Suara Kempul Baris Jangkang Punya Kekuatan Usir Musuh
Event tahunan Nusa Penida Festival (NPF) III 2016 telah dibuka resmi di Pantai Nyuh, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Jumat (7/10) sore.
Suwirta menyebutkan, pada 2017 mendatang, semua objek wisata di kawasan seberang Nusa Penida seperti Pantai Atuh dan Bukit Banah akan diusahakan bisa dibenahi tuntas. “Kita akan segera benahi objek-objek tersebut,” tegas Bupati asal Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa penida, Klungkung ini.
Sementara itu, atraksi kolosal Tari Baris Jangkang 1.000 Penari meriahkan acara pe-mbukaan NPF III 2016, Jumat sore pukul 16.30 Wita. Para penari yang semuanya laki-laki ini sebanyak 500 orang di antaranya diambil dari Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida. Mereka diambil dari 5 banjar di Desa Pejukutan, yakni Banjar Pelilit, Banjar Pendem, banjar Karang, Banjar Pejukutan, dan Banjar Ampel. Sedangkan 500 penari lagi diambil dari kalangan siswa SMP dan SMA/SMK se-Nusa Penida.
Saking banyaknya penari yang terlibat, mereka harus dibagi dalam 5 blok (pintu masuk) menuju arena pentas. Atraksi kolosal Tari Baris Jangkang 1.000 Penari ini berlangsung selama 10 menit hingga pukul 16.40 Wita. Atraksi Tari Baris Jangkang dengan busana khas, senjata tombak, dan iringan gambelan spesial inilah yang jadi tontotan menarik bagi pengunjung saat pembukaan NPF III 2016.
Maklum, Tari Baris Jangngkang merupakan tarian sakral dari Desa Pejukutan selama ini hanya dipentaskan saat piodalan di Pura Kahyangan Tiga, sebagai wujud syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas keberlimpahan karunia-Nya. Penarinya pun selalu hanya 9 orang, yang melambangkan konsep Nawasanga (9 arah mata angin). Namun, sore kemarin dientaskan secara massal dengan melibatkan 1.000 penari.
Menurut Ketua Seksi Tari Baris Jangkang Panitia NPF III 2016, I Made Monjong, Tari Baris Jangkang dipiliah karena selain sakral, juga dianggap memiliki nilai magis yang tinggi. Tari Baris Jangkang yang bersenjatakan tombak menggambarkan sosok prajurit tangguh dan gagah berani dalam menghadapi musuh. “Sebagai tarian sakral, gerakan Tari Baris Jangkang terbilang unik dan sulit untuk ditiru. Tari Baris Jangkang juga memiliki nilai magis tinggi,” ujar Made Monjong kepada NusaBali.
Made Monjong menambahkan, perangkat gambelan untuk mengiringi Tari Baris Jangkang juga terbilang sakral. Salah satu yang paling sakral adalah Kempul. Di zaman dulu, jika Kempul ini dipukul-pukul, bisa mengeluarkan suara mampu membuat musuh lari tunggang langgang. “Musuh yang mendengar suara Kempul sakral ini lari ketakutan. Apalagi, mereka juga melihat padang ilalang seperti ujung tombak dan keris,” papar Monjong.
Keberadaan Tari Baris Jangkang di Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida itu sendiri bermula dari seorang anak bernama I Jero Kulit yang lahir di tanah tandus. Dengan segala ketulusan, I Jero Kulit memutuskan untuk ngayah sebagai pemelihara babi milik Raja Agung di Klungkung.
Suatu ketika, I Jero Kulit merasa kaget karena baru menyadari bahwa tempat makanan ternak babinya berupa alat gambelan Kempul. “Karena merasa kasihan, I Jero Kulit kemudian meminta Kempul tersebut untuk dibawa pulang ke kampung halamannya,” papar Monjong.
Setelah I Jero Kulit membawa pulang Kempul sakral tersebut, terjadi perang di tanah kelahirannya. Maka, I Jero Kulit memutuskan untuk gabung berperang melawan desa tetangga. Dia tidak membawa senjata apa pun, kecuali Kempul sakral bekas tempat makan babi tersebut. Ternyata, Kempul itu memiliki kekuatan magis, karena ketika dipukul mengeluarkan suara menggelagar yang membuat musuh ketakutan karena melihat padang ilalang bergetar seperti tombak dan keris.
“Kisah keagungan Kempul sakral dan I Jero Kulit itu kemudian dimanifestasikan dalam bentuk Tari Baris Jangkang,” kata Monjong. Jangkang berasal dari bahasa setemp yaitu jungkang-jungking, yang berarti jatuh bangunnya padang ilalang akibat getaran suara Kempul saat perang. * wa
Sementara itu, atraksi kolosal Tari Baris Jangkang 1.000 Penari meriahkan acara pe-mbukaan NPF III 2016, Jumat sore pukul 16.30 Wita. Para penari yang semuanya laki-laki ini sebanyak 500 orang di antaranya diambil dari Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida. Mereka diambil dari 5 banjar di Desa Pejukutan, yakni Banjar Pelilit, Banjar Pendem, banjar Karang, Banjar Pejukutan, dan Banjar Ampel. Sedangkan 500 penari lagi diambil dari kalangan siswa SMP dan SMA/SMK se-Nusa Penida.
Saking banyaknya penari yang terlibat, mereka harus dibagi dalam 5 blok (pintu masuk) menuju arena pentas. Atraksi kolosal Tari Baris Jangkang 1.000 Penari ini berlangsung selama 10 menit hingga pukul 16.40 Wita. Atraksi Tari Baris Jangkang dengan busana khas, senjata tombak, dan iringan gambelan spesial inilah yang jadi tontotan menarik bagi pengunjung saat pembukaan NPF III 2016.
Maklum, Tari Baris Jangngkang merupakan tarian sakral dari Desa Pejukutan selama ini hanya dipentaskan saat piodalan di Pura Kahyangan Tiga, sebagai wujud syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas keberlimpahan karunia-Nya. Penarinya pun selalu hanya 9 orang, yang melambangkan konsep Nawasanga (9 arah mata angin). Namun, sore kemarin dientaskan secara massal dengan melibatkan 1.000 penari.
Menurut Ketua Seksi Tari Baris Jangkang Panitia NPF III 2016, I Made Monjong, Tari Baris Jangkang dipiliah karena selain sakral, juga dianggap memiliki nilai magis yang tinggi. Tari Baris Jangkang yang bersenjatakan tombak menggambarkan sosok prajurit tangguh dan gagah berani dalam menghadapi musuh. “Sebagai tarian sakral, gerakan Tari Baris Jangkang terbilang unik dan sulit untuk ditiru. Tari Baris Jangkang juga memiliki nilai magis tinggi,” ujar Made Monjong kepada NusaBali.
Made Monjong menambahkan, perangkat gambelan untuk mengiringi Tari Baris Jangkang juga terbilang sakral. Salah satu yang paling sakral adalah Kempul. Di zaman dulu, jika Kempul ini dipukul-pukul, bisa mengeluarkan suara mampu membuat musuh lari tunggang langgang. “Musuh yang mendengar suara Kempul sakral ini lari ketakutan. Apalagi, mereka juga melihat padang ilalang seperti ujung tombak dan keris,” papar Monjong.
Keberadaan Tari Baris Jangkang di Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida itu sendiri bermula dari seorang anak bernama I Jero Kulit yang lahir di tanah tandus. Dengan segala ketulusan, I Jero Kulit memutuskan untuk ngayah sebagai pemelihara babi milik Raja Agung di Klungkung.
Suatu ketika, I Jero Kulit merasa kaget karena baru menyadari bahwa tempat makanan ternak babinya berupa alat gambelan Kempul. “Karena merasa kasihan, I Jero Kulit kemudian meminta Kempul tersebut untuk dibawa pulang ke kampung halamannya,” papar Monjong.
Setelah I Jero Kulit membawa pulang Kempul sakral tersebut, terjadi perang di tanah kelahirannya. Maka, I Jero Kulit memutuskan untuk gabung berperang melawan desa tetangga. Dia tidak membawa senjata apa pun, kecuali Kempul sakral bekas tempat makan babi tersebut. Ternyata, Kempul itu memiliki kekuatan magis, karena ketika dipukul mengeluarkan suara menggelagar yang membuat musuh ketakutan karena melihat padang ilalang bergetar seperti tombak dan keris.
“Kisah keagungan Kempul sakral dan I Jero Kulit itu kemudian dimanifestasikan dalam bentuk Tari Baris Jangkang,” kata Monjong. Jangkang berasal dari bahasa setemp yaitu jungkang-jungking, yang berarti jatuh bangunnya padang ilalang akibat getaran suara Kempul saat perang. * wa
1
2
Komentar