'Politik Transaksional Ciptakan Calon Tunggal di Badung'
Setelah DPP Golkar, Giliran DPP Demokrat Serahkan Rekomendasi Giri-Asa
DENPASAR, NusaBali
Setelah DPP Golkar, Senin (31/8) giliran DPP Demokrat yang serahkan rekomendasi untuk incumbent I Nyoman Giri Prasta-I Ketut Suiasa, pasangan Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) yang diusung PDIP di Pilkada Badung 2020.
Ini praktis mengukuhkan Nyoman Giri Prasta-Ketut Suiasa sebagai paket calon tunggal di Pilkada Badung 2020. Lahirnya paket calon tunggal ini kontan memunculkan aroma politik transaksional.
Penyerahan rekomendasi kepada incumbent Giri-Asa (Giri Prasta-Suiasa) dilakukan di Kantor DPP Demokrat, Jakarta Pusat, Senin siang. Rekomendasi diserahkan Ketua Umum DPP Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kepada Cawabup I Ketut Suiasa. Dalam acara itu, AHY didampingi Wasekjen Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Demokrat, Putu Supadma Rudana. Ketua DPD Demokrat Bali I Made Mudarta dan Ketua DPC Demokrat Badung, I Made Sunarta, juga hadir.
Sehari sebelumnya, Minggu (30/8), DPP Golkar juga sudah lebih dulu menyerahkan rekomendasi untuk Giri-Asa. Rekomendasi tersebut diserahkan Ketua Korwil Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer.
Bergabungnya Golkar dan Demokrat ke barisan PDIP, menyebabkan terjadinya tarung calon tunggal di Pilkada Badung, 9 Desember 2020 mendatang, yakni paket Giri-Asa. Masalahnya, 37 kursi dari total 40 kursi DPRD Badung hasil Pileg 2019 atau 92,50 persen suara parlemen bersatu usung Giri-Asa. Rinciannya, 28 kursi legislatif (70,00 persen suara parlemen) milik PDIP, 7 kursi legislatif (17,50 persen suara parlemen) milik Golkar, dan 2 kursi legislatif (5,00 persen suara parlemen) milik Demokrat.
Sedangkan Koalisi Rakyat Badung Bangkit (KRBB) praktis bubar, karena kini tinggal beranggotakan Gerindra (punya 2 kursi legislatif) dan NasDem (1 kursi legislatif). tak mungkin bisa usung paket calon, karena hanya memiliki kekuatan 7,50 persen suara parlemen, dari syarat kinimal 20,00 persen suara parlemen. Maka, pasangan IGA Agung Diatmika-I Wayan Muntra pun terpental dari pencalonan ke Pilkada Badung 2020.
Lahirnya calon tunggal di Pilkada Badung 2020 ini kontan memunculkan aroma politik transaksional. Pengamat politik yang mantan Ketua KPU Bali, Dr I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa SH MH, mengatakan Pilkada calon tunggal di Badung terjadi karena adanya politik transaksional. Parpol punya kepentingan dan deal-deal tertentu, sehingga kompromi mengusung satu paket calon.
"Politik transaksional itu bisa dalam bentuk janji bantuan sosial, program-program untuk basis masyarakat parpol tertentu, program anggaran untuk kelompok pendukung, bisa juga dalam bentuk proyek pemerintah untuk kelompok pendukung. Jadi, Pilkada calon tunggal ini kental dengan kepentingan parpol," ujar Lanang Perbawa di Denpasar, Selasa kemarin.
Lanang Perbawa mengatakan, fenomena nyeleneh dalam pesta demokrasi di mana pasangan calon duel dengan kotak kosong ini merupakan yang pertama kali di Bali. Hal ini menandakan komunikasi masyarakat dalam politik dan demokrasi di Badung tidak berjalan. "Karena yang menentukan hanya elite politik saja," jelas pria asal Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng ini.
Karena terjadi calon tunggal, kata Lanag, Pilkada Badung 2020 jadi kurang greget, tontonan yang tidak menarik lagi. "Perhelatan demokrasi itu kan edukasi politik dan demokrasi. Fenomena tarung calon tunggal di Badung menjadi sejarah dalam perhelatan politik di Bali. Bisa dinilai sebagai kemunduran demokrasi ini, karena parpol kurang maksimal melahirkan calon pemimpin," kritik mantan PNS Kemenkum HAM ini.
Lanang menyebutkan, ketika muncul keputusan parpol bersatu melawan kotak kosong di Pilkada Badung 2020, ini menunjukan bahwa keputusan politik itu kembali kepada oligarki alias semuanya ada di tangan elite partai. "Yang menentukan tetap elite parpol, walaupun sudah ada aspirasi lain dari kader di bawah,” tegas Lanang.
Sementara itu, Ketua DPC Demokrat Badung, Made Sunarta, mengatakan koalisi dengan PDIP di Pilkada Badung 2020 karena merupakan aspirasi rakyat, aspirasi kader di bawah. "Kami sudah berproses panjang sejak September 2019 lalu, dengan melakukan penjaringan bakal calon di internal Demokrat. Namun, tidak ada yang mendaftar," ujar Sunarta saat dikonfirmasi terpisah, Selasa sore.
Sunarta menegaskan, DPC Demokrat Badung menyerap aspirasi melalui rapat diperluas ke PAC Demokrat dan level Ranting Demokrat. Dalam rapat diperluas itu, mereka menyerap aspirasi siapa yang layak diusung sebagai calon. "Saat itu, muncul nama Pak Nyoman Giri Prasta, tapi belum ada paket calon,” jelas politisi asal Kelurahan Desa Abianbase , Kecamatan Mengwi yang juga Wakil Ketua DPRD Badung dari Demokrat ini.
Selanjutnya, kata Sunarta, DPC Demokrat Badung dan DPD Demokrat Bali melakukan survei kandidat untuk mengukur elektabilitas. Dari survei itu, pasangan incumbent Giri-Asa masih diinginkan rakyat Badung. "Karena selama 5 tahun kepemimpinannya di Badung, Giri-Asa dinilai berhasil. Bahkan, 90 persen rakyat inginkan Pak Giri memimpin Badung lagi dan 75 persen rakyat inginkan pasangan Giri-Asa naik lagi," papar politisi yang juga Bendesa Adat Abianbase ini.
Sementara, Wasekjen DPP Demokrat, Putu Supadma Rudana, mengatakan alasan partainya pilih usung incumbent Giri-Asa karena adanya usulan dari arus bawah. Aspirasi itu kemudian ditindaklanjuti Supadma Rudana kepada Ketua Umum DPP Demokrat, AHY.
"Dari aspirasi arus bawah yang mengimplementasikan keinginan rakyat Badung itu, Ketua Umum DPP Demokrat kemudian realistis menimbang dan mengkaji. Bahwa untuk membangun Kabupaten Badung, Demokrat memerlukan sinergis dan kebersamaan dengan rakyat. Karenanya, Demokrat berkoalisi dengan PDIP usung Giri-Asa," ujar politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali ini saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Jakarta, Selasa kemarin. *nat,asa
Komentar