Dirikan Tenda di Pesisir Pantai untuk Makemit
Krama adat Desa Pakraman Kerobokan, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng kembali melaksanakan upacara Nyekar yang jatuh pada Purnama Kapat, pada Saniscara Pon Pahang, Sabtu (15/10) malam, di Pantai Kerobokan.
Krama Adat Kerobokan Gelar Upacara Nyekar
SINGARAJA, NusaBali
Menariknya seluruh krama mendirikan tenda masing-masing dengan alat sederhana sebagai tempat makemit mengikuti prosesi upacara tersebut.
Tenda didirikan di atas hamparan pasir hitam di tepi pantai sejak Sabtu sore kemarin. Masing-masing krama mulai berdatangan membuat tenda sekitar pukul 15.00 Wita, karena mereka harus mendapatkan tempat yang strategis, yakni dekat dengan tempat persembahyangan.
Seluruh tenda menghadap arah laut, mengikuti posisi tempat upacara berlangsung. Tempat upacaranya berada di tengah-tengah menghadap ke laut. Sedangkana tenda krama adat berada di sisi kanan dan kiri dari tempat utama persembahyangan. Tenda dibuat dengan alat sederhana seperti dari bambu yang dirakit kemudian penutupnya dari kain seadanya, termasuk dari bahan spanduk dan terpal. Ada juga yang lebih modern dengan tenda yang biasa dipakai berkemah. Sebagai alasnya, krama membawa tikar atau karpet.
Upacara Nyekar dilaksanakan setahun sekali ini, memiliki arti sebagai ungkapan syukur atas pelaksanaan prosesi upacara yang telah berlangsung lancar dalam setahun. Ritual ini juga sebagai penutup dari rangkaia kegiatan upacara yang telah berlangsung setahun.
“Ini sekaligus bentuk permohonan maaf kami bila ada kekurangan maupun kesalahan dalam melaksakan kegiatan upacara yang telah berlangsung setahun,” kata Kelian Adat Desa Pakraman Kerobokan Jero Wayan Suma Wijaya.
Dijelaskan, upacara diawali dengan persembahyangan bersama yang dimulai Sabtu malam sekitar pukul 21.00 Wita. Upacara dipimpin oleh Jero Mangku Kahyangan Tiga dibantu oleh Jero Mangku Sutri dan Jero Mangku Dadia yang ada di Pakraman Kerobokan. Puncaknya akan dilaksanakan pakelem nganyut sekar ke tengah laut pada Minggu (16/10) dini hari sekitar pukul 05.00 Wita. “Sambil menunggu puncak upacara, krama makemit di masing-masing tenda mereka,” jelas Jero Suma Wijaya.
Dalam ritual puncak upacara nganyut sekar, seluruh krama akan menaruh canangsari di atas pedau. Pedau itu dibuat dari anyaman pelepah pisang berukuran 1 x 1 meter. Di dalam pedau nanti berisi persembahan dari sarana upacara seperti banten, teyegenan (sarana dari batang tebu berisi tipat, bebek, dan ayam hidup).
Setelah seluruh krama menaruh canangsari sebagai persembahan pakelem, maka pedau itu akan digotong ke tengah laut dengan diangkut perahu nelayan. Setelah berada si tengah laut, seluruh persembahan ditenggelamkan bersama pedau. Sebelum prosesi itu selesai, seluruh krama masih menanti di pinggir pantai. Ritual Nyekar diakhiri dengan persembahyangan kembali sebagai penutup rangkaian upacara Nyekar. * k19
SINGARAJA, NusaBali
Menariknya seluruh krama mendirikan tenda masing-masing dengan alat sederhana sebagai tempat makemit mengikuti prosesi upacara tersebut.
Tenda didirikan di atas hamparan pasir hitam di tepi pantai sejak Sabtu sore kemarin. Masing-masing krama mulai berdatangan membuat tenda sekitar pukul 15.00 Wita, karena mereka harus mendapatkan tempat yang strategis, yakni dekat dengan tempat persembahyangan.
Seluruh tenda menghadap arah laut, mengikuti posisi tempat upacara berlangsung. Tempat upacaranya berada di tengah-tengah menghadap ke laut. Sedangkana tenda krama adat berada di sisi kanan dan kiri dari tempat utama persembahyangan. Tenda dibuat dengan alat sederhana seperti dari bambu yang dirakit kemudian penutupnya dari kain seadanya, termasuk dari bahan spanduk dan terpal. Ada juga yang lebih modern dengan tenda yang biasa dipakai berkemah. Sebagai alasnya, krama membawa tikar atau karpet.
Upacara Nyekar dilaksanakan setahun sekali ini, memiliki arti sebagai ungkapan syukur atas pelaksanaan prosesi upacara yang telah berlangsung lancar dalam setahun. Ritual ini juga sebagai penutup dari rangkaia kegiatan upacara yang telah berlangsung setahun.
“Ini sekaligus bentuk permohonan maaf kami bila ada kekurangan maupun kesalahan dalam melaksakan kegiatan upacara yang telah berlangsung setahun,” kata Kelian Adat Desa Pakraman Kerobokan Jero Wayan Suma Wijaya.
Dijelaskan, upacara diawali dengan persembahyangan bersama yang dimulai Sabtu malam sekitar pukul 21.00 Wita. Upacara dipimpin oleh Jero Mangku Kahyangan Tiga dibantu oleh Jero Mangku Sutri dan Jero Mangku Dadia yang ada di Pakraman Kerobokan. Puncaknya akan dilaksanakan pakelem nganyut sekar ke tengah laut pada Minggu (16/10) dini hari sekitar pukul 05.00 Wita. “Sambil menunggu puncak upacara, krama makemit di masing-masing tenda mereka,” jelas Jero Suma Wijaya.
Dalam ritual puncak upacara nganyut sekar, seluruh krama akan menaruh canangsari di atas pedau. Pedau itu dibuat dari anyaman pelepah pisang berukuran 1 x 1 meter. Di dalam pedau nanti berisi persembahan dari sarana upacara seperti banten, teyegenan (sarana dari batang tebu berisi tipat, bebek, dan ayam hidup).
Setelah seluruh krama menaruh canangsari sebagai persembahan pakelem, maka pedau itu akan digotong ke tengah laut dengan diangkut perahu nelayan. Setelah berada si tengah laut, seluruh persembahan ditenggelamkan bersama pedau. Sebelum prosesi itu selesai, seluruh krama masih menanti di pinggir pantai. Ritual Nyekar diakhiri dengan persembahyangan kembali sebagai penutup rangkaian upacara Nyekar. * k19
Komentar