Mantan Bupati Tabanan Ketut Sundria Meninggal di Usia 83 Tahun
Sempat Selama 1,5 Bulan Menjalani Perawatan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat
Setelah jadi Bupati Tabanan, Brigjen TNI (Purn) Ketut Sundria sempat dipercaya menjabat Ketua DPD I Golkar Bali 1992-1998 dan Ketua DPRD Bali 1997-1999
JAKARTA, NusaBali
Bupati Tabanan periode 1989-1994, Brigjen TNI (Purn) I Ketut Sundria, 83, meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta Pusat, Senin, 21 September 2020 sore pukul 15.16 WIB. Sebelum berpulang, mantan Ketua DPD I Golkar Bali 1992-1998 ini sempat selama hamper 1,5 bulan dirawat di RSPAD Gatot Subroto, sejak 11 Agustus 2020 lalu.
Menurut anak kedua almarhum I Ketut Sundria, yakni Wiyasa Andrianto, ayahnya dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjalani perawatam, karena batuk-batuk dan muntah. "Karena sudah usia dan rentan penyakit, almarhum sering opname sejak tahun 2000. Sejak itu, alrmarhum menderita sakit gula,” ungkap Wiyasa Andrianto saat dihubungi NusaBali per telepon di Jakarta, Selasa (22/9).
Wiyasa menjelaskan, almarhum Ketut Sundria dirawat di RSPAD Gatot Subroto, sejak 11 Agustus 2020. Kondisinya sempat membaik, namun tidak lama. Kondisi almarhum kembali drop, bahkan hilang kesadaran, sehingga dimasukkan ke Ruang ICU. “Setelah dirawat di ICU, kondisinya sempat membaik dan kembali menjalani perawatan di ruang biasa,” kenang Wiyasa.
Begitu seterusnya, kondisi Ketut Sundria kembali drop hingga mantan Ketua DPRD Bali 1997-1999 lagi-lagi dimasukkan ke Ruang ICU selama dua pekan. “Dari sana kondisinya membaik kembali. Tapi, tidak berlangsung lama, kondisinya drop lagi. Keluarga memutuskan cuci darah, 21 September 2020," papar Wiyasa.
Saat proses cuci darah berjalan 30 menit, almahum Ketut Sundria tidak kuat dan selanjutnya tak sadarkan diri. "Beberapa menit kemudian tepatnya pukul 15.16 WIB, bapak dinyatakan meninggal dunia," terang Wiyasa, yang kesehariannya adalah Dokter Rehab Medik di RS Pelni Jakarta.
Karena Ketut Sundria meninggal bukan karena Covid-19, maka jenazahnya langsung bisa dibawa pulang ke rumahnya di kawsasan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya, jenazah mantan Ketua DPRD Bali terakhir di era Orde Baru ini dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 22 September 2020 siang pukul 11.00 WIB.
Pemakaman dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan ketat. Keluarga harus meminta izin dari pihak Polda Jawa Barat dan tempat Pemakaman San Diego Hills. Pemakaman jenazah Ketut Sundria hanya dihadiri keluarga inti dan beberapa orang kerabat dan tetangga.
"Keluarga di Bali sudah kami beritahukan pula. Mereka mengirimkan ucapan belasungkawa, karena tidak memungkinkan ke sini (Pondok Gede) lantaran masih PSBB. Begitu pula dengan kolega-kolega bapak di Bali, mereka mengucapkan belasungkawa melalui pesan singkat," jelas Wiyasa.
Almarhum Ketut Sundria berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Muljati dan 3 anak: Puspa Andriati, Wiyasa Andrianto, Santi Andriati, serta 6 cucu yakni Wahyu Kurniawan Candra, Darryl Belmiro Afianto, Shalika Aurelia Fiandrisa, Kynan, Kelvin, dan Kellen.
Ketut Sundria merupakan putra Bali kelahiran Denpasar, 15 Agustus 1937. Pensiunan Jenderan Bintang Satu TNI AD asal Banjar Tegeh, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan I Gede Lemper dan Ni Nyoman Wati. Karier militernya banyak dihabiskan di Jawa Timur.
Ketut Sundria sempat menjabat Bupati Tabanan periode 1989-1994, menggantikan Kolonel Purn Soegianto. Almarhum kemudian digantikan I Komang Wijana (Bupati Tabanan 1994-1999). Selain menjadi Bupati Tabanan, Ketut Sundria juga sempat dipercaya menjadi Ketua DPD I Golkar Bali 1992-1998, menggantikan Brigjen TNI (Purn) I Dewa Gde Oka. Setelah era reformasi, Sundria kemudian digantikan I Gusti Ngurah Alit Yudha sebagai Ketua DPD I Golkar Bali (1998-2005).
Jabatan penting terakhir yang dipegang Ketut Sundria adalah Ketua DPRD Bali 1997-1999. Di era Ketut Sundria, terjadi pergolakan dan sederet aksi demo pasca reformasi. Dia hanya 2 tahun menjabat, sebelum digelar Pemilu 1999 (pertama era Reformasi) yang kemudian menampilkan Ida Bagus Putu Wesnawa sebagai Ketua DPRD Bali 1999-2004.
Pasca purna tugas dari DPRD Bali, Ketut Sundria sempat menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI/Polri (Pepabari) Jawa Timur tahun 2000-an. Pasalnya, saat masih aktif sebagai tentara, almarhum sempat lama bertugas di Jawa Timur.
"Setelah menjabat Ketua Pebabri Jawa Timur, bapak mengisi waktu dengan berolahraga dan momong cucu," ungkap anak sulung almarhum Ketut Sundria, Puspa Andriati, Selasa kemarin.
Menurut Puspa Andriani, pesan terakhir Ketut Sundria adalah agar anak-anaknya menjaga sang ibu, Muljati, dengan baik. "Kebetulan, saya tinggal bersama orangtua (di Pondok Gede, Red). Saya juga selalu mendampingi beliau ke rumah sakit. Pesan khusus dari beliau tidak ada, hanya beliau mengatakan agar saya menjaga ibu dengan baik," kenang Puspa Andriati. *k22
Menurut anak kedua almarhum I Ketut Sundria, yakni Wiyasa Andrianto, ayahnya dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjalani perawatam, karena batuk-batuk dan muntah. "Karena sudah usia dan rentan penyakit, almarhum sering opname sejak tahun 2000. Sejak itu, alrmarhum menderita sakit gula,” ungkap Wiyasa Andrianto saat dihubungi NusaBali per telepon di Jakarta, Selasa (22/9).
Wiyasa menjelaskan, almarhum Ketut Sundria dirawat di RSPAD Gatot Subroto, sejak 11 Agustus 2020. Kondisinya sempat membaik, namun tidak lama. Kondisi almarhum kembali drop, bahkan hilang kesadaran, sehingga dimasukkan ke Ruang ICU. “Setelah dirawat di ICU, kondisinya sempat membaik dan kembali menjalani perawatan di ruang biasa,” kenang Wiyasa.
Begitu seterusnya, kondisi Ketut Sundria kembali drop hingga mantan Ketua DPRD Bali 1997-1999 lagi-lagi dimasukkan ke Ruang ICU selama dua pekan. “Dari sana kondisinya membaik kembali. Tapi, tidak berlangsung lama, kondisinya drop lagi. Keluarga memutuskan cuci darah, 21 September 2020," papar Wiyasa.
Saat proses cuci darah berjalan 30 menit, almahum Ketut Sundria tidak kuat dan selanjutnya tak sadarkan diri. "Beberapa menit kemudian tepatnya pukul 15.16 WIB, bapak dinyatakan meninggal dunia," terang Wiyasa, yang kesehariannya adalah Dokter Rehab Medik di RS Pelni Jakarta.
Karena Ketut Sundria meninggal bukan karena Covid-19, maka jenazahnya langsung bisa dibawa pulang ke rumahnya di kawsasan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya, jenazah mantan Ketua DPRD Bali terakhir di era Orde Baru ini dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 22 September 2020 siang pukul 11.00 WIB.
Pemakaman dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan ketat. Keluarga harus meminta izin dari pihak Polda Jawa Barat dan tempat Pemakaman San Diego Hills. Pemakaman jenazah Ketut Sundria hanya dihadiri keluarga inti dan beberapa orang kerabat dan tetangga.
"Keluarga di Bali sudah kami beritahukan pula. Mereka mengirimkan ucapan belasungkawa, karena tidak memungkinkan ke sini (Pondok Gede) lantaran masih PSBB. Begitu pula dengan kolega-kolega bapak di Bali, mereka mengucapkan belasungkawa melalui pesan singkat," jelas Wiyasa.
Almarhum Ketut Sundria berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Muljati dan 3 anak: Puspa Andriati, Wiyasa Andrianto, Santi Andriati, serta 6 cucu yakni Wahyu Kurniawan Candra, Darryl Belmiro Afianto, Shalika Aurelia Fiandrisa, Kynan, Kelvin, dan Kellen.
Ketut Sundria merupakan putra Bali kelahiran Denpasar, 15 Agustus 1937. Pensiunan Jenderan Bintang Satu TNI AD asal Banjar Tegeh, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan I Gede Lemper dan Ni Nyoman Wati. Karier militernya banyak dihabiskan di Jawa Timur.
Ketut Sundria sempat menjabat Bupati Tabanan periode 1989-1994, menggantikan Kolonel Purn Soegianto. Almarhum kemudian digantikan I Komang Wijana (Bupati Tabanan 1994-1999). Selain menjadi Bupati Tabanan, Ketut Sundria juga sempat dipercaya menjadi Ketua DPD I Golkar Bali 1992-1998, menggantikan Brigjen TNI (Purn) I Dewa Gde Oka. Setelah era reformasi, Sundria kemudian digantikan I Gusti Ngurah Alit Yudha sebagai Ketua DPD I Golkar Bali (1998-2005).
Jabatan penting terakhir yang dipegang Ketut Sundria adalah Ketua DPRD Bali 1997-1999. Di era Ketut Sundria, terjadi pergolakan dan sederet aksi demo pasca reformasi. Dia hanya 2 tahun menjabat, sebelum digelar Pemilu 1999 (pertama era Reformasi) yang kemudian menampilkan Ida Bagus Putu Wesnawa sebagai Ketua DPRD Bali 1999-2004.
Pasca purna tugas dari DPRD Bali, Ketut Sundria sempat menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI/Polri (Pepabari) Jawa Timur tahun 2000-an. Pasalnya, saat masih aktif sebagai tentara, almarhum sempat lama bertugas di Jawa Timur.
"Setelah menjabat Ketua Pebabri Jawa Timur, bapak mengisi waktu dengan berolahraga dan momong cucu," ungkap anak sulung almarhum Ketut Sundria, Puspa Andriati, Selasa kemarin.
Menurut Puspa Andriani, pesan terakhir Ketut Sundria adalah agar anak-anaknya menjaga sang ibu, Muljati, dengan baik. "Kebetulan, saya tinggal bersama orangtua (di Pondok Gede, Red). Saya juga selalu mendampingi beliau ke rumah sakit. Pesan khusus dari beliau tidak ada, hanya beliau mengatakan agar saya menjaga ibu dengan baik," kenang Puspa Andriati. *k22
Komentar