Janda Bolong Mulai Dicari-cari di Bali
Dulu bisa ditebus dengan mahar di bawah Rp 100 ribu, kini pemburu Janda Bolong harus merogoh kocek ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
DENPASAR, NusaBali
Tak beda dengan pamor naik Janda Bolong di berbagai daerah Indonesia, hobi merawat tanaman Monstera
khususnya jenis adansonii variegatta atau yang dikenal dengan sebutan ‘Janda Bolong’ sedang digandrungi di Bali, khususnya penggemar tanaman hias Kota Denpasar.
Tanaman yang sedang naik daun ini pun harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Salah seorang penjual dan penghobi Janda Bolong, Mika Damayanti Pasaribu, mengamati bahwa harga Janda Bolong semakin mahal karena tanaman hias ini memang sekarang sedang hits.
“Apalagi kalangan milenial semakin melirik tanaman hias sebagai yang menarik untuk dijadikan kado, sehingga yang melirik tanaman hias bukan hanya orang-orang pecinta tanaman hias saja,” tuturnya.
Monstera variegatta atau Janda Bolong sendiri juga banyak diminati karena dinilai bisa menjadi pelengkap dekorasi gaya minimalis pada desain interior rumah. Bahkan Monstera jenis ini juga dibuat tiruan yang bisa dibeli pada platform belanja online dengan harga terjangkau.
Range harga Janda Bolong awalnya cukup murah. Sebelum hits seperti saat ini, harga Janda Bolong mulai Rp50.000 hingga Rp350.000. “Tergantung besar dan banyaknya daun,” tutur Ida Bagus Alit Arthawan, salah seorang petani tanaman hias ketika ditemui di showroom Bagus Green Garden miliknya di area Jalan Hayam Wuruk, Tanjung Bungkak, Denpasar.
Namun, kini harga Janda Bolong menjadi Rp100ribuan hingga mencapai jutaan. Wow! Kok bisa?
Bentuk dan rupa Janda Bolong memang terlihat cukup unik. Daunnya berwarna hijau putih kekuningan dengan lubang-lubang kecil di tengah-tengah daun. “Itu sebenarnya karena kelainan gen pada tanamannya. Tapi justru itulah keunikannya,” jelas Bagus.
Keunikan inilah yang akhirnya membuat harga Janda Bolong melangit. “Sebenarnya itu juga tergantung ukuran dan coraknya. Semakin besar dan semakin berwarna, bisa jadi lebih mahal,” tutur Kadek Suardani, salah seorang staff operasional Duta Orchid Garden Denpasar.
Di Duta Orchid Garden sendiri memiliki pohon Monstera adansonii variegata atau Janda Bolong yang sudah berusia hampir sepuluh tahun.
Melonjaknya harga Janda Bolong ini membuat banyak pembeli mulai mencari bibitnya. “Kami masih mulai pembibitannya, karena sekarang sedang banyak yang mencari,” tambah Kadek lagi.
Menurut Kadek, melonjaknya harga Monstera Janda Bolong ini karena tren. “Ya sama seperti waktu tren tanaman gelombang cinta dulu,” jelasnya.
Lain halnya dengan Kadek dan Bagus, Mika melihat hal ini sebagai peluang bisnis baru. Mahasiswi semester akhir jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini pun memulai My Plant Project dengan beberapa temannya untuk mengisi waktu luangnya sembari mengerjakan tugas akhirnya. Mika mengaku tanaman hias Janda Bolong memang cepat sekali sold-out. “Perawatannya juga cukup mudah sih. Jadi banyak anak-anak muda yang mencari Janda Bolong,” jelas Mika lagi.
Banyaknya permintaan membuat Mika dan teman-temannya memulai pembudidayaan Janda Bolong.
“Kami belum jual bibitnya, tapi sekarang sedang mulai coba budidaya,” tambah gadis asal Medan ini. Bibit ini ia dapatkan dari Karangasem dan ada yang dicari lewat internet.
Tak beda dengan pamor naik Janda Bolong di berbagai daerah Indonesia, hobi merawat tanaman Monstera
khususnya jenis adansonii variegatta atau yang dikenal dengan sebutan ‘Janda Bolong’ sedang digandrungi di Bali, khususnya penggemar tanaman hias Kota Denpasar.
Tanaman yang sedang naik daun ini pun harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Salah seorang penjual dan penghobi Janda Bolong, Mika Damayanti Pasaribu, mengamati bahwa harga Janda Bolong semakin mahal karena tanaman hias ini memang sekarang sedang hits.
“Apalagi kalangan milenial semakin melirik tanaman hias sebagai yang menarik untuk dijadikan kado, sehingga yang melirik tanaman hias bukan hanya orang-orang pecinta tanaman hias saja,” tuturnya.
Monstera variegatta atau Janda Bolong sendiri juga banyak diminati karena dinilai bisa menjadi pelengkap dekorasi gaya minimalis pada desain interior rumah. Bahkan Monstera jenis ini juga dibuat tiruan yang bisa dibeli pada platform belanja online dengan harga terjangkau.
Range harga Janda Bolong awalnya cukup murah. Sebelum hits seperti saat ini, harga Janda Bolong mulai Rp50.000 hingga Rp350.000. “Tergantung besar dan banyaknya daun,” tutur Ida Bagus Alit Arthawan, salah seorang petani tanaman hias ketika ditemui di showroom Bagus Green Garden miliknya di area Jalan Hayam Wuruk, Tanjung Bungkak, Denpasar.
Namun, kini harga Janda Bolong menjadi Rp100ribuan hingga mencapai jutaan. Wow! Kok bisa?
Bentuk dan rupa Janda Bolong memang terlihat cukup unik. Daunnya berwarna hijau putih kekuningan dengan lubang-lubang kecil di tengah-tengah daun. “Itu sebenarnya karena kelainan gen pada tanamannya. Tapi justru itulah keunikannya,” jelas Bagus.
Keunikan inilah yang akhirnya membuat harga Janda Bolong melangit. “Sebenarnya itu juga tergantung ukuran dan coraknya. Semakin besar dan semakin berwarna, bisa jadi lebih mahal,” tutur Kadek Suardani, salah seorang staff operasional Duta Orchid Garden Denpasar.
Di Duta Orchid Garden sendiri memiliki pohon Monstera adansonii variegata atau Janda Bolong yang sudah berusia hampir sepuluh tahun.
Melonjaknya harga Janda Bolong ini membuat banyak pembeli mulai mencari bibitnya. “Kami masih mulai pembibitannya, karena sekarang sedang banyak yang mencari,” tambah Kadek lagi.
Menurut Kadek, melonjaknya harga Monstera Janda Bolong ini karena tren. “Ya sama seperti waktu tren tanaman gelombang cinta dulu,” jelasnya.
Lain halnya dengan Kadek dan Bagus, Mika melihat hal ini sebagai peluang bisnis baru. Mahasiswi semester akhir jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini pun memulai My Plant Project dengan beberapa temannya untuk mengisi waktu luangnya sembari mengerjakan tugas akhirnya. Mika mengaku tanaman hias Janda Bolong memang cepat sekali sold-out. “Perawatannya juga cukup mudah sih. Jadi banyak anak-anak muda yang mencari Janda Bolong,” jelas Mika lagi.
Banyaknya permintaan membuat Mika dan teman-temannya memulai pembudidayaan Janda Bolong.
“Kami belum jual bibitnya, tapi sekarang sedang mulai coba budidaya,” tambah gadis asal Medan ini. Bibit ini ia dapatkan dari Karangasem dan ada yang dicari lewat internet.
Janda Bolong sendiri merupakan tanaman tropis yang cukup disiram 1-2 kali dalam seminggu. Pada proses pembibitan yang dilakukan My Plant Project, mereka hanya menggunakan polybag dan rutin menyiram pagi dan sore serta tak lupa diberi pupuk kompos. “Setelah tanamannya mulai tumbuh agak besar dan banyak baru kami pindahkan ke pot,” cerita Mika.
Sementara itu, Bagus juga mengakui saat ini Janda Bolong yang warnanya putih kekuningan mulai langka dan sulit dicari. Konsumennya bahkan melakukan pemesanan sebelumnya atau pre-order demi bisa mendapatkan tanaman tersebut.
Namun, Bagus juga tetap menyeleksi pembelinya. “Soalnya sayang kalau hanya untuk koleksi semata tanpa perawatan yang baik dan benar,” tutur pria yang telah berkecimpung dalam dunia tanaman hias sejak tahun 2010.
Sementara itu, Bagus juga mengakui saat ini Janda Bolong yang warnanya putih kekuningan mulai langka dan sulit dicari. Konsumennya bahkan melakukan pemesanan sebelumnya atau pre-order demi bisa mendapatkan tanaman tersebut.
Namun, Bagus juga tetap menyeleksi pembelinya. “Soalnya sayang kalau hanya untuk koleksi semata tanpa perawatan yang baik dan benar,” tutur pria yang telah berkecimpung dalam dunia tanaman hias sejak tahun 2010.
Di Bagus Green Garden sendiri menjual hingga 50 buah pot Janda Bolong dengan ukuran medium setiap minggunya. Bagus juga mencoba membuat budidaya sendiri di tempatnya. “Dari proses penanamannya biasanya sebulan agar siap dijual. Yang penting dirawatnya sambal disayang-sayang, karena ‘kan itu makhluk hidup juga sama seperti manusia dan hewan,” jelas Bagus lagi.
Terkait harga Janda Bolong yang meroket, menurutnya itu karena yang bercorak warna dan yang berkualitas bagus mulai susah ditemukan. “Menurut saya tren Janda Bolong ini akan bertahan hingga setahun ke depan, sama seperti Aglonema ‘Gelombang Cinta’ dulu,” pungkasnya.*cla
Terkait harga Janda Bolong yang meroket, menurutnya itu karena yang bercorak warna dan yang berkualitas bagus mulai susah ditemukan. “Menurut saya tren Janda Bolong ini akan bertahan hingga setahun ke depan, sama seperti Aglonema ‘Gelombang Cinta’ dulu,” pungkasnya.*cla
Komentar