Mudah Lupa? Coba Ajak Lansia Aktif Kegiatan Budaya
DENPASAR, NusaBali
Demensia atau penurunan daya ingat menjadi satu hal yang tidak bisa dihindari seiring penuaan.
Namun, kedatangan penyakit ini bisa dihambat dengan terus ‘memaksa’ otak digunakan untuk belajar hal-hal baru. Menurut Konsultan Neurobehaviour RSUP Sanglah, Dr dr AA Ayu Putri Laksmi Dewi SpS (K), kegiatan budaya seperti menari, mekidung dan sejenisnya bisa menstimulasi otak bagi para lanjut usia (lansia).
“Ikut kelompok mekidung, menari, megambel dan kegiatan budaya lain dapat menstimulasi otak. Dengan begitu, kita selalu dihadapkan pada hal-hal baru yang memaksa otak kita untuk belajar, berkembang dan mengatasi masalah,” ujarnya dalam tayangan video Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Sanglah di Youtube.
Demensia adalah istilah umum untuk beberapa gangguan behavior akibat proses patologis atau abnormal pada otak. Proses ini mengganggu proses komunikasi antar bagian otak yang menyebabkan menurunnya fungsi kognitif (daya ingat, memori, serta proses berpikir yang berlangsung lebih lambat dan makan lama makin memburuk). Akhirnya ini mempengaruhi fungsi seseorang dalam melakukan aktivitas ataupun pekerjaan sehari-hari.
Dr Laksmi menjelaskan, ada dua kelompok penyakit demensia. Demensia primer adalah demensia yang tidak bisa dihambat perkembangaannya seiring proses penuaan, yang mengakibatkan mengecilnya bagian-bagian tertentu dari otak. Contohnya penyakit alzheimer. Sedangkan demensia sekunder adalah demensia yang bisa diatasi. Misalnya demensia yang berkaitan dengan kejadian setelah stroke, tumor otak, penyalahgunaan alkohol dan obatm kekurangan vitamin B12, hipotiroid dan hipertiroid.
Lanjutnya, lokasi kerusakan bagian otak juga akan mempengaruhi gejala yang yang tampak akan berbeda-beda. Namun gejala umum yang terlihat biasanya terganggunya fungsi daya ingat, kesulitan berkomunikasi atau mencari kata-kata yang tepat, kesulitan menyusun perencanaan, kebingungan atau disorientas, bahkan perubahan emosi. Pasien juga kesulitan belajar sesuatu yang baru, kesulitan mencari kata-kata ketika akan bicara. Namun kalau bercerita tentang masa lalunya, dia bisa mengingat dengan baik dan penuh semangat.
“Yang paling dominan adalah gangguan memori jangka pendek. Contohnya saja, pasien mudah lupa kejadian yang baru saja terjadi. Lupa menaruh motor di mana, lupa kundangan sama istri, ternyata pulangnya sendirian, serta sering mengulang bertanya sesuatu yang dilupakan,” jelas dr Laksmi.
Seiring waktu, gangguan memori jangka panjang juga akan terganggu seiring gangguan fungsi kognitif lainnya seperti kemampuan berbahasa. Pasien mulai tidak bisa lagi mengenal arah, wajah orang-orang yang disintainyam dan kesulitan mengambil keputusan. Gangguan fungsi kognitif pada otak kemudian diperprah dengan gangguan psikiatri seperti stress, depresi, kecemasan atau bisa saha halusinasi dan gangguan tidur. “Proses penuaan dan faktor genetik memang tidak bisa dihindari menyebabkan demensia. Tapi ada faktor eksternal yang juga bisa memperparah,” katanya.
Selain aktif dalam kegiatan budaya, masyarakat dan para lansia paling disarankan untuk menjalani pola hidup sehat, berolahraga rutin minimal 30 menit di bawah sinar matahari (2-3 kali seminggu), waktu tidur yang cukup, tidak merokok, mendengarkan musik yang iramanya lambat dan suara yang lembut. “Dengan pola hidup sehat, menyebabkan pembuluh darah otak menjadi tetap sehat sehingga dapat mencegah kerusakan otak akibat suplai darah yang buruk. Otak harus terus dipergunakan agar tetap aktif. Misalnya membaca, berhitung, dan aktif bersosialisasi,” tandasnya. *ind
1
Komentar