Mulai Langka, Tape Lodtunduh Dibangkitkan
GIANYAR, NusaBali
Pemerintah Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, akan kembali membangkitkan Tape Lodtunduh yang menjadi kuliner turun-temurun di desa ini.
Jenis kuliner berbahan singkong berasa manis ini sempat terkenal di masa lalu. "Karena cita rasa Tape Lodtuduh ini khas," ujar Perbekel Lodtunduh I Wayan Gunawan. Minggu (27/9). Namun, kata dia, karena perkembangan pariwisata, pembuat tape singkong ini semakin sedikit. "Banyak pembuat tape ini yang beralih jadi perajin atap alang-alang," ujarnya.
Selain itu, alih fungsi lahan juga menyebabkan lahan tanam singkong semakin sempit. "Banyak lahan tanam, sudah jadi villa," ujarnya. Lalu, untuk mendukung vila, masyarakat Lodtunduh mulai banyak beralih jualan ikatan atap alang-alang. Tumbuhan itu untuk atap vila. “Sekarang banyak yang jadi perajin ikatan alang-alang. Warga enggan tanam singkong. Lebih baik tanam alang-alang,” ujarnya.
Oleh karena itu, keberadaan pembuat tape singkong saat ini hanya bisa dihitung dengan jari. Padahal, tape singkong berpotensi dikembangkan sebagai kuliner khas desa. Pihak Desa Lodtunduh berencana kembali menggeliatkan tape khas Lodtunduh yang mulai jarang di pasaran itu. “Hampir punah. Padahal, cirinya, rasanya beda dengan tape daerah lain,” ujar Gunawan.
Dia menjelaskan, dari tanaman singkongnya saja, berbeda dengan daerah lainnya. “Sesuai kualitas singkong di Lodtunduh. Tanah agak berpasir. Dari unsur tanah, cita rasa khas singkong ada khas (Banjar, red) Silungan,” terangnya.
Belum lagi, kata dia, proses pembuatan tape singkong Lodtunduh ini dibuat dengan cara tradisional. “Sekarang Bisa dihitung jari. Ini mau kami geliatkan. Jangan sampai kuliner bersejarah hilang,” harapnya.
Diakui, keberadaan tape ini sudah ada dari dulu. “Setelah terbentuknya desa adat. Turun temurun,” ungkapnya.
Lantaran pembuatan tradisional, pemasarannya pun masih sistem titip di warung dan pasar umum. “Pasarannya ke warung dan pasar umum. Sukawati, Singapadu Kaler. Paling jauh pasar Mambal (Kabupaten Badung, red),” ungkapnya.
Dari segi kemasan, tape singkong Lodtunduh masih dikemas dengan daun pisang. “Ke pasar oleh-oleh belum. Terkait kemasan, kemasan daun pisang, nanti kami akan coba kemas lebih kekinian,” jelasnya. *nvi
Selain itu, alih fungsi lahan juga menyebabkan lahan tanam singkong semakin sempit. "Banyak lahan tanam, sudah jadi villa," ujarnya. Lalu, untuk mendukung vila, masyarakat Lodtunduh mulai banyak beralih jualan ikatan atap alang-alang. Tumbuhan itu untuk atap vila. “Sekarang banyak yang jadi perajin ikatan alang-alang. Warga enggan tanam singkong. Lebih baik tanam alang-alang,” ujarnya.
Oleh karena itu, keberadaan pembuat tape singkong saat ini hanya bisa dihitung dengan jari. Padahal, tape singkong berpotensi dikembangkan sebagai kuliner khas desa. Pihak Desa Lodtunduh berencana kembali menggeliatkan tape khas Lodtunduh yang mulai jarang di pasaran itu. “Hampir punah. Padahal, cirinya, rasanya beda dengan tape daerah lain,” ujar Gunawan.
Dia menjelaskan, dari tanaman singkongnya saja, berbeda dengan daerah lainnya. “Sesuai kualitas singkong di Lodtunduh. Tanah agak berpasir. Dari unsur tanah, cita rasa khas singkong ada khas (Banjar, red) Silungan,” terangnya.
Belum lagi, kata dia, proses pembuatan tape singkong Lodtunduh ini dibuat dengan cara tradisional. “Sekarang Bisa dihitung jari. Ini mau kami geliatkan. Jangan sampai kuliner bersejarah hilang,” harapnya.
Diakui, keberadaan tape ini sudah ada dari dulu. “Setelah terbentuknya desa adat. Turun temurun,” ungkapnya.
Lantaran pembuatan tradisional, pemasarannya pun masih sistem titip di warung dan pasar umum. “Pasarannya ke warung dan pasar umum. Sukawati, Singapadu Kaler. Paling jauh pasar Mambal (Kabupaten Badung, red),” ungkapnya.
Dari segi kemasan, tape singkong Lodtunduh masih dikemas dengan daun pisang. “Ke pasar oleh-oleh belum. Terkait kemasan, kemasan daun pisang, nanti kami akan coba kemas lebih kekinian,” jelasnya. *nvi
Komentar