Ekspor Rumah Kayu Perlu Digalakkan Kembali
JAKARTA, NusaBali
Ketum Ikatan Arsitek Indonesia Ketut Rana Wiarcha menyatakan, bidang arsitektur memiliki potensi ekonomi kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dalam knock down housing berbahan kayu.
Oleh karena itu, ekspor knock down housing berbahan kayu perlu digalakkan kembali. "Tentunya dengan pemutakhiran desain dan material atau bahan bangunannya," ujar Ketut Rana saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI secara virtual, Senin (7/9). Ketut Rana mengatakan, ekspor knock down housing berbahan kayu di beberapa tempat sangat booming. Lantaran mudah dikirim ke sejumlah negara. Bahkan di tahun 1990 sampai awal tahun 2000an dapat mendongkrak income Indonesia. Bali pun menjadi show case dari produk-produk dari berbagai daerah di Indonesia. Sebab, Bali banyak dikunjungi oleh tamu-tamu asing.
Dengan begitu banyak di antara tamu asing tersebut tertarik dengan knock down housing berbahan kayu. Namun sayang ketersediaan kayu untuk bahan rumah tersebut menipis. Disisi lain atensi orang terhadap produk itu mengecil pula.
"Kami berpikir, produk tersebut bisa diangkat kembali. Arsitek bisa turut serta membantu dan mengembangkan desain serta memutahirkan materialnya," ucap Ketut Rana. Menurut Ketut Rana, knock down housing berbahan kayu biasanya berasal dari kayu jati atau merbau yang tampilannya estetik.
Sekarang bisa dimutakhirkan dengan kayu-kayu limbah atau bekas pakai yang sesuai standar. Saat ini, lanjut Ketut Rana, resort-resort bintang lima telah menggunakan bahan kayu limbah seperti dari perahu yang tidak terpakai lagi. Hal ini pun bisa menjadi inpirasi bagi para arsitek lainnya. "Karena kreatif di bidang arsitek itu perlu memberi update desain dan menyiapkan bahan baku yang bisa di recycle sehingga penggunaan kayu baru dihindari," papar Ketut Rana. *k22
Dengan begitu banyak di antara tamu asing tersebut tertarik dengan knock down housing berbahan kayu. Namun sayang ketersediaan kayu untuk bahan rumah tersebut menipis. Disisi lain atensi orang terhadap produk itu mengecil pula.
"Kami berpikir, produk tersebut bisa diangkat kembali. Arsitek bisa turut serta membantu dan mengembangkan desain serta memutahirkan materialnya," ucap Ketut Rana. Menurut Ketut Rana, knock down housing berbahan kayu biasanya berasal dari kayu jati atau merbau yang tampilannya estetik.
Sekarang bisa dimutakhirkan dengan kayu-kayu limbah atau bekas pakai yang sesuai standar. Saat ini, lanjut Ketut Rana, resort-resort bintang lima telah menggunakan bahan kayu limbah seperti dari perahu yang tidak terpakai lagi. Hal ini pun bisa menjadi inpirasi bagi para arsitek lainnya. "Karena kreatif di bidang arsitek itu perlu memberi update desain dan menyiapkan bahan baku yang bisa di recycle sehingga penggunaan kayu baru dihindari," papar Ketut Rana. *k22
1
Komentar