Ratusan Siswa Tamatan SD di Buleleng Terancam Putus Sekolah
Jika sulit dikembalikan ke jalur pendidikan formal, Disdik menyiapkan alternatif sekolah kejar paket.
SINGARAJA, NusaBali
Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng kembali melakukan pemetaan siswa yang berpotensi putus sekolah atau drop out (DO). Data yang dimiliki Disdikpora Buleleng mengacu pada lulusan siswa SD yang sudah terdaftar di SMP, ada sebanyak 225 siswa atau 1,8 persen dari jumlah lulusan yang terancam DO. Siswa tersebut pun saat ini sedang dikejar Disdikpora untuk ditarik lagi ke sekolah.
Plt Kepala Disdikpora Buleleng I Made Astika, Kamis (27/8) menjelaskan, pada masa pandemi yang masih berlangsung, pendataan siswa DO disebutnya dilakukan sangat dini. Namun Disdikpora tetap bergerak sesuai dengan tahun-tahun sebelumnya untuk memetakan dan mendata prediksi kantong-kantong DO di Buleleng.
“Mengacu pada PPDB tahun ini, dari 11.991 orang lulusan SD sesuai catatan detail kami ada 225 orang yang tidak terdaftar di sekolah yang ada di Buleleng. Tetapi beberapa siswa itu memang ada yang bersekolah di pondok pesantren yang memang data mereka tidak masuk dalam Dapodik sekolah di Buleleng,” jelas Astika yang juga merangkap sebagai Sekdisdikpora Buleleng.
Selisih jumlah yang tidak didapati terdaftar di SMP Buleleng saat ini tengah ditelusuri untuk dipastikan keberadaan dan status mereka. Sejauh ini Disdikpora Buleleng juga telah melakukan kunjungan di beberapa titik kantong DO, seperti di Desa Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak, sejumlah siswa SDN 3 Tinga-tinga dilaporkan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
Sebagian besar dari mereka disebut memang tidak memiliki niat untuk melanjutkan ke sekolah jenjang lebih tinggi. “Dari sampel yang sudah kami pegang datanya empat orang memang tidak ada kemauan untuk sekolah, 2 orang lagi karena alasan ekonomi. tetapi dalam masa pandemi saat ini juga ada yang sudah diajak ke daerah rantau untuk bekerja,” imbuh Astika.
Posko DO yang disiapkan Disdikpora Buleleng lima tahun belakangan ini memang secara rutin disediakan anggaran untuk menarik kembali anak-anak DO tersebut ke sekolah. Selama ini Disdikpora pun menganggarkan ratusan juga untuk pembiayaa transportasi bagi siswa yang terkendala akses ke sekolah, bantuan uang saku per tahun dan juga bantuan seragam sekolah lengkap dengan sepatunya. Tahun ini pun Disdikpora Buleleng kembali menganggarkan dana khusus untuk program Posko DO sebesar Rp 142 juta untuk biaya transportasi dan seragam sekolah. “Walaupun kecil, masalah pendidikan nol koma nol sekian itu harus tetap ditangani,” tegas dia.
Selain itu juga dianggarkan Rp 563juta khusus untuk bantuan seragam sekolah siswa SD di 476 sekolah yang tercatat sebagai anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu dan anak yang orangtuanya terlibat masalah hukum. Bantuan ini pun rutin diadakan setiap tahunnya untuk menjamin pendidikan anak-anak tersebut yang berpotensi besar mengalami putus sekolah karena kondisi mereka.
Selain menyiapkan anggaran, Disdikpora juga akan melakukan pendekatan khusus bekerjasama dengan para perbekel terkait anak-anak yang tak memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah. Pendekatan akan dilakukan dengan pendidikan keluarga dan pendampingan psikis seperti motivasi dan contoh hal baik yang terjadi selama ini.
Seluruh anak yang terjaring Posko DO Disdikpora Buleleng selambatnya akan didaftarkan kembali ke sekolah di pertengahan semester ini. Disdik pun menyiapkan alternatif sekolah kejar paket jika anak yang bersangkutan memang tidak bisa diupayakan masuk ke pendidikan formal. “Kita punya banyak sanggar belajar dan PKBM, kalau memang tidak mau ke pendidikan formal nanti kami arahkan ke kejar paket.Yang jelas kami tetap mengejar target 100 persen anak bisa mengenyam pendidikan dasar,” tegas dia.*k23
Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng kembali melakukan pemetaan siswa yang berpotensi putus sekolah atau drop out (DO). Data yang dimiliki Disdikpora Buleleng mengacu pada lulusan siswa SD yang sudah terdaftar di SMP, ada sebanyak 225 siswa atau 1,8 persen dari jumlah lulusan yang terancam DO. Siswa tersebut pun saat ini sedang dikejar Disdikpora untuk ditarik lagi ke sekolah.
Plt Kepala Disdikpora Buleleng I Made Astika, Kamis (27/8) menjelaskan, pada masa pandemi yang masih berlangsung, pendataan siswa DO disebutnya dilakukan sangat dini. Namun Disdikpora tetap bergerak sesuai dengan tahun-tahun sebelumnya untuk memetakan dan mendata prediksi kantong-kantong DO di Buleleng.
“Mengacu pada PPDB tahun ini, dari 11.991 orang lulusan SD sesuai catatan detail kami ada 225 orang yang tidak terdaftar di sekolah yang ada di Buleleng. Tetapi beberapa siswa itu memang ada yang bersekolah di pondok pesantren yang memang data mereka tidak masuk dalam Dapodik sekolah di Buleleng,” jelas Astika yang juga merangkap sebagai Sekdisdikpora Buleleng.
Selisih jumlah yang tidak didapati terdaftar di SMP Buleleng saat ini tengah ditelusuri untuk dipastikan keberadaan dan status mereka. Sejauh ini Disdikpora Buleleng juga telah melakukan kunjungan di beberapa titik kantong DO, seperti di Desa Tinga-Tinga Kecamatan Gerokgak, sejumlah siswa SDN 3 Tinga-tinga dilaporkan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
Sebagian besar dari mereka disebut memang tidak memiliki niat untuk melanjutkan ke sekolah jenjang lebih tinggi. “Dari sampel yang sudah kami pegang datanya empat orang memang tidak ada kemauan untuk sekolah, 2 orang lagi karena alasan ekonomi. tetapi dalam masa pandemi saat ini juga ada yang sudah diajak ke daerah rantau untuk bekerja,” imbuh Astika.
Posko DO yang disiapkan Disdikpora Buleleng lima tahun belakangan ini memang secara rutin disediakan anggaran untuk menarik kembali anak-anak DO tersebut ke sekolah. Selama ini Disdikpora pun menganggarkan ratusan juga untuk pembiayaa transportasi bagi siswa yang terkendala akses ke sekolah, bantuan uang saku per tahun dan juga bantuan seragam sekolah lengkap dengan sepatunya. Tahun ini pun Disdikpora Buleleng kembali menganggarkan dana khusus untuk program Posko DO sebesar Rp 142 juta untuk biaya transportasi dan seragam sekolah. “Walaupun kecil, masalah pendidikan nol koma nol sekian itu harus tetap ditangani,” tegas dia.
Selain itu juga dianggarkan Rp 563juta khusus untuk bantuan seragam sekolah siswa SD di 476 sekolah yang tercatat sebagai anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu dan anak yang orangtuanya terlibat masalah hukum. Bantuan ini pun rutin diadakan setiap tahunnya untuk menjamin pendidikan anak-anak tersebut yang berpotensi besar mengalami putus sekolah karena kondisi mereka.
Selain menyiapkan anggaran, Disdikpora juga akan melakukan pendekatan khusus bekerjasama dengan para perbekel terkait anak-anak yang tak memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah. Pendekatan akan dilakukan dengan pendidikan keluarga dan pendampingan psikis seperti motivasi dan contoh hal baik yang terjadi selama ini.
Seluruh anak yang terjaring Posko DO Disdikpora Buleleng selambatnya akan didaftarkan kembali ke sekolah di pertengahan semester ini. Disdik pun menyiapkan alternatif sekolah kejar paket jika anak yang bersangkutan memang tidak bisa diupayakan masuk ke pendidikan formal. “Kita punya banyak sanggar belajar dan PKBM, kalau memang tidak mau ke pendidikan formal nanti kami arahkan ke kejar paket.Yang jelas kami tetap mengejar target 100 persen anak bisa mengenyam pendidikan dasar,” tegas dia.*k23
Komentar