Harga Ayam Buras Anjlok
Kondisi normal harga ayam buras Rp 100 ribu per ekor, kini Rp 80.000 per ekor
AMLAPURA, NusaBali
Penjualan ayam buras (bukan ras) di sejumlah pasar di Karangasem teramat lesu. Meski harga ayam buras anjlok dan harga daging babi melambung, namun pembeli tak beralih ke daging ayam.
Bahkan H-1 Hari Raya Galungan atau saat Penampahan, Selasa (15/9), penjualan daging ayam masih sepi. Lesunya perekonomian karena imbas pandemi Covid-19.
Pedagang ayam buras, I Wayan Geria, dari Lingkungan Temega Sukra, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem mengatakan harga ayam buras turun drastis sejak enam bulan lalu. Saat kondisi normal harga per ekor ayam buras jago Rp 100.000, kini Rp 80.000 per ekor. Sejak enam bulan lalu, Wayan Geria tidak berani beli ayam dalam jumlah banyak karena khawatir tidak laku. Risiko pelihara ayam juga tinggi karena biaya pakan ternak mahal. “Saya beli ayam jago, rata-rata per ekor modalnya Rp 80.000, laku dijual Rp 85.000, yang penting ada pemasukan walau tidak banyak yang laku,” keluh Wayan Geria saat ditemui di Pasar Amlapura Barat, Kamis (17/9).
Pedagang I Ketut Widana dari Lingkungan Janggapati, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, dan pedagang I Made Sukardi dari Lingkungan Susuan, Kelurahan Karangasem, juga mengatakan demikian. “Saya menjual satu ekor ayam buras kisaran Rp 75.000 hingga Rp 80.000, rata-rata harganya turun per ekor Rp 5.000,” ungkap Ketut Widana. Sebelumnya dapat untung rata-rata Rp 5.000, tetapi pembelinya ramai. Kali ini, keuntungan sama, namun pembeli sepi. Padahal harga daging babi melonjak tinggi Rp 75.000-80.000 per kilogram, namun para pembeli tak beralih ke daging ayam.
Terpisah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Karangasem, I Wayan Sutrisna, mengatakan tingginya harga daging babi karena babi semakin langka sejak kena virus ASF. Belum banyak peternak berani memelihara babi. Sedangkan harga jual ayam buras turun karena daya beli masyarakat melemah akibat dampak pandemi Covid-19. “Masyarakat merayakan Galungan tidak seperti sebelumnya, cukup potong satu ekor ayam karena keterbatasan biaya,” kata Wayan Sutrisna. *k16
Pedagang ayam buras, I Wayan Geria, dari Lingkungan Temega Sukra, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem mengatakan harga ayam buras turun drastis sejak enam bulan lalu. Saat kondisi normal harga per ekor ayam buras jago Rp 100.000, kini Rp 80.000 per ekor. Sejak enam bulan lalu, Wayan Geria tidak berani beli ayam dalam jumlah banyak karena khawatir tidak laku. Risiko pelihara ayam juga tinggi karena biaya pakan ternak mahal. “Saya beli ayam jago, rata-rata per ekor modalnya Rp 80.000, laku dijual Rp 85.000, yang penting ada pemasukan walau tidak banyak yang laku,” keluh Wayan Geria saat ditemui di Pasar Amlapura Barat, Kamis (17/9).
Pedagang I Ketut Widana dari Lingkungan Janggapati, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, dan pedagang I Made Sukardi dari Lingkungan Susuan, Kelurahan Karangasem, juga mengatakan demikian. “Saya menjual satu ekor ayam buras kisaran Rp 75.000 hingga Rp 80.000, rata-rata harganya turun per ekor Rp 5.000,” ungkap Ketut Widana. Sebelumnya dapat untung rata-rata Rp 5.000, tetapi pembelinya ramai. Kali ini, keuntungan sama, namun pembeli sepi. Padahal harga daging babi melonjak tinggi Rp 75.000-80.000 per kilogram, namun para pembeli tak beralih ke daging ayam.
Terpisah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Karangasem, I Wayan Sutrisna, mengatakan tingginya harga daging babi karena babi semakin langka sejak kena virus ASF. Belum banyak peternak berani memelihara babi. Sedangkan harga jual ayam buras turun karena daya beli masyarakat melemah akibat dampak pandemi Covid-19. “Masyarakat merayakan Galungan tidak seperti sebelumnya, cukup potong satu ekor ayam karena keterbatasan biaya,” kata Wayan Sutrisna. *k16
Komentar