Peternak Trauma Pelihara Babi
Peternak ini berharap pemerintah dapat memberikan bantuan bibit babi.
GIANYAR, NusaBali
Kasus kamatian ratusan ekor babi, hampir bersamaan dengan wabah Covid-19, awal Maret 2020, sangat menyakitkan hati peternak di Gianyar. Pemerintah yang diharapkan ikut membantu mengatasi masalah ini, tak juga membuahkan hasil. Dampaknya, sejumlah peternak masih trauma untuk kembali memelihara babi.
Salah satu peternak babi, Ketut Suyoga asal Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, mengakui belum ada keterangan resmi dari pemerintah tentang penyakit yang mematikan ratusan ekor babi secara sia-sia itu. Namun dia pernah mendengar kematian babi itu karena virus ASF atau demam babi Afrika. Sejak serangan virus itu, dia sudah berhenti menjadi peternak babi.
Dia masih takut memelihara babi karena virus babi tersebut masih mewabah. "Saya masih menunggu virus itu reda. Sekarang hanya sambilan saja pelihara ayam jago di rumah," jelasnya, Rabu (26/8).
Dia mengaku kalau toh kembali beternak babi, harus mengumpulkan modal untuk membeli bibit babi. Peternak ini berharap pemerintah dapat memberikan bantuan bibit babi. Jika ada bantuan bibit babi dari pemerintah, akan sangat dirasakan sekali oleh peternak babi. "Kalau ada bantuan, ya berharap sekali. Ada rencana kembali ke peternak babi. Tapi belum tahu kapan, sambil jalan masih ngumpulin modal," sambungnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian Gianyar Ir Made Raka mengaku telah mengusulkan anggaran pengadaan bantuan bibit babi dalam APBD Perubahan Gianyar 2020. Namun, usulan itu tak lolos karena anggaran direfocusing untuk penanggulangan dan pencegahan Covid-19. Dia mengaku tak berwenang untuk mengumumkan penyakit babi itu, apa pun namanya, namun sudah reda. ‘’Kalau pengamatan di lapangan oleh petugas di Kabupaten Gianyar tak lagi ada kasus kematian babi,‘’ jelas pejabat asal Banjar Angkling, Besa Bakbakan, Kecamatan Gianyar ini.
Kata dia, harga daging babi hidup sebelum ada wabah babi sekitar Februari - Maret 2020, antara Rp 28.000 – Rp 30.000/kg. Karena ada penyakit babi, maka harga daging babi hidup anjlok hingga Rp 15.000/kg. Harga ini anjlok karena masyarakat takut konsumsi daging babi gara-gara dugaan virus ASF. Namun per Rabu (26/8), harga daging babi hidup naik jadi Rp 35.000/kg.
Sebagaimana diketahui, Pemkab Gianyar sempat mengeluarkan kebijakan yakni tunjangan beras PNS di Gianyar dipakai membeli daging babi. Saat itu, ratusan ekor babi dibeli oleh Pemkab. Bupati Gianyar Made ‘Agus’ Mahayastra menjelaskan, menjelang Hari Penampahan Galungan nanti, pihaknya tidak lagi membantu peternak babi dengan membeli babi, seperti Galungan lalu. Sebab harga babi telah dianggap normal dan virus babi sudah reda. "Kami hanya bantu peternak saat kondisinya perlu dibantu," ungkapnya, Selasa (25/8). Kalau Galungan lalu, Bupati Mahayastra mengaku membeli 525 ekor babi dengan harga Rp 1.365.000.000. Babi dibeli oleh masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD). Langkah itu dilakukan sebagai salah satu bentuk kampanye bahwa aman mengkonsumsi daging babi. Dia mengakui, untuk APBD Perubahan 2020 tak ada anggaran untuk bantuan bibit babi. *nvi,lsa
Salah satu peternak babi, Ketut Suyoga asal Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, mengakui belum ada keterangan resmi dari pemerintah tentang penyakit yang mematikan ratusan ekor babi secara sia-sia itu. Namun dia pernah mendengar kematian babi itu karena virus ASF atau demam babi Afrika. Sejak serangan virus itu, dia sudah berhenti menjadi peternak babi.
Dia masih takut memelihara babi karena virus babi tersebut masih mewabah. "Saya masih menunggu virus itu reda. Sekarang hanya sambilan saja pelihara ayam jago di rumah," jelasnya, Rabu (26/8).
Dia mengaku kalau toh kembali beternak babi, harus mengumpulkan modal untuk membeli bibit babi. Peternak ini berharap pemerintah dapat memberikan bantuan bibit babi. Jika ada bantuan bibit babi dari pemerintah, akan sangat dirasakan sekali oleh peternak babi. "Kalau ada bantuan, ya berharap sekali. Ada rencana kembali ke peternak babi. Tapi belum tahu kapan, sambil jalan masih ngumpulin modal," sambungnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian Gianyar Ir Made Raka mengaku telah mengusulkan anggaran pengadaan bantuan bibit babi dalam APBD Perubahan Gianyar 2020. Namun, usulan itu tak lolos karena anggaran direfocusing untuk penanggulangan dan pencegahan Covid-19. Dia mengaku tak berwenang untuk mengumumkan penyakit babi itu, apa pun namanya, namun sudah reda. ‘’Kalau pengamatan di lapangan oleh petugas di Kabupaten Gianyar tak lagi ada kasus kematian babi,‘’ jelas pejabat asal Banjar Angkling, Besa Bakbakan, Kecamatan Gianyar ini.
Kata dia, harga daging babi hidup sebelum ada wabah babi sekitar Februari - Maret 2020, antara Rp 28.000 – Rp 30.000/kg. Karena ada penyakit babi, maka harga daging babi hidup anjlok hingga Rp 15.000/kg. Harga ini anjlok karena masyarakat takut konsumsi daging babi gara-gara dugaan virus ASF. Namun per Rabu (26/8), harga daging babi hidup naik jadi Rp 35.000/kg.
Sebagaimana diketahui, Pemkab Gianyar sempat mengeluarkan kebijakan yakni tunjangan beras PNS di Gianyar dipakai membeli daging babi. Saat itu, ratusan ekor babi dibeli oleh Pemkab. Bupati Gianyar Made ‘Agus’ Mahayastra menjelaskan, menjelang Hari Penampahan Galungan nanti, pihaknya tidak lagi membantu peternak babi dengan membeli babi, seperti Galungan lalu. Sebab harga babi telah dianggap normal dan virus babi sudah reda. "Kami hanya bantu peternak saat kondisinya perlu dibantu," ungkapnya, Selasa (25/8). Kalau Galungan lalu, Bupati Mahayastra mengaku membeli 525 ekor babi dengan harga Rp 1.365.000.000. Babi dibeli oleh masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD). Langkah itu dilakukan sebagai salah satu bentuk kampanye bahwa aman mengkonsumsi daging babi. Dia mengakui, untuk APBD Perubahan 2020 tak ada anggaran untuk bantuan bibit babi. *nvi,lsa
1
Komentar