Minim Bantuan, Sekaa Demen Arus Bawah Galang Sembako
8 Warga Desa Tampaksiring Positif Corona, 30 KK Harus Karantina Mandiri
Perbekel Tampaksiring, I Made Widana, mengakui untuk warganya yang sedang karantina mandiri, sudah dimohonkan bantuan sembako ke Dinas Sosial Kabupaten Gianyar melalui Camat Tampaksiring
GIANYAR, NusaBali
Delapan (8) warga Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar terkonfirmasi positif Covid-19, termasuk salah satunya ibu hamil. Hal ini menyebabkan 33 kepala keluarga (KK) di 8 pekarangan rumah harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Sekaa Demen Arus Bawah di Desa Tampaksiring pun berupaya menggalang dana dan bantuan sembako untuk dipasok warga yang karantina mandiri. Masalahnya, warga yang karantina mandiri masih minim bantuan dari pemerintah.
Pekarangan rumah Desa Tampaksiring yang penghuninya harus karantina mandiri ini tersebar di 5 banjar. Di Banjar Mantring, misalnya, terdapat dua pekarangan rumah yang masing-masing berisi 10 KK dan 6 KK. Sedangkan di Banjar Tengah, ada satu pekarangan rumah dengan penghuni 8 KK. Kemudian di Banjar Sarasesa, terdapat dua pekarangan rumah yang masing-masing berisi 5 KK dan 2 KK harus karantina. Selanjutnya, di Banjar Kelodan, ada satu pekarangan rumah berisi 2 KK harus isolasi mandiri. Sebaliknya, di Banjar Tegal Suci ada satu peka-rangan rumah dengan 2 KK yang isolasi mandiri.
Tokoh Desa Tampaksiring, Ida Bagus Made Baskara, mengatakan karantina mandiri bagi puluhan KK karena adanya 8 warga positif Covid-19 ini sudah berlangsung beberapa hari. Sayangnya, belum ada bantuan sembako bagi mereka. Sedangkan pihak Desa Tampaksiring baru akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gianyar.
Karena kondisi tersebut, kata Gus Baskara, sejumlah warga Desa Tampaksiring sampai membentuk Sekaa Demen Arus Bawah, untuk menggalang bantuan sembako bagi puluhan KK yang karantina mandiri. Adalah Gus Baskara sendiri yang koordinasikan langsung komunitas Sekaa Demen Arus Bawah tersebut.
Menurut Gus Baskara, cukup banyak warga di Desa Tampaksiring yang menjalani karantina mandiri, namun minim perhatian dari pemerintah. "Dalam satu pekarangan rumah saja, bisa ada belasan warga melakukan isolasi mandiri. Mereka kesulitan untuk makan, karena tidak ada bantuan sembako ataupun masker dari pemerintah, khususnya aparat desa," ungkap Gus Baskara saat ditemui di Pasraman Dharma Sila, Desa Tampaksiring, Selasa (29/9).
Gus Baskara menyebutkan, selama ini warga yang melakukan isolasi mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing, dominan hanya menerima bantuan dari tetangga yang peduli. Karena itu, Sekaa Demen Arus Bawah yang dipimpin Gus Baskara berupaya mencarikan bantuan sembako buat mereka. “Akhirnya kami sepakat mengumpulkan dana untuk pengadaan sembako dan 3.000 masker, buat dibagikan ke sejumlah KK yang sedang menjalani isolasi mandiri," terang Gus Baskara.
Menurut Gus Baskara, pihaknya juga sudah mempertanyakan kondisi ini kepada aparat Desa Tampaksiring. Jawaban yang diperoleh, dana desa untuk penanganan Covid-19 sudah habis. “Katanya dana desa sudah habis, tetapi kami tidak bisa mendapat rincian yang jelas, terkait penggunaan dana desa sepanjang tahun ini. Padahal, laporan penggunaan dana desa itu harus dipajang dalam baliho, sebagai bentuk transparansi. Tapi, itu tidak ada, makanya kami curiga adanya penyalahgunaan anggaran," katanya.
Gus Baskara juga menyayangkan pihak desa yang justru melakukan kegiatan penebaran ikan koi bernilai belasan juta rupiah di aliran Tukad Petanu dalam rangka pengembangan desa wisata, beberapa waktu lalu. Dia menilai kegiatan tebar ikan koi itu tidak tepat di tengah pandemi Covid-19. "Di tengah kondisi seperti ini, seharusnya penanganan Covid-19 dijadikan prioritas sebagai persoalan yang lebih urgen, daripada menggunakan dana untuk pengembangan objek wisata baru," sesal Gus Baskara.
Sementara itu, Perbekel Tampaksiring, I Made Widana, mengatakan dana desa tidak bisa digunakan untuk bantuan sembako. Sedangkan Desa Tampaksiring sendiri tidak memiliki pendapatan asli desa. Makanya, pihak desa melalui Camat Tampaksiring sedang berkoordinasi dengan Dinas Sosial Gianyar.
Widana mengakui, selain sembako, penanganan Covid-19 telah dilakukan sesuai prosedur. Di antaranya, melakukan tracing contact bagi keluarga yang terpapar. "Bersama petugas gabungan, kami sudah rutin melakukan tracing ke rumah warga yang dinyatakan positif Covid-19, sehingga diharuskan isolasi mandiri. Kami juga sudah memberikan bantuan masker. Namun, untuk bantuan sembako, memang masih minim. Karena sembako memang tidak boleh (dianggarkan, Red) oleh desa dinas. Kami tidak memiliki PAD untuk menganggarkan itu," kata Widana saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Menurut Widana, sebelumnya sembako sudah digelontorkan dari bantuan Bupati Gianyar. Selain itu, ada juga bantuan stimulus hingga BST untuk 550 KK dari Kementerian Sosial. Sementara bantuan sembako untuk warga yang kini tengah melakukan isolasi mandiri, diakui memang belum ada. "Bantuan sembako ini sedang kami mohonkan ke Dinas Sosial melalui Camat Tampaksiring," katanya.
Terkait kegiatan menabur ikan koi yang disoroti Gus Baskara, menurut Widana, program itu merupakan bantuan dari Bank Indonesia (BI) yang sudah direncanakan sejak lama. “Kami tidak bisa mengubah alokasi bantuan tersebut, karena harus sesuai pertanggungjawabannya untuk pengembangan pariwisata,” tandas Perbekel Tampaksiring ini.
Widana menegaskan, pihaknya sangat merespons masukan dan kritik demi membangun desa kelahirannya. “Untuk penggagasan desa wisata itu sudah ada sejak tahun 2019 dan dananya bersumber dari pihak ketiga (BI). Sementara untuk penggunaan dana desa, kami juga telah diverifikasi langsung dari pusat, sehingga menjadi contoh. Apa yang dilakukan saat ini sesuai musyawarah desa.” *nvi
Pekarangan rumah Desa Tampaksiring yang penghuninya harus karantina mandiri ini tersebar di 5 banjar. Di Banjar Mantring, misalnya, terdapat dua pekarangan rumah yang masing-masing berisi 10 KK dan 6 KK. Sedangkan di Banjar Tengah, ada satu pekarangan rumah dengan penghuni 8 KK. Kemudian di Banjar Sarasesa, terdapat dua pekarangan rumah yang masing-masing berisi 5 KK dan 2 KK harus karantina. Selanjutnya, di Banjar Kelodan, ada satu pekarangan rumah berisi 2 KK harus isolasi mandiri. Sebaliknya, di Banjar Tegal Suci ada satu peka-rangan rumah dengan 2 KK yang isolasi mandiri.
Tokoh Desa Tampaksiring, Ida Bagus Made Baskara, mengatakan karantina mandiri bagi puluhan KK karena adanya 8 warga positif Covid-19 ini sudah berlangsung beberapa hari. Sayangnya, belum ada bantuan sembako bagi mereka. Sedangkan pihak Desa Tampaksiring baru akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gianyar.
Karena kondisi tersebut, kata Gus Baskara, sejumlah warga Desa Tampaksiring sampai membentuk Sekaa Demen Arus Bawah, untuk menggalang bantuan sembako bagi puluhan KK yang karantina mandiri. Adalah Gus Baskara sendiri yang koordinasikan langsung komunitas Sekaa Demen Arus Bawah tersebut.
Menurut Gus Baskara, cukup banyak warga di Desa Tampaksiring yang menjalani karantina mandiri, namun minim perhatian dari pemerintah. "Dalam satu pekarangan rumah saja, bisa ada belasan warga melakukan isolasi mandiri. Mereka kesulitan untuk makan, karena tidak ada bantuan sembako ataupun masker dari pemerintah, khususnya aparat desa," ungkap Gus Baskara saat ditemui di Pasraman Dharma Sila, Desa Tampaksiring, Selasa (29/9).
Gus Baskara menyebutkan, selama ini warga yang melakukan isolasi mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing, dominan hanya menerima bantuan dari tetangga yang peduli. Karena itu, Sekaa Demen Arus Bawah yang dipimpin Gus Baskara berupaya mencarikan bantuan sembako buat mereka. “Akhirnya kami sepakat mengumpulkan dana untuk pengadaan sembako dan 3.000 masker, buat dibagikan ke sejumlah KK yang sedang menjalani isolasi mandiri," terang Gus Baskara.
Menurut Gus Baskara, pihaknya juga sudah mempertanyakan kondisi ini kepada aparat Desa Tampaksiring. Jawaban yang diperoleh, dana desa untuk penanganan Covid-19 sudah habis. “Katanya dana desa sudah habis, tetapi kami tidak bisa mendapat rincian yang jelas, terkait penggunaan dana desa sepanjang tahun ini. Padahal, laporan penggunaan dana desa itu harus dipajang dalam baliho, sebagai bentuk transparansi. Tapi, itu tidak ada, makanya kami curiga adanya penyalahgunaan anggaran," katanya.
Gus Baskara juga menyayangkan pihak desa yang justru melakukan kegiatan penebaran ikan koi bernilai belasan juta rupiah di aliran Tukad Petanu dalam rangka pengembangan desa wisata, beberapa waktu lalu. Dia menilai kegiatan tebar ikan koi itu tidak tepat di tengah pandemi Covid-19. "Di tengah kondisi seperti ini, seharusnya penanganan Covid-19 dijadikan prioritas sebagai persoalan yang lebih urgen, daripada menggunakan dana untuk pengembangan objek wisata baru," sesal Gus Baskara.
Sementara itu, Perbekel Tampaksiring, I Made Widana, mengatakan dana desa tidak bisa digunakan untuk bantuan sembako. Sedangkan Desa Tampaksiring sendiri tidak memiliki pendapatan asli desa. Makanya, pihak desa melalui Camat Tampaksiring sedang berkoordinasi dengan Dinas Sosial Gianyar.
Widana mengakui, selain sembako, penanganan Covid-19 telah dilakukan sesuai prosedur. Di antaranya, melakukan tracing contact bagi keluarga yang terpapar. "Bersama petugas gabungan, kami sudah rutin melakukan tracing ke rumah warga yang dinyatakan positif Covid-19, sehingga diharuskan isolasi mandiri. Kami juga sudah memberikan bantuan masker. Namun, untuk bantuan sembako, memang masih minim. Karena sembako memang tidak boleh (dianggarkan, Red) oleh desa dinas. Kami tidak memiliki PAD untuk menganggarkan itu," kata Widana saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Menurut Widana, sebelumnya sembako sudah digelontorkan dari bantuan Bupati Gianyar. Selain itu, ada juga bantuan stimulus hingga BST untuk 550 KK dari Kementerian Sosial. Sementara bantuan sembako untuk warga yang kini tengah melakukan isolasi mandiri, diakui memang belum ada. "Bantuan sembako ini sedang kami mohonkan ke Dinas Sosial melalui Camat Tampaksiring," katanya.
Terkait kegiatan menabur ikan koi yang disoroti Gus Baskara, menurut Widana, program itu merupakan bantuan dari Bank Indonesia (BI) yang sudah direncanakan sejak lama. “Kami tidak bisa mengubah alokasi bantuan tersebut, karena harus sesuai pertanggungjawabannya untuk pengembangan pariwisata,” tandas Perbekel Tampaksiring ini.
Widana menegaskan, pihaknya sangat merespons masukan dan kritik demi membangun desa kelahirannya. “Untuk penggagasan desa wisata itu sudah ada sejak tahun 2019 dan dananya bersumber dari pihak ketiga (BI). Sementara untuk penggunaan dana desa, kami juga telah diverifikasi langsung dari pusat, sehingga menjadi contoh. Apa yang dilakukan saat ini sesuai musyawarah desa.” *nvi
1
Komentar