Desa Taman Diproyeksikan Menjadi Sentra Peternakan
MANGUPURA, NusaBali
Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, diproyeksikan menjadi sentra peternakan di Kabupaten Badung.
Dari 2.078 kepala keluarga (KK) dengan 7.048 jiwa warga Desa Taman, sekitar 50 persen warga adalah peternak, baik ternak babi, sapi, dan unggas termasuk ayam, dari yang berskala rumahan sampai yang benar-benar peternak.
Penjabat (Pj) Perbekel Desa Taman Ida Bagus Wisnawa Kesuma, mengatakan wacana menjadikan Desa Taman sebagai sentra peternakan telah tertuang dalam musyawarah desa (musdes). “Ini tidak terlepas dari potensi yang ada di desa. Hampir setiap rumah memiliki hewan ternak, seperti ayam, babi, dan lainnya. Ini potensi yang harus dikembangkan,” katanya, Rabu (26/8).
Penjabat yang akrab disapa Tugus Wis itu mengatakan, sebagai desa yang bertetangga dengan Desa Bongkasa yang notabene desa wisata dan Desa Punggul yang dinobatkan sebagai desa digital, Desa Taman wajib memiliki branding. “Ke depannya kami ingin Desa Taman menjadi sentra peternakan, sebagaimana potensi yang ada di desa,” imbuhnya. Menurut Tugus Wis, konsep tersebut telah disampaikan kepada Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan disambut baik.
Pihaknya juga akan mengedukasi masyarakat khususnya dalam pengolahan limbah kotoran ternak, sehingga bisa menghasilkan nilai lebih. “Pengelolaan limbah ini menjadi penting. Selain untuk kompos, limbah juga dapat menghasilkan rupiah,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Kasubag di Bagian SDA Setda Badung.
Sementara, salah seorang peternak ayam, I Made Tantra yang juga Bendesa Adat Taman, mengatakan mulai beternak ayam sekitar Oktober 2019. Usahanya diawali dengan membeli 500 ekor ayam petelur. Kini ayam-ayam merah itu sudah menunjukkan hasil. Setiap hari sekitar 400 butir telur didapat dari memelihara 500 ekor ayam petelur itu.
“Bibit ayam dari usia 13 minggu, setelah dipelihara sekitar lima minggu baru menghasilkan telur. Itu pun belum banyak seperti sekarang. Sekarang setelah sekitar 22 minggu, sudah sebanyak 400-an telur, kadang sampai 460 butir telur dalam sehari,” tutur Made Tantra, Rabu kemarin.
Melihat potensi yang besar, Made Tantra berencana menambah lagi jumlah ayam ternaknya menjadi 1.000 ekor.
Kendati di tengah pandemi Covid-19, lanjutnya, usaha yang digeluti tersebut tidak banyak terpengaruh. Di samping itu, menurutnya, beternak ayam petelur dianggap paling cepat membuahkan hasil ketimbang usaha ternak lainnya seperti babi maupun sapi. “Bisa dikatakan usaha ini tidak terdampak Covid-19 karena kebutuhan telur ayam untuk konsumsi sangat tinggi,” tandasnya.
Bahkan, limbah ayam seperti kotoran juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Penjualan limbah sekitar Rp 700 ribu per truk.
Ayam yang sudah tidak produktif atau afkir juga bisa dijual kembali, sehingga bisa dibilang semuanya menghasilkan. “Tidak ada yang terbuang,” tegasnya. *asa
Penjabat (Pj) Perbekel Desa Taman Ida Bagus Wisnawa Kesuma, mengatakan wacana menjadikan Desa Taman sebagai sentra peternakan telah tertuang dalam musyawarah desa (musdes). “Ini tidak terlepas dari potensi yang ada di desa. Hampir setiap rumah memiliki hewan ternak, seperti ayam, babi, dan lainnya. Ini potensi yang harus dikembangkan,” katanya, Rabu (26/8).
Penjabat yang akrab disapa Tugus Wis itu mengatakan, sebagai desa yang bertetangga dengan Desa Bongkasa yang notabene desa wisata dan Desa Punggul yang dinobatkan sebagai desa digital, Desa Taman wajib memiliki branding. “Ke depannya kami ingin Desa Taman menjadi sentra peternakan, sebagaimana potensi yang ada di desa,” imbuhnya. Menurut Tugus Wis, konsep tersebut telah disampaikan kepada Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan disambut baik.
Pihaknya juga akan mengedukasi masyarakat khususnya dalam pengolahan limbah kotoran ternak, sehingga bisa menghasilkan nilai lebih. “Pengelolaan limbah ini menjadi penting. Selain untuk kompos, limbah juga dapat menghasilkan rupiah,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Kasubag di Bagian SDA Setda Badung.
Sementara, salah seorang peternak ayam, I Made Tantra yang juga Bendesa Adat Taman, mengatakan mulai beternak ayam sekitar Oktober 2019. Usahanya diawali dengan membeli 500 ekor ayam petelur. Kini ayam-ayam merah itu sudah menunjukkan hasil. Setiap hari sekitar 400 butir telur didapat dari memelihara 500 ekor ayam petelur itu.
“Bibit ayam dari usia 13 minggu, setelah dipelihara sekitar lima minggu baru menghasilkan telur. Itu pun belum banyak seperti sekarang. Sekarang setelah sekitar 22 minggu, sudah sebanyak 400-an telur, kadang sampai 460 butir telur dalam sehari,” tutur Made Tantra, Rabu kemarin.
Melihat potensi yang besar, Made Tantra berencana menambah lagi jumlah ayam ternaknya menjadi 1.000 ekor.
Kendati di tengah pandemi Covid-19, lanjutnya, usaha yang digeluti tersebut tidak banyak terpengaruh. Di samping itu, menurutnya, beternak ayam petelur dianggap paling cepat membuahkan hasil ketimbang usaha ternak lainnya seperti babi maupun sapi. “Bisa dikatakan usaha ini tidak terdampak Covid-19 karena kebutuhan telur ayam untuk konsumsi sangat tinggi,” tandasnya.
Bahkan, limbah ayam seperti kotoran juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Penjualan limbah sekitar Rp 700 ribu per truk.
Ayam yang sudah tidak produktif atau afkir juga bisa dijual kembali, sehingga bisa dibilang semuanya menghasilkan. “Tidak ada yang terbuang,” tegasnya. *asa
Komentar