Keluarkan Suara Meraung, Musuh Tunggang Langgang Menyelamatkan Diri
Lesung kayu yang disungsung ditempatkan pada palinggih khusus di pohon beringin di Catus Pata Desa Pakraman Apuan, sebelumnya beriada di Pura Kembang Kuning di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Lesung Kayu Keramat di Desa Pakraman Apuan, Kecamatan Susut, Bangli
Bangli,Nusabali
DI Desa Pakraman Apuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, terdapat sebuah benda antik yakni lesung kuna. Berbahan baku kayu, dengan ukuran tidak lebih dari 50 x 50 centimeter dan tinggi 50 centimeter. Sepintas, lesung kayu ini tampak biasa saja. Namun inilah salah satu lesung kuna, yang dipercaya dan diyakini memiliki jiwa dan tuah magis, yang ‘menjaga’ krama Desa Pakraman Apuan dan sekitarnya dari marabahaya sekala maupun niskala. Karena itulah lesung kayu ini disungsung ditempatkan pada palinggih khusus di pohon beringin menjulang di Catus Pata Desa Pakraman Apuan.
Dari cerita warga, lesung kayu tersebut sebelumnya berada di Pura Kembang Kuning di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Itu ketika Bali masih dalam zaman kerajaan–kerajaan, sekitar abad XIX. Desa Tampaksiring ketika itu merupakan bagian wilayah Kerajaan Bangli. Sebagai bagian wilayah Kerajaan Bangli, tentu saja Tampaksiring dan sekitarnya kerap disambangi oleh pihak kerajaan Bangli, yang diwakili Pemekel Apuan.
Dikisahkan, suatu hari berkunjunglah Pemekel (Perbekel) Apuan ke Tampaksring. Tujuannya memantau kondisi dan situasi, sehingga diketahui kondisi kehidupan sosial ekonomi warga maupun rakyat kerajaan. Singkat kisah, tiba di Tampaksiring, Pemekel Apuan menuju Pura Kembang Kuning yang berlokasi di ketinggian. Mengapa Pura Kembang Kuning berada di ketinggian? Alasannya teknis dan sederhana saja, karena pemantauan akan lebih jelas terlihat jika dilakukan dari ketinggian.
Tengah sibuk memantau dari puncak bukit di Pura Kembang Kuning, tiba-tiba ratusan musuh mengepung dari bawah di lereng bukit. Peristiwa itu tidak terlepas dari saling klaim dan perebutan wilayah antar-kerajaan ketika itu. Musuh tahu Pemekel Apuan berada di Pura Kembang Kuning. Karena itulah rencananya dikepung untuk diserang.
Namun Pemekel Apuan rupanya cepat tanggap. Meski hanya ber-enam berikut dengan pengiringnya, dia tak surut. Dia bertekad akan melawan jika memang diserang musuh, siap berperang habis-habisan, dengan segala risiko.
SELANJUTNYA . . .
Bangli,Nusabali
DI Desa Pakraman Apuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, terdapat sebuah benda antik yakni lesung kuna. Berbahan baku kayu, dengan ukuran tidak lebih dari 50 x 50 centimeter dan tinggi 50 centimeter. Sepintas, lesung kayu ini tampak biasa saja. Namun inilah salah satu lesung kuna, yang dipercaya dan diyakini memiliki jiwa dan tuah magis, yang ‘menjaga’ krama Desa Pakraman Apuan dan sekitarnya dari marabahaya sekala maupun niskala. Karena itulah lesung kayu ini disungsung ditempatkan pada palinggih khusus di pohon beringin menjulang di Catus Pata Desa Pakraman Apuan.
Dari cerita warga, lesung kayu tersebut sebelumnya berada di Pura Kembang Kuning di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Itu ketika Bali masih dalam zaman kerajaan–kerajaan, sekitar abad XIX. Desa Tampaksiring ketika itu merupakan bagian wilayah Kerajaan Bangli. Sebagai bagian wilayah Kerajaan Bangli, tentu saja Tampaksiring dan sekitarnya kerap disambangi oleh pihak kerajaan Bangli, yang diwakili Pemekel Apuan.
Dikisahkan, suatu hari berkunjunglah Pemekel (Perbekel) Apuan ke Tampaksring. Tujuannya memantau kondisi dan situasi, sehingga diketahui kondisi kehidupan sosial ekonomi warga maupun rakyat kerajaan. Singkat kisah, tiba di Tampaksiring, Pemekel Apuan menuju Pura Kembang Kuning yang berlokasi di ketinggian. Mengapa Pura Kembang Kuning berada di ketinggian? Alasannya teknis dan sederhana saja, karena pemantauan akan lebih jelas terlihat jika dilakukan dari ketinggian.
Tengah sibuk memantau dari puncak bukit di Pura Kembang Kuning, tiba-tiba ratusan musuh mengepung dari bawah di lereng bukit. Peristiwa itu tidak terlepas dari saling klaim dan perebutan wilayah antar-kerajaan ketika itu. Musuh tahu Pemekel Apuan berada di Pura Kembang Kuning. Karena itulah rencananya dikepung untuk diserang.
Namun Pemekel Apuan rupanya cepat tanggap. Meski hanya ber-enam berikut dengan pengiringnya, dia tak surut. Dia bertekad akan melawan jika memang diserang musuh, siap berperang habis-habisan, dengan segala risiko.
SELANJUTNYA . . .
1
2
Komentar