Bangkit Setelah Dikubur Selama 4 Jam, Dewa Aji Tapakan Akhiri Ngayah
Peristiwa aneh bin ajaib terjadi saat pergelaran Calonarang, di Banjar Getakan, Desa Pakraman Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Wraspati Umanis Pahang, Kamis (13/10) malam.
SEMARAPURA, NusaBali
Malam itu, Dewa Aji Tapakan,55, selaku pengayah bangke-bangkean atau watangan dalam Calonarang, berhasil bangkit setelah 4 jam dikubur di Setra Banjar Getakan, dari Kamis sekitar pukul 24.00 Wita, hingga Jumat (14/10) dinihari sekitar pukul 04.00 Wita.
Dengan itu, tugas Dewa Aji Tapakan menjadi watangan ke-11 kalin sudah berakhir. Prosesi untuk mengurip (menghidupkan) Dewa Aji Tapakan yang dikubur di Setra Banjar Gatekan, dilakukan langsung oleh Ida Sesuhunan Ratu Mas Klungkung (Tapakan Rangda), Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Peristiwa langka ini disaksikan puluhan ribuan orang dari berbagai desa di Bali. Suasana pada detik-detik membangkitkan watangan Dewa Aji Tapakan, mencekam dan deg-degan.
Ida Sesuhunan mulai proses ngurip, dengan mengayunkan tangan dan memanggil watangan tersebut. Tak berselang lama mulai ada pergerakan dari liang kubur, hal ini langsung dibarengi teriakan prajuru dan krama setempat. ‘’Metangi…metangi…mentangi (bangun),” ujar krama saat itu. Alhasil, Dewa Aji Tapakan bangkit dalam kondisi selamat. Suasanapun kian mencekam, sebab hal ini juga diiringi aksi kerauhan dari belasan krama, yang berteriak-teriak, disertai gerakan tangan yang menari-nari. Dalam kerauhan itu juga disebutkan ayahan ke-11 ini, merupakan ayahan terakhir bagi Dewa Aji Tapakan menjadi watangan Calonarang.
“Saya sangat cemas waktu itu, karena kemungkinan beliau (Dewa Aji Tapakan) akan hidup atau meninggal 50 persen berbanding 50 persen,” ujar Kelihan Banjar Getakan I Made Sucana, kepada NusaBali. Ditanya apakah Calonarang pada tahun berikutnya akan sama menggunakan watangan dengan dikubur, pihaknya belum bisa menjawab. Karena tergantung pawisik dari Ida Sasuhunan.
SELANJUTNYA . . .
Dengan itu, tugas Dewa Aji Tapakan menjadi watangan ke-11 kalin sudah berakhir. Prosesi untuk mengurip (menghidupkan) Dewa Aji Tapakan yang dikubur di Setra Banjar Gatekan, dilakukan langsung oleh Ida Sesuhunan Ratu Mas Klungkung (Tapakan Rangda), Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Peristiwa langka ini disaksikan puluhan ribuan orang dari berbagai desa di Bali. Suasana pada detik-detik membangkitkan watangan Dewa Aji Tapakan, mencekam dan deg-degan.
Ida Sesuhunan mulai proses ngurip, dengan mengayunkan tangan dan memanggil watangan tersebut. Tak berselang lama mulai ada pergerakan dari liang kubur, hal ini langsung dibarengi teriakan prajuru dan krama setempat. ‘’Metangi…metangi…mentangi (bangun),” ujar krama saat itu. Alhasil, Dewa Aji Tapakan bangkit dalam kondisi selamat. Suasanapun kian mencekam, sebab hal ini juga diiringi aksi kerauhan dari belasan krama, yang berteriak-teriak, disertai gerakan tangan yang menari-nari. Dalam kerauhan itu juga disebutkan ayahan ke-11 ini, merupakan ayahan terakhir bagi Dewa Aji Tapakan menjadi watangan Calonarang.
“Saya sangat cemas waktu itu, karena kemungkinan beliau (Dewa Aji Tapakan) akan hidup atau meninggal 50 persen berbanding 50 persen,” ujar Kelihan Banjar Getakan I Made Sucana, kepada NusaBali. Ditanya apakah Calonarang pada tahun berikutnya akan sama menggunakan watangan dengan dikubur, pihaknya belum bisa menjawab. Karena tergantung pawisik dari Ida Sasuhunan.
SELANJUTNYA . . .
Komentar