Tidak Punya Sawah Tapi Mau Tanam Padi, Bisa di Halaman Rumah!
Dari Workshop Sistem Budidaya Padi di Polybag di Kebun Agro Learning Center terungkap cara bertani tanpa memerlukan sawah. Caranya?
DENPASAR, NusaBali.com
Isu soal ketahanan pangan terus mencuat di masa pandemi Covid-19. Setiap rumah tangga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangannya dari rumahnya sendiri. Terobosan-terobosan sector pertanian inilah yang diungkap dalam ‘Workshop Budidaya Padi Intensif dengan Menggunakan Sistem Polybag’, Sabtu (12/9).
Workshop yang dilangsungkan di Kebun Agro Learning Center (ALC) Gang Raya, Jalan Cekomaria Denpasar, menghadirkan pemateri Ir Ketut Dharmawan dan dilanjutkan dengan praktik langsung penanaman padi di polybag hingga pembuatan pupuk organik. “Workshop ini diharapkan meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pertanian,” kata Ketut Dharmawan.
Ketut Dharmawan menjelaskan bahwa penanaman padi dalam polybag ini sudah pernah dicoba sebelumnya. Budidaya padi secara intensif dengan polybag ini dilatarbelakangi fakta bahwa beras masih menjadi makanan pokok, sedangkan lahan semakin sempit karena peningkatan populasi penduduk.
Selain itu, intensifikasi dan teknologi juga menjadi salah satu alasan dari ide budidaya padi dengan polybag ini. Pilihan Urban Farming bertanam padi secara intensif dengan media tanam dari plastik seperti ember, karung, dan lain-lain. “Teknologi yang dipakai dalam sistem penanaman ini adalah SRI (System Rice Intensification),” kata Ketut Dharmawan.
SRI sendiri adalah sistem usaha tani padi yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal. Adapun media tanam yang diperlukan yaitu polybag atau ember dengan diameter 30-40 cm, pupuk organik/kompos, serta benih padi.
Isu soal ketahanan pangan terus mencuat di masa pandemi Covid-19. Setiap rumah tangga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangannya dari rumahnya sendiri. Terobosan-terobosan sector pertanian inilah yang diungkap dalam ‘Workshop Budidaya Padi Intensif dengan Menggunakan Sistem Polybag’, Sabtu (12/9).
Workshop yang dilangsungkan di Kebun Agro Learning Center (ALC) Gang Raya, Jalan Cekomaria Denpasar, menghadirkan pemateri Ir Ketut Dharmawan dan dilanjutkan dengan praktik langsung penanaman padi di polybag hingga pembuatan pupuk organik. “Workshop ini diharapkan meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pertanian,” kata Ketut Dharmawan.
Ketut Dharmawan menjelaskan bahwa penanaman padi dalam polybag ini sudah pernah dicoba sebelumnya. Budidaya padi secara intensif dengan polybag ini dilatarbelakangi fakta bahwa beras masih menjadi makanan pokok, sedangkan lahan semakin sempit karena peningkatan populasi penduduk.
Selain itu, intensifikasi dan teknologi juga menjadi salah satu alasan dari ide budidaya padi dengan polybag ini. Pilihan Urban Farming bertanam padi secara intensif dengan media tanam dari plastik seperti ember, karung, dan lain-lain. “Teknologi yang dipakai dalam sistem penanaman ini adalah SRI (System Rice Intensification),” kata Ketut Dharmawan.
SRI sendiri adalah sistem usaha tani padi yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal. Adapun media tanam yang diperlukan yaitu polybag atau ember dengan diameter 30-40 cm, pupuk organik/kompos, serta benih padi.
Langkah-langkah penanaman sendiri cukup mudah. Dimulai dari penyemaian benih selama 5 hingga 6 hari sebelum penanaman. Lalu, sehari sebelumnya siapkan media tanam dengan komposisi 60% tanah, 30% pupuk dan 10% Cocopeat. Terakhir, pada hari-H penanaman, ambil satu batang benih, tarik pangkal benih menggunakan tangan kanan, dorong pangkal benih secara horizontal dari pinggir hingga pangkal benih terbenam (1 cm) dengan butir padi menancap ke dalam tanah secara horizontal, biarkan akar tergerai di permukaan tanah (jangan ditekan). Lalu simpan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Butir padi berfungsi sebagai ari-ari nutrisi akar dan daun benih muda.
Selanjutnya, peserta juga mencoba langsung proses penanaman padi dalam polybag. Peserta lalu membuat langsung pupuk organik. Gama, salah seorang peserta mengungkapkan workshop ini menjadi tambahan pengetahuan baru baginya. “Di rumah beberapa waktu lalu sempat buat penanaman juga, tapi setelah coba langsung hari ini ternyata ada cara-cara yang salah,” ceritanya.
Saat ditanya mengenai kendala, Ketut Dharmawan menyampaikan bahwa sebenarnya tidak ada kendala berarti karena semua peralatan tersedia serta gampang ditemukan di toko pertanian dan sudah ada juga edukasinya. “Sekarang yang menjadi kendala adalah pengaruh musim atau cuaca yang tidak menentu. Ini ‘kan tidak bisa kita kontrol atau hindari. Inilah tantangan terbesarnya,” jelas pria yang juga bekerja sebagai Kepala Bidang Sarana Prasarana , Peran Serta Masyarakat, Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup UPT Persampahan Kecamatan Nusa Penida di Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung ini.
Dalam workshop selama 2,5 jam tersebut hadir juga dua orang perwakilan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian Kotamadya Denpasar. Sementara itu pendiri kebun ALC, I Nyoman Bhaskara, berharap agar generasi muda bisa memiliki niat lebih ketika terjun dalam dunia pertanian. Ia sendiri sangat terbuka dan bahkan memberikan lahan yang berada di areal ALC jika ada milenial yang ingin belajar lebih dalam tentang pertanian.*cla
Komentar