Demo di Denpasar Rusuh, Polisi Dilempari
Kapolda Bali: Demo Ini Digerakkan Pihak Lain
Massa pendemo yang menamakan diri ‘Bali Tidak Diam’ beraksi di dua lokasi, yakni areal Kampus Pasca Sarjana Unud dan Kantor DPRD Bali
DENPASAR, NusaBali
Aksi demo tolak Undang-undang Omnibus Law di Denpasar, Kamis (8/10) sore, berlangsung ricuh. Massa pendemo bahkan sempat melempari polisi menggunakan batu. Kapolda Bali, Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, menyebut massa pendemo yang menamakan diri ‘Bali Tidak Diam’ ini digerakkan oleh pihak lain.
Demo Kamis kemarin digelar di dua lokasi berbeda di Denpasar. Lokasi pertama, di Jalan PB Sudirman Denpasar tepatnya depan Kampus Pasca Sarjana Unud. Lokasi kedua, di depan (sebelah timur) Kantor DPRD Bali kawasan Niti Mandala Denpasar.
Sebelum memulai aksinya, massa pendemo berjumlah sekitar 2.000 orang yang datang dari berbagai tempat di Bali itu kumpul dulu di halaman parkir Kamps Pasca Sarjana Unud, Jalan PB Sudirman Denpasar, Kamis siang pukul 14.00 Wita. Rencana awal, mereka semua akan konsentrasi berorasi di sana.
Namun, entah kenapa, massa pendemo kemudian terpecah menjadi dua. Sebagian pendemo, sekitar 1.000 orang, keluar dari halaman parkir Kampus Pasca Sarjana Unud menuju Jalan PB Sudirman Denpasar di sebelah barat. Dari sana, mereka kemudian bergerak ke arah timur laut menuju Kantor DPRD Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar. Sedangkan sebagian massa lainnya tetap bertahan di halaman parkir Kampus Pasca Sarjana Unud.
Massa yang bergerak menuju Kantor DPRD Bali tidak terkoordinasi. Mereka long march (berjalan kaki). Sebelum tiba di depan Kantor DPRD Bali, massa pendemo berhenti sejenak di sebelah selatan. Saat itulah muncul sejumlah mobil polisi yang akan mengawal jalannya demo di depan Kantor DPRB Bali.
Di sini mulai terjadi kericuhan. Tanpa dikomando, sejumlah pendemo melempari mobil polisi dengan batu dan botol minuman. Akibatnya, banyak kaca mobil polisi pecah. Untungnya, polisi tidak terpancing meladeni aksi pelemparan batu dan botol minuman tersebut. Polisi berusaha menghindar dengan menyempriotkan air.
Sementara, massa pendemo yang datang ke Kantor DPRD Bali tanpa terkoordinasi, bukannya berorasi, namun berteriak-teriak tak karuan. Massa yang datang tanpa pemberitahuan ini pun tidak bisa bertemu anggota Dewan. Polisi yang berjaga-jaga di dalam halaman Kantor DPRD Bali lewat pengeras suara menginformasikan bahwa para anggota Dewan sedang tidak ada di tempat. "Kami datang ke sini untuk berdiskusi soal UU Omnibus Law, bukan untuk berbuat anarkis," teriak salah seorang pendemo.
Gagal masuk ke Gedung DPRD Bali untuk menemui anggota Dewan, massa kemudian bergerak mendekati puluhan polisi yang tengah bersiap-siap mengamankan jalannya aksi di Pertigaan Jalan Cokorda Agung Tresna Denpasar, sebelah barat Kantor Gubernur Bali. Saat itulah pendemo kembali melempari polisi dengan batu dan botol minum. Akibatnya, puluhan polisi masuk ke dalam Kantor DPRD Bali sambil melepaskan tembakan gas air mata, hingga membuat pendemo kocar-kacir.
Demo yang berlangsung ricuh ini menjadi perhatian jajaran Polda Bali dan Polresta Denpasar. Wakapolda Bali, Brigjen Pol Drs I Wayan Sunartha, turun langsung ke lapangan untuk menemui para pendemo. Demikian pula Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan, ikut turun mengamankan jalannya aksi demo di depan Kantor DPRD Bali, bersama Brimob Polda Bali.
Melihat Wakapolda Bali ada di sana, dua orang pendemo berusaha menghampirinya untuk meminta agar pintu pagar depan Kantor DPRD Bali dibuka. "Tolong Pak, kami datang bukan untuk anarkis. Kami ingin menyampaikan aspirasi," pinta seorang pendemo yang mengaku bernama Komang Aldi kepada Brigjen Wayan Sunartha.
Brigjen Sunartha mengatakan tidak punya hak untuk membuka atau menutup pintu Kantor DPRD Bali. Disebutkan, personel kepolisian ada di sana untuk mengamankan jalannya demo tersebut. "Begini adik-adik, kalian melakukan aksi demo tanpa ada pemberitahuan. Kalian datang saat anggota DPRD Bali tidak ada di tempat. Suara kalian tidak bisa diterima oleh staf atau tukang kebun. Jangan samakan dengan kami (polisi). Kami biasa hadir setiap saat untuk melakukan pengamanan," tegas Brigjen Sunartha.
Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya 4 orang pendemo diizinkan masuk untuk memastikan ada atau tidak anggota DPRD Bali di kantor. Berselang 10 menit kemudian, mereka keluar untuk memberitagu massa pendemo bahwa benar anggota Dewan tidak ada di kantor. Akhirnya, massa pendemo membubarkan diri dari depan Kantor DPRD Bali.
Namun, massa pendemo bukannya langsung pulang ke rumah masing-masing, tapi sebagian dari mereka kembali di Kampus Pasca Sarjana Unud, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita. Mereka bergabung kembali dengan masdsa pendemo yang sejak awal bertahan di Jalan PB Sudirman Denpasar. Saat itu, massa pendemo sudah memblokasi Jalan PB Sudirman Denpasar di depan kampus. Bahkan, ada yang mulai membakar ban di tengah jalan. Seorang pendemo membawa pamflet bertuliskan "Biarkan kami bicara tanpa ada perwakilan. DPR Goblok!"
Sekitar pukul 17.30 Wita, polisi yang berjaga-jaga di lokasi mengingatkan massa pendemo untuk segera bubar, karena batas akhir aksi segera berakhir. Namun, hingga petang pukul 18.00 Wita, massa pendemo tetap bertahan. Mereka kemudian bergerak ke arah utara menuju depan SMP Santu Yosep. Polisi pun membubarkan paksa mereka sekitar pukul 18.15 Wita. Para pendemo merespos dengan melempari polisi menggunakan batu. Kemudian, polisi balas menembakkan gas air mata.
Setelah dikepung asap gas air mata, massa pendemo akhirnya kocar-kacir. Ada yang lari masuk ke dalam komplek Kampus Pasca Sarjana Unud. Anehnya, dari dalam areal kampus mereka kembali melempari polisi. Hingga tadi malam pukul 19.00 Wita, massa pendemo yang mengklaim sebagai mahasiswa dan buru pilih bertahan di dalam kompleks Kampus Pasca Sarjana Unud.
Semalam, ratusan polisi turun ke Jalan PB Sudirman Denpasar. Bahkan, Kapolda Bali Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose ikut turun ke Jalan PB Sudirman Denpasar untuk memantau situasi, tadi malam pukul 20.00 Wita. Demikian pula Dansat Brimob Polda Bali, Kombes Pol Adriansyah Daulay, ikut turun ke lokasi mengamankan situasi.
Kapolda Petrus Golose menyebut massa pendemo yang menamakan diri ‘Bali Tidak Diam’ digerakkan oleh pihak lain. Mereka demo tolak UU Omnibus Law (Cipta Kerja) sengaja dibuat anarkis. "Bukan buruh yang melakukan demo ini. Para mahasiswa ini dikondisikan oleh pihak lain. Saya tadi wawancara langsung. Mereka ini hanya disuruh. Ini bukan tipikal mahasiswa di Bali," tandasnya.
"Pendemo ini banyak yang bukan orang Bali. Yang datang dan menggerakkan mereka adalah orang luar. Penggerak mereka ini ada yang mahasiswa, ada yang bukan mahasiswa," kanjut Jenderal Bintang Dua Polisi kelahiran Manado, Sulawesi Utara ini.
Meski demikian, Kapolda enggan menyebut demo tersebut disusupi. Tetapi, Kapolda dengan tegas mengatakan bahwa gerakan demo anarkis ini bukan inisiasi mahasiswa dari Bali. Aksi demo sengaja dibuat anarkis oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Tindakan yang dilakukan polisi pun sudah sesuai prosedur. "Kami lebih banyak mengambil langkah persuasif. Semua dilakukan sesuai SOP. Sekali lagi, saya katakan aksi pelemparan batu bukan tipikal mahasiswa Bali," tegas Kapolda yang berhasil bikin tiarap aksi premanisme di Bali ini.
Terkait dugaan ada pihak luar yang menggerakkan aksi demo ini, jajaran Polda Bali akan melakukan penyelidikan. Ini semua dilakukan untuk menjaga marwah Bali yang aman. "Kami sudah melakukan pendekatan dengan organisasi buru. Tapi, hari ini (kemarin) yang bergerak adalah yang lain," katanya. *pol
Aksi demo tolak Undang-undang Omnibus Law di Denpasar, Kamis (8/10) sore, berlangsung ricuh. Massa pendemo bahkan sempat melempari polisi menggunakan batu. Kapolda Bali, Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, menyebut massa pendemo yang menamakan diri ‘Bali Tidak Diam’ ini digerakkan oleh pihak lain.
Demo Kamis kemarin digelar di dua lokasi berbeda di Denpasar. Lokasi pertama, di Jalan PB Sudirman Denpasar tepatnya depan Kampus Pasca Sarjana Unud. Lokasi kedua, di depan (sebelah timur) Kantor DPRD Bali kawasan Niti Mandala Denpasar.
Sebelum memulai aksinya, massa pendemo berjumlah sekitar 2.000 orang yang datang dari berbagai tempat di Bali itu kumpul dulu di halaman parkir Kamps Pasca Sarjana Unud, Jalan PB Sudirman Denpasar, Kamis siang pukul 14.00 Wita. Rencana awal, mereka semua akan konsentrasi berorasi di sana.
Namun, entah kenapa, massa pendemo kemudian terpecah menjadi dua. Sebagian pendemo, sekitar 1.000 orang, keluar dari halaman parkir Kampus Pasca Sarjana Unud menuju Jalan PB Sudirman Denpasar di sebelah barat. Dari sana, mereka kemudian bergerak ke arah timur laut menuju Kantor DPRD Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar. Sedangkan sebagian massa lainnya tetap bertahan di halaman parkir Kampus Pasca Sarjana Unud.
Massa yang bergerak menuju Kantor DPRD Bali tidak terkoordinasi. Mereka long march (berjalan kaki). Sebelum tiba di depan Kantor DPRD Bali, massa pendemo berhenti sejenak di sebelah selatan. Saat itulah muncul sejumlah mobil polisi yang akan mengawal jalannya demo di depan Kantor DPRB Bali.
Di sini mulai terjadi kericuhan. Tanpa dikomando, sejumlah pendemo melempari mobil polisi dengan batu dan botol minuman. Akibatnya, banyak kaca mobil polisi pecah. Untungnya, polisi tidak terpancing meladeni aksi pelemparan batu dan botol minuman tersebut. Polisi berusaha menghindar dengan menyempriotkan air.
Sementara, massa pendemo yang datang ke Kantor DPRD Bali tanpa terkoordinasi, bukannya berorasi, namun berteriak-teriak tak karuan. Massa yang datang tanpa pemberitahuan ini pun tidak bisa bertemu anggota Dewan. Polisi yang berjaga-jaga di dalam halaman Kantor DPRD Bali lewat pengeras suara menginformasikan bahwa para anggota Dewan sedang tidak ada di tempat. "Kami datang ke sini untuk berdiskusi soal UU Omnibus Law, bukan untuk berbuat anarkis," teriak salah seorang pendemo.
Gagal masuk ke Gedung DPRD Bali untuk menemui anggota Dewan, massa kemudian bergerak mendekati puluhan polisi yang tengah bersiap-siap mengamankan jalannya aksi di Pertigaan Jalan Cokorda Agung Tresna Denpasar, sebelah barat Kantor Gubernur Bali. Saat itulah pendemo kembali melempari polisi dengan batu dan botol minum. Akibatnya, puluhan polisi masuk ke dalam Kantor DPRD Bali sambil melepaskan tembakan gas air mata, hingga membuat pendemo kocar-kacir.
Demo yang berlangsung ricuh ini menjadi perhatian jajaran Polda Bali dan Polresta Denpasar. Wakapolda Bali, Brigjen Pol Drs I Wayan Sunartha, turun langsung ke lapangan untuk menemui para pendemo. Demikian pula Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan, ikut turun mengamankan jalannya aksi demo di depan Kantor DPRD Bali, bersama Brimob Polda Bali.
Melihat Wakapolda Bali ada di sana, dua orang pendemo berusaha menghampirinya untuk meminta agar pintu pagar depan Kantor DPRD Bali dibuka. "Tolong Pak, kami datang bukan untuk anarkis. Kami ingin menyampaikan aspirasi," pinta seorang pendemo yang mengaku bernama Komang Aldi kepada Brigjen Wayan Sunartha.
Brigjen Sunartha mengatakan tidak punya hak untuk membuka atau menutup pintu Kantor DPRD Bali. Disebutkan, personel kepolisian ada di sana untuk mengamankan jalannya demo tersebut. "Begini adik-adik, kalian melakukan aksi demo tanpa ada pemberitahuan. Kalian datang saat anggota DPRD Bali tidak ada di tempat. Suara kalian tidak bisa diterima oleh staf atau tukang kebun. Jangan samakan dengan kami (polisi). Kami biasa hadir setiap saat untuk melakukan pengamanan," tegas Brigjen Sunartha.
Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya 4 orang pendemo diizinkan masuk untuk memastikan ada atau tidak anggota DPRD Bali di kantor. Berselang 10 menit kemudian, mereka keluar untuk memberitagu massa pendemo bahwa benar anggota Dewan tidak ada di kantor. Akhirnya, massa pendemo membubarkan diri dari depan Kantor DPRD Bali.
Namun, massa pendemo bukannya langsung pulang ke rumah masing-masing, tapi sebagian dari mereka kembali di Kampus Pasca Sarjana Unud, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita. Mereka bergabung kembali dengan masdsa pendemo yang sejak awal bertahan di Jalan PB Sudirman Denpasar. Saat itu, massa pendemo sudah memblokasi Jalan PB Sudirman Denpasar di depan kampus. Bahkan, ada yang mulai membakar ban di tengah jalan. Seorang pendemo membawa pamflet bertuliskan "Biarkan kami bicara tanpa ada perwakilan. DPR Goblok!"
Sekitar pukul 17.30 Wita, polisi yang berjaga-jaga di lokasi mengingatkan massa pendemo untuk segera bubar, karena batas akhir aksi segera berakhir. Namun, hingga petang pukul 18.00 Wita, massa pendemo tetap bertahan. Mereka kemudian bergerak ke arah utara menuju depan SMP Santu Yosep. Polisi pun membubarkan paksa mereka sekitar pukul 18.15 Wita. Para pendemo merespos dengan melempari polisi menggunakan batu. Kemudian, polisi balas menembakkan gas air mata.
Setelah dikepung asap gas air mata, massa pendemo akhirnya kocar-kacir. Ada yang lari masuk ke dalam komplek Kampus Pasca Sarjana Unud. Anehnya, dari dalam areal kampus mereka kembali melempari polisi. Hingga tadi malam pukul 19.00 Wita, massa pendemo yang mengklaim sebagai mahasiswa dan buru pilih bertahan di dalam kompleks Kampus Pasca Sarjana Unud.
Semalam, ratusan polisi turun ke Jalan PB Sudirman Denpasar. Bahkan, Kapolda Bali Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose ikut turun ke Jalan PB Sudirman Denpasar untuk memantau situasi, tadi malam pukul 20.00 Wita. Demikian pula Dansat Brimob Polda Bali, Kombes Pol Adriansyah Daulay, ikut turun ke lokasi mengamankan situasi.
Kapolda Petrus Golose menyebut massa pendemo yang menamakan diri ‘Bali Tidak Diam’ digerakkan oleh pihak lain. Mereka demo tolak UU Omnibus Law (Cipta Kerja) sengaja dibuat anarkis. "Bukan buruh yang melakukan demo ini. Para mahasiswa ini dikondisikan oleh pihak lain. Saya tadi wawancara langsung. Mereka ini hanya disuruh. Ini bukan tipikal mahasiswa di Bali," tandasnya.
"Pendemo ini banyak yang bukan orang Bali. Yang datang dan menggerakkan mereka adalah orang luar. Penggerak mereka ini ada yang mahasiswa, ada yang bukan mahasiswa," kanjut Jenderal Bintang Dua Polisi kelahiran Manado, Sulawesi Utara ini.
Meski demikian, Kapolda enggan menyebut demo tersebut disusupi. Tetapi, Kapolda dengan tegas mengatakan bahwa gerakan demo anarkis ini bukan inisiasi mahasiswa dari Bali. Aksi demo sengaja dibuat anarkis oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Tindakan yang dilakukan polisi pun sudah sesuai prosedur. "Kami lebih banyak mengambil langkah persuasif. Semua dilakukan sesuai SOP. Sekali lagi, saya katakan aksi pelemparan batu bukan tipikal mahasiswa Bali," tegas Kapolda yang berhasil bikin tiarap aksi premanisme di Bali ini.
Terkait dugaan ada pihak luar yang menggerakkan aksi demo ini, jajaran Polda Bali akan melakukan penyelidikan. Ini semua dilakukan untuk menjaga marwah Bali yang aman. "Kami sudah melakukan pendekatan dengan organisasi buru. Tapi, hari ini (kemarin) yang bergerak adalah yang lain," katanya. *pol
TONTON JUGA:
Diwarnai Dua Kali Skorsing Sidang Online Kedua Jerinx Ajukan Eksepsi
Komentar