Pandemi, Pasar Loak Singaraja Sepi Pembeli
Dulu dalam sehari bisa meraih untung Rp 1 juta, setelah pandemi hanya membawa pulang di bawah Rp 100 ribu. Bahkan kerap kosongan.
SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak Maret lalu berimbas keras bagi pendapatan para pedagang di Pasar Loak Singaraja menurun. Lapak mereka yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Kampung Anyar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, sepi pembeli. Bahkan tak jarang penjual onderdil, aksesoris motor, dan barang elektronik bekas ini harus pulang ke rumah tanpa membawa uang.
Salah seorang pedagang di Pasar Loak Singaraja, Wardoyo, mengaku kondisi ekonominya jauh berbeda dengan tahun 2019 lalu dengan sekarang, semenjak adanya pandemi Covid-19. Pelanggan yang biasanya selalu memburu barang bekas sangat sepi saat ini. Begitu pula dengan tukar tambah barang atau beli barang juga kian minim diminati. "Bukan hanya saya tetapi juga difasakan pedagang loakan lainnya di pasar," ungkapnya, Minggu (27/9).
Sepinya pembeli barang-barang bekas di Pasar Loak Singaraja sudah terjadi sejak hampir enam bulan terakhir. Dulunya dengan berjualan barang elektronik dan aksesoris motor bekas, ia bisa meraup untung hingga Rp 1 juta setiap harinya. Namun kini menurun drastis, paling baby hanya Rp 85 ribu. "Beberapa kali berjualan kadang pulang pernah tak bawa uang. Seharian sama sekali tak dapat pembeli," keluhnya.
Diakui pria yang sudah berjualan barang-barang loakan sejak tahun 1992 ini, pembeli barang bekas dulunya biasanya bukan hanya berasal dari Buleleng. Melainkan dari daerah lainnya di Bali seperti Bangli, Jembrana, Karangasem, hingga Gianyar. Pelanggan datang kebanyakan berburu barang-barang onderdil elektronik dan sepeda motor. Kini pembeli yang datang hanya dari wilayah Buleleng saja.
Ia menduga, sepinya pembeli barang-barang bekas lantaran kondisi ekonomi yang lesu selama pandemi. Untuk menyiasatinya ia mencoba berjualan barang loakan dengan mengikuti tren. Sekarang misalnya musim sepeda gayung yang digandrungi anak-anak muda dan orang tua. "Maka kami pedagang loak pun harus mengikuti dengan berjualan sepeda gayung bekas atau perintilannya. Karena itu paling banyak di buru saat ini," jelasnya.
Selain itu, kata dia, beberapa pedagang di pasar kini membuka layanan servis terhadap barang-barang pelanggan yang kondisinya rusak. Para pedagang membuka servis, lantaran ada pelanggan yang menginginkan perbaikan. "Saya juga buka servis elektronik gratis mengikuti kemauan pelanggan. Kalau pelanggan sembari mereka beli onderdil elektoronik juga bisa servis langsung," tutup Wardoyo.*cr75
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak Maret lalu berimbas keras bagi pendapatan para pedagang di Pasar Loak Singaraja menurun. Lapak mereka yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Kampung Anyar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, sepi pembeli. Bahkan tak jarang penjual onderdil, aksesoris motor, dan barang elektronik bekas ini harus pulang ke rumah tanpa membawa uang.
Salah seorang pedagang di Pasar Loak Singaraja, Wardoyo, mengaku kondisi ekonominya jauh berbeda dengan tahun 2019 lalu dengan sekarang, semenjak adanya pandemi Covid-19. Pelanggan yang biasanya selalu memburu barang bekas sangat sepi saat ini. Begitu pula dengan tukar tambah barang atau beli barang juga kian minim diminati. "Bukan hanya saya tetapi juga difasakan pedagang loakan lainnya di pasar," ungkapnya, Minggu (27/9).
Sepinya pembeli barang-barang bekas di Pasar Loak Singaraja sudah terjadi sejak hampir enam bulan terakhir. Dulunya dengan berjualan barang elektronik dan aksesoris motor bekas, ia bisa meraup untung hingga Rp 1 juta setiap harinya. Namun kini menurun drastis, paling baby hanya Rp 85 ribu. "Beberapa kali berjualan kadang pulang pernah tak bawa uang. Seharian sama sekali tak dapat pembeli," keluhnya.
Diakui pria yang sudah berjualan barang-barang loakan sejak tahun 1992 ini, pembeli barang bekas dulunya biasanya bukan hanya berasal dari Buleleng. Melainkan dari daerah lainnya di Bali seperti Bangli, Jembrana, Karangasem, hingga Gianyar. Pelanggan datang kebanyakan berburu barang-barang onderdil elektronik dan sepeda motor. Kini pembeli yang datang hanya dari wilayah Buleleng saja.
Ia menduga, sepinya pembeli barang-barang bekas lantaran kondisi ekonomi yang lesu selama pandemi. Untuk menyiasatinya ia mencoba berjualan barang loakan dengan mengikuti tren. Sekarang misalnya musim sepeda gayung yang digandrungi anak-anak muda dan orang tua. "Maka kami pedagang loak pun harus mengikuti dengan berjualan sepeda gayung bekas atau perintilannya. Karena itu paling banyak di buru saat ini," jelasnya.
Selain itu, kata dia, beberapa pedagang di pasar kini membuka layanan servis terhadap barang-barang pelanggan yang kondisinya rusak. Para pedagang membuka servis, lantaran ada pelanggan yang menginginkan perbaikan. "Saya juga buka servis elektronik gratis mengikuti kemauan pelanggan. Kalau pelanggan sembari mereka beli onderdil elektoronik juga bisa servis langsung," tutup Wardoyo.*cr75
Komentar