nusabali

Selain Tanam Padi, Petani Asal Bali Juga Kembangkan Kebun Karet

  • www.nusabali.com-selain-tanam-padi-petani-asal-bali-juga-kembangkan-kebun-karet

Transmigran asal Bali awalnya dapat jatah lahan sawah masing-masing 2 hektare per KK. Saat ini, total ada 70 hektare lahan sawah milik krama Bali perantauan di desa Muktijaya, Kecamatan Muara Talang yang telah dialihfungsikan jadi kebun karet

Petani asal Bali di Desa Muktijaya selama ini mampu bekerja optimal di sawah maupun di perkebunan karet. Ketika NusaBali berkunjung di Banjar Dharma Kerti, Desa Muktijaya, di mana 110 KK krama Bali perantauan bermukim, tengah berlangsung musim panen karet dan memulai turun ke sawah.

Agar pekerjaan di sawah tidak terganggu, para pemilik kebun karet maupun krama Bali yang maburuh nyadap pilih pergi ke kebun sejak finihsri pukul 03.00 Wita. Dalam kurun waktu 2-4 jam, mereka telah selesai menyadap karet di lahan seluas 1 hektare, yang rata-rata berrisi 700 pohon karet. Untuk menyadap pohon karet di lahan 1 hektare, jika bekerja seorang diri, memakan waktu sekitar 4 jam. Sedangkan jika bekerja berdua, menghabiskan waktu 2 jam.

Ada dua macam bibit karet yang ditanam petani setempat. Mereka yang ingin hasil cepat, pilih tanam bibit berupa pohon karet dengan harga Rp 7.000 per pohon. Ada pula yang memulai dengan membuat bibit. Cara ini lebih murah, karena untuk beli polong (bakal bibit) harganya hanya Rp 250.000 per kotak. Sekotak polong bisa menghasilkan ribuan bibit karet. Jarak tanam pohon karet biasanya 6 meter x 3 meter.

Salah seorang petani karet asal Bali, I Made Suradnya, mengatakan dirinya mulai berkebun karet sejak 5 tahun lalu. “Saya baru panen pertama sejak sebulan lalu. Kalau karet itu sekali panen dan seterusnya,” ungkap Suradnya.

Suradnya sendiri tidak terjun langsung mengelola kebun karet, tapi mempercayakan kepada sepupunya. Sistem pengupahan, jika harga getah karet di bawah Rp 10.000 per kilogram, maka bagi hasil 1:1. Jika harga getah karet di atas Rp 10.000 per kilogram, maka bagi hasilnya 2:1 di mana 2 bagian untuk pemilik lahan kebun, 1 bagian untuk penggarap.

Menurut Suradnya, petani asal Bali yang tanam karet tidak harus ke kota untuk berjualan getah. Seusai nating (memungut dan mengumpulkan getah karet dalam kotak plastik), tinggal dijual kepada pengepul. Kwitansi penjualan kepada pengepul disimpan dengan baik oleh petani karet. Pasalnya, jika sudah menjual getah karet sebanyak 1 ton, akan mendapatkan bonus Rp 200.000. “Pekerjaan utama krama transmigran asal Bali yakni tanam padi, sementara karet sebagai bonusnya,” cerita bapak tiga anak ini.

Sedangkan petani asal Bali lainnya, Sherly, mengatakan dalam 10 hari, rata-rata dapat mengumpulkan 100 kilogram getah karet. Setiap 10 hari pula, getah karet yang dikumpulkan itu dijual ke pengepul. “Dari berat 100 kilogram itu, dipotong 7 kilogram karena diduga masih mengandung air,” beber transmigran asal Jembrana yang leluhurnya tinggal di kawasan seberang Nusa Penida, Klungkung ini. * k21

Komentar