Okupansi Villa Masih Rendah
Dibukanya keran wisatawan Nusantara dan mulai ramainya penerbangan tidak serta-merta berimbas pada hunian akomodasi villa.
DENPASAR, NusaBali
Bali Villa Assosiation (BVA) menyatakan wisatawan domestik, baik lokal Bali maupun wisatawan Nusantara belum berpengaruh banyak terhadap tingkat hunian akomodasi khususnya villa. Hal itu karena kunjungan wisatawan domestik relatif masih sedikit. Karenanya bisnis villa masih tetap terpuruk. “Kita belum bisa bicara apa-apa,” ujar Ketua Bali Villa Assosiation (BVA) I Gede Sukarta, Minggu (6/9).
Dikatakan Sukarta, dibukanya Bali untuk wisatawan Nusantara per 31 Juli lalu tidak serta merta mendongkrak tingkat hunian villa. Memang ada peningkatan kunjungan wisatawan Nusantara, namun akomodasi kategori villa belum merasakan dampaknya yang signifikan. Sukarta tidak bisa memastikan berapa tingkat hunian villa di Bali saat ini.
Namun dari kondisi di lapangan Sukarta meyakini hampir sebagian besar villa kosong atau nihil penghuni atau pemesan. Kalaupun ada, hanya beberapa saja dari ratusan villa yang ada. “Tidak ada juga yang melapor,” ungkapnya. Padahal sebelum pandemic Covid-19, hunian vila mencapai 75 persen sampai 80 persen.
BVA sendiri mendorong secara konsisten penerapan protokol kesehatan Tatanan Kehidupan Bali Era Baru/new normal secara ketat. Tujuannya untuk lebih meyakinkan pasar wisata bahwa masyarakat pariwisata Bali benar- benar menerapkan protokol kesehatan. “Dengan penerapan secara konsisten itulah yakin akan menumbuhkan trust, kepercayaan,” tegasnya.
Untuk menarik wisatawan maupun tamu, pengelola atau manejemen vila kata Sukarta juga berikhtiar. Salah satunya dengan memberi potongan harga atau diskon sampai 70 persen. Misalnya harga sewa per malam biasanya Rp 1,6 juta, kini cukup hanya dijual Rp 560 ribu sampai Rp 600 ribu. “Artinya itu hanya sekadar mengisi saja,” ungkap Sukarta.
Karenanya normalisasi atau pembukaan pariwisata Bali untuk wisman merupakan pilihan untuk tetap menjamin lebih hidup lagi pariwisata Bali. Konsekuensinya penerapan protokol kesehatan harus tegas dan konsisten. Indikasi masih beratnya pariwisata Bali ditunjukkan dengan total kunjungan wisman pada periode Januari- Juli 2020, hanya 1.050.139. BPS Provinsi Bali mencatat, jumlah tersebut mengalami menurunan hampir 100 persen. Atau persisnya -99,99 persen dari periode sama 2019.
Kemudian dari perkembangan transportasi juga mengindikasikan hal tersebut. Pada Juli jumlah penumpang domestik yang masuk lewat Bandara Ngurah Rai sebanyak 19.739. Jumlah ini turun -90,38 persen dari Juli 2019. Demikian juga untuk penumpang internasional, pada Juli lalu penumpang internasional 1.834 atau minus -94,58 persen. *k17
Dikatakan Sukarta, dibukanya Bali untuk wisatawan Nusantara per 31 Juli lalu tidak serta merta mendongkrak tingkat hunian villa. Memang ada peningkatan kunjungan wisatawan Nusantara, namun akomodasi kategori villa belum merasakan dampaknya yang signifikan. Sukarta tidak bisa memastikan berapa tingkat hunian villa di Bali saat ini.
Namun dari kondisi di lapangan Sukarta meyakini hampir sebagian besar villa kosong atau nihil penghuni atau pemesan. Kalaupun ada, hanya beberapa saja dari ratusan villa yang ada. “Tidak ada juga yang melapor,” ungkapnya. Padahal sebelum pandemic Covid-19, hunian vila mencapai 75 persen sampai 80 persen.
BVA sendiri mendorong secara konsisten penerapan protokol kesehatan Tatanan Kehidupan Bali Era Baru/new normal secara ketat. Tujuannya untuk lebih meyakinkan pasar wisata bahwa masyarakat pariwisata Bali benar- benar menerapkan protokol kesehatan. “Dengan penerapan secara konsisten itulah yakin akan menumbuhkan trust, kepercayaan,” tegasnya.
Untuk menarik wisatawan maupun tamu, pengelola atau manejemen vila kata Sukarta juga berikhtiar. Salah satunya dengan memberi potongan harga atau diskon sampai 70 persen. Misalnya harga sewa per malam biasanya Rp 1,6 juta, kini cukup hanya dijual Rp 560 ribu sampai Rp 600 ribu. “Artinya itu hanya sekadar mengisi saja,” ungkap Sukarta.
Karenanya normalisasi atau pembukaan pariwisata Bali untuk wisman merupakan pilihan untuk tetap menjamin lebih hidup lagi pariwisata Bali. Konsekuensinya penerapan protokol kesehatan harus tegas dan konsisten. Indikasi masih beratnya pariwisata Bali ditunjukkan dengan total kunjungan wisman pada periode Januari- Juli 2020, hanya 1.050.139. BPS Provinsi Bali mencatat, jumlah tersebut mengalami menurunan hampir 100 persen. Atau persisnya -99,99 persen dari periode sama 2019.
Kemudian dari perkembangan transportasi juga mengindikasikan hal tersebut. Pada Juli jumlah penumpang domestik yang masuk lewat Bandara Ngurah Rai sebanyak 19.739. Jumlah ini turun -90,38 persen dari Juli 2019. Demikian juga untuk penumpang internasional, pada Juli lalu penumpang internasional 1.834 atau minus -94,58 persen. *k17
Komentar