali sudah mulai menggeliat,” katanya.
Tak hanya memberi pelatihan soal memasak, namun kegiatan oleh Kemenparekraf ini juga memiliki rangkaian pelatihan lainnya, yakni mengenai bisnis kuliner secara sederhana dalam program BUKA dan pelatihan mengenai pengemasan dan branding produk dalam program BEDAKAN. “Jadi mereka kita persiapkan mereka untuk siap mulai mencoba berbisnis,” tegas Joshua Puji Mulia Simandjuntak.
Sementara itu, chef master Norman Ismail yang menjadi memandu kegiatan ini, mengungkapkan potensi-potensi kuliner yang dimiliki oleh para peserta. “Yang saya berikan tadi istilahnya kanvas kosong. Sebetulnya kalau mereka lebih kreatif, ini bisa dikembangkan kembali. Entah itu nanti dimodifikasi baik dari cara visualnya, misalnya dari kemasannya. Atau, misalnya dari sisi makanannya itu sendiri dimodifikasi atau dibikin lebih menarik. Atau mungkin mereka lebih tahu selera orang Bali sendiri arahnya ke mana,” ungkapnya kepada NusaBali. *cr74
“Pada saat terjadi Covid beberapa waktu yang lalu, kita memang diminta untuk membuat sebuah program yang membantu memberikan alternatif pekerjaan atau pemasukan bagi banyak orang. Makanya kita ambil kuliner, karena memang banyak yang mereka shift untuk belajar masak kemudian menjual masakannya. Itu yang bisa dilakukan di rumah,” ungkap Joshua Puji Mulia Simandjuntak selaku Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreatifitas Kemenparekraf.
Pelaksanaan pelatihan memasak yang kali ini menyasar Bali diselenggarakan secara online dan offline. Tercatat, sebanyak 30 peserta mengikuti kegiatan ini secara langsung di Westin Resort Nusa Dua, Kabupaten Badung, dan 72 peserta mengikuti kegiatan ini secara daring dan mengikuti kegiatan memasak dari rumah masing-masing. Adapun semua peserta mendapatkan bahan-bahan dasar memasak yang sama untuk memasak dua menu, yakni spageti brûlée dan makanan penutup ala Korea, yakni patbingsoo.
Jika peserta yang mengikuti kegiatan Masamo secara offline dapat bertemu dan berlatih langsung dengan chef master Norman Ismail yang memberikan pelatihan memasak ini, maka bagi peserta yang mengikuti secara daring bisa mengunggah hasil masakannya. “Memang karena keterbatasan, ini memang challenge buat kita karena namanya masakan harus dicoba ya. Ini memang challenge tapi kita upload hasil dari visual masakannya,” lanjutnya.
Acara ini sendiri merupakan yang ketiga kalinya dilakukan oleh Kemenparekraf, yang kali ini menyasar Bali. Sebelumnya, telah diadakan batch pertama dan kedua yang menyasar wilayah Jabodetabek yang seluruhnya diadakan secara online. Setelah di Bali yang pelaksanaannya berdekatan dengan kegiatan di Mandalika Nusa Tenggara Barat, ada kota Medan yang akan kedatangan Masamo dari Kemenparekraf ini.
Diungkapkan, rangkaian kegiatan Masamo ke wilayah-wilayah di Indonesia ini akan berlangsung hingga akhir tahun. “Memang kita sekarang sebagai bagian dari untuk menggiatkan lagi wisata di Bali. Ini salah satu upaya kita dengan kegiatan seperti ini di Bali. Jadi nanti akan ada expose bahwa Bali sudah mulai menggeliat,” katanya.
Tak hanya memberi pelatihan soal memasak, namun kegiatan oleh Kemenparekraf ini juga memiliki rangkaian pelatihan lainnya, yakni mengenai bisnis kuliner secara sederhana dalam program BUKA dan pelatihan mengenai pengemasan dan branding produk dalam program BEDAKAN. “Jadi mereka kita persiapkan mereka untuk siap mulai mencoba berbisnis,” tegas Joshua Puji Mulia Simandjuntak.
Sementara itu, chef master Norman Ismail yang menjadi memandu kegiatan ini, mengungkapkan potensi-potensi kuliner yang dimiliki oleh para peserta. “Yang saya berikan tadi istilahnya kanvas kosong. Sebetulnya kalau mereka lebih kreatif, ini bisa dikembangkan kembali. Entah itu nanti dimodifikasi baik dari cara visualnya, misalnya dari kemasannya. Atau, misalnya dari sisi makanannya itu sendiri dimodifikasi atau dibikin lebih menarik. Atau mungkin mereka lebih tahu selera orang Bali sendiri arahnya ke mana,” ungkapnya kepada NusaBali. *cr74
Komentar