Bina Penghasil Komoditas Ekspor
Salah satunya penjajagan terhadap desa- desa yang punya potensi pendukung ekspor
DENPASAR,NusaBali
Balai Karantina Pertanian Denpasar melakukan pola jemput bola dengan melakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat atau petani penghasil komoditas ekspor.
Hal itu dilakukan untuk mensupport petani di masa pandemi Covid-19, bahwa mereka tidak diabaikan. Pembinaan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempercepat peningkatkan ekspor Bali pada masa pandemi, maupun waktu yang akan datang.
“Bagaimana menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan negara tujuan,” ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara, Minggu (13/9).
Persyaratan tersebut diantaranya produk bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Termasuk pembinaan terhadap rumah kemasan.
Karenanya Balai Karantina melakukan pemantauan dan pendampingan kepada kelompok masyarakat atau sentra produsen produk pertanian untuk ekspor. “Sehingga komoditas memiliki daya saing di pasar ekspor,” ujarnya.
Pembinaan tersebut sekaligus penjajagan terhadap desa- desa yang punya potensi pendukung ekspor, yang merupakan program Pusat untuk mencari 1000 desa pendukung ekspor.
Di Bali sendiri desa- desa tersebut banyak, sesuai dengan potensinya. Diantaranya untuk komoditas kopi adalah desa-desa di Kecamatan Kintamani dan sekitarnya. Manggis di sekitar Kawasan Pupuan, Kecamatan Pupuan Tabanan. Salak di Sibetan Karangasem, hingga sarang burung di kawasan Gerogak, Buleleng. “Ini masih penjajagan,” ucapnya.
Beberapa desa penunjang ekspor lanjut Terunanegara, telah dikunjungi. Diantaranya di kawasan Kintamani, untuk komoditas kopi.
Intinya kata Terunanegara, Karantina diminta untuk ikut membantu di hulu sehubungan dengan upaya peningkatan komoditas ekspor. Hal itu mengacu Gerakan Tiga Kali Eskspor (Gratieks)Kementerian Pertanian. Diantaranya pelibatan generasi muda mileneal.
Sementara untuk saat ini, eskpor Bali terhambat faktor transportasi udara atau penerbangan akibat pandemi Covid-19. Karena itulah beberapa komoditas ekspor produk pertanian lewat udara sementara melesu.
Makanya ekspor Bali saat ini lewat Tanjung Perak Surabaya. Biasanya volume ekspor tersebut dalam ukuran tonnage. Otomatis ekspor dengan transit di luar tersebut perlu cost lebih mahal. Selain itu risiko barang atau komoditas mengalami kerusakan lebih tinggi lewat laut, karena waktu tempuh yang lebih lama. *K17
Balai Karantina Pertanian Denpasar melakukan pola jemput bola dengan melakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat atau petani penghasil komoditas ekspor.
Hal itu dilakukan untuk mensupport petani di masa pandemi Covid-19, bahwa mereka tidak diabaikan. Pembinaan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempercepat peningkatkan ekspor Bali pada masa pandemi, maupun waktu yang akan datang.
“Bagaimana menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan negara tujuan,” ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara, Minggu (13/9).
Persyaratan tersebut diantaranya produk bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Termasuk pembinaan terhadap rumah kemasan.
Karenanya Balai Karantina melakukan pemantauan dan pendampingan kepada kelompok masyarakat atau sentra produsen produk pertanian untuk ekspor. “Sehingga komoditas memiliki daya saing di pasar ekspor,” ujarnya.
Pembinaan tersebut sekaligus penjajagan terhadap desa- desa yang punya potensi pendukung ekspor, yang merupakan program Pusat untuk mencari 1000 desa pendukung ekspor.
Di Bali sendiri desa- desa tersebut banyak, sesuai dengan potensinya. Diantaranya untuk komoditas kopi adalah desa-desa di Kecamatan Kintamani dan sekitarnya. Manggis di sekitar Kawasan Pupuan, Kecamatan Pupuan Tabanan. Salak di Sibetan Karangasem, hingga sarang burung di kawasan Gerogak, Buleleng. “Ini masih penjajagan,” ucapnya.
Beberapa desa penunjang ekspor lanjut Terunanegara, telah dikunjungi. Diantaranya di kawasan Kintamani, untuk komoditas kopi.
Intinya kata Terunanegara, Karantina diminta untuk ikut membantu di hulu sehubungan dengan upaya peningkatan komoditas ekspor. Hal itu mengacu Gerakan Tiga Kali Eskspor (Gratieks)Kementerian Pertanian. Diantaranya pelibatan generasi muda mileneal.
Sementara untuk saat ini, eskpor Bali terhambat faktor transportasi udara atau penerbangan akibat pandemi Covid-19. Karena itulah beberapa komoditas ekspor produk pertanian lewat udara sementara melesu.
Makanya ekspor Bali saat ini lewat Tanjung Perak Surabaya. Biasanya volume ekspor tersebut dalam ukuran tonnage. Otomatis ekspor dengan transit di luar tersebut perlu cost lebih mahal. Selain itu risiko barang atau komoditas mengalami kerusakan lebih tinggi lewat laut, karena waktu tempuh yang lebih lama. *K17
Komentar