Lembu Putih Desa Taro Wajib Lestari
Konservasi Tak Boleh Henti Karena Pandemi
Karena kesucian itu, Lembu Putih ini juga kerap dihadirkan oleh krama di luar desa untuk keperluan upacara setingkat karya agung.
GIANYAR, NusaBali
Wabah Covid-19 yang melanda Bali sejak Maret 2020 telah melumpuhkan aktivitas dalam segala sektor. Pandemi yang tak pasti kapan akan berkesudahan ini membuat sektor pariwisata terpukul berat. Kunjungan wisatawan ke Bali nyaris nol persen. Pelbagai jenis usaha yang mengandalkan sektor ini nyaris tak bisa berkutik karena tak ada pendapatan dari objek wisata.
Kondisi itu kini dirasakan pengelola Yayasan Lembu Putih (YLP) di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. YLP secara khusus bergerak dalam konservasi satwa langka Lembu Putih. Yayasan ini kini masih melestarikan 55 ekor Lembu Putih.
Menyikapi kondisi tersebut, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra tergerak untuk berkunjung ke Yayasan Lembu Putih di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Senin (7/10) siang. Istri Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra bersama rombongan diterima Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Adat Taro Kaja Made Madriana,56, dan pengelola yayasan.
Surya Adnyani melihat lebih dekat kondisi konservasi Lembu di atas areal 3,5 hektar tersebut. Menurutnya, Lembu Putih Taro bukan seperti lembu atau sapi umumnya. Lembu Putih ini disucikan oleh krama desa adat. Kesucian lembu ini terkait erat dengan tapak tilas suci para leluhur yang membangun wilayah hingga kini jadi Desa Taro. Karena kesucian itu, Lembu Putih ini juga kerap dihadirkan oleh krama di luar desa untuk keperluan upacara setingkat karya agung. Selain itu, konservasi ini menghasilkan pupuk kompos dari koratan (kotoran) Lembu. Kompos ni sangat berguna untuk penyuburan segala tanaman. Tim Pembina PKK Kabupaten Gianyar sangat menginginkan agar PKK di Gianyar memanfaatkan pupuk kompos ini untuk kebutuhan penyuburan tanaman pekarangan. ‘’Ibu-ibu PKK kini sedang menggalakkan perkebunan pekarangan dengan program Hatinya PKK. Kami tentu akan memanfaatkan pupuk kompos dari kotoran Lembu ini,’’ jelasnya.
Surya Adnyani juga melihat objek konservasi Lembu Putih tersebut sangat asri dan sejuk sehingga sangat cocok untuk jadi tempat rekreasi. Dia melihat banyak tanaman tumbuh sangat subur, dan areal tetamanannya masih sangat hijau dan asri. Istri Bupati Mahayastra menyampaikan akan menyumbangkan pagar untuk sisi timur dan utara areal konservasi tersebut. Dirinya juga menyerahkan sumbangan pakan atau ajengan untuk Lembu. Dia berpesan agar konservasi Lembu suci ini tetap berjalan dengan baik meskipun sedang pandemi.
Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Adat Taro Kaja Made Madriana,56, mengakui kondisi tersebut. Karena pandemi maka fungsi konservasi Lembu Putih sebagai objek wisata tak ada pendapatan akibat tak ada pengunjung. Sehingga yayasan kesulitan dalam pengadaan ajengan (pakan) untuk 55 ekor Lembu Putih tersebut. ‘’Konservasi in membutuhkan 750 kg rumput per hari. Kami memang sedang terkendala untuk biaya penggantian pengadaan rumput ini,’’ jelas suami dari Ni Made Weni,44, ini.
Madriana menjelaskan, pengadaan ajengan untuk Lembu Putih ini dari krama Desa Adat Taro. Setiap hari tujuh krama wajib menyiapkan ajengan berupa rumput jenis rumput gajah berat sekitar 150 kg. Dari tujuh krama tersebut akan terkumpul rumput sekitar 49 ikat rumput. Untuk satu ikat dihargai Rp 100.000. Harga rumput ini lebih murah dibandinkan krama menjual rumput yang sama di Objek Wisata Gajah Taro, Rp 200.000 per ikat. Untuk penyediaan ajengan Lembu Putih, krama wajib bergiliran ngaturang ajengan rumput. Krama yang dapat giliran ngaturang ajengan, jika tak punya rumput yang dibutuhkan, boleh minta kepada krama lain. Di desa ini ada 496 KK krama yang dapat giliran untuk penyiapan ajengan tersebut. Dengan jumlah KK krama itu, maka setiap krama dapat giliran ngaturang ajengan rumput sekitar sebulan sekali. ‘’Kami di Taro masih punya banyak rumput untuk ajengan ini. Hanya uang untuk pembelian pakan yang tak ada,’’ jelas laki-laki yang tinggal di banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang ini.
Guna mengatasi kekurangan biaya penggantian uang ajengan Lembu Putih itu, jelas Madriana, YLP belakangan banyak dibantu dari pihak ketiga. Antara lain, PT Indonesian Power, bantuan berupa dana, pakan deak dan polar. Ada juga bantuan dari Universitas Udayana dan Universitas Mahendradatta, Denpasar, bahkan krama mapunia (nyumbang) secara sukarela. Dia menambahkan, untuk mengonservasi Lembu Putih ini YLP membutuhkan biaya operasional antara Rp 32 juta – Rp 40 juta per bulan. Fluktuasi biaya karena ada tambahan biaya ajengan untuk membeli ubi-ubian, tambahan biaya perawatan terutama saat ada Lembu beranak. ‘’Kalau saya hitung-hitung, konservasi ini harus ada biaya minimal Rp 850.000 per hari,’’ jelasnya.
Madriana mengakui, sebelum pandemi Covid-19, pendapatan Objek Wisata Lembu Putih lumayan dapat menutupi operasional konservasi, minimal bisa membantu setengah dari total biaya tiap bulan. Karena selama ini, objek wisata ini tak memberlakukan penjualan tiket objek. Pengunjung hanya naur dana punia (membayar sumbangan sukarela). Dana punia selama ini antara Rp 2.000 sampat Rp 10.000 per orang. Dana punia ditaruh dalam kotak punia. Pengunjung objek ramai saat liburan sekolah antara Juni, Juli dan Desember, sehingga otomatis jumlah dana punia yang masuk meningkat. YLP juga punya pendapatan lain dari sewa venue satu warung dalam areal objek, nilai kotrak Rp 13 juta. YLP sempat punya usaha air mineral dalam kemasan (AMDK), namun kini tutup karena tak impas antara penjualan dengan pendapatan. Kini YLP sedang bekerjasama dengan pihak Pemerintahan Desa Taro dan pihak ketiga untuk penyediaan kompos berhanan koratan (kotoran) Lembu Putih. Bentuk kerja sama ini, pihak Pemerintahan Desa Taro dan pihak ketiga mengharapkan, minimal ada suplai 5 ton kompos dalam kemasan per bulan. Harga satu kemasan kompos 25 kg, Rp 25.000. ‘’Tapi kami upayakan agar harga kompos ini bisa naik jadi Rp 30.000 per 25 kg,’’ jelasnya.
Karena pandemi, karyawan kini kerja bergilir, hanya 7 orang per hari, dari 13 karyawan. Gaji karyawan antara Rp 850.000 - Rp 1,5 juta per bulan. Dia mengakui, tak hanya kondisi di YLP, Desa Adat Taro juga sedang kesulitan sumber pedapatan, terutama karena Objek Wisata Gajah juga sedang tutup.
Madriana mengaku sangat berterima kasih kepada Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra dan rombongan yang telah berkunjung dan memberikan bantuan kepada yayasannya. Bantuan tersebut sangat berguna untuk meningkatkan optimisme yayasan dalam melestarikan Lembu suci ini.
Sebagaimana diketahui, Yayasan Lembu Putih, Desa Taro berhasil meraih penghargaan Kalpataru dari Pemerintah RI. Penghargaan diberikan kepada YLP karena sukses mengonservasi alam dalam kategori pelindung lingkungan. Penghargaan berupa Trofi Kalpataru diserahkan langsung oleh Menko Ekonomi Darmin Nasution, bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bahar, pada puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), Kamis (30/8/2019), di Taman Wisata Alam Batu Putih, Tangkoko Bitung, Sulawesi Utara. Penghargaan diterima Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Taro Made Madriana, didampingi Sekda Gianyar I Made Gede Wisnu Wijaya, Wakil Ketua DPRD Gianyar Made Togog, dan Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra. *lsa
Wabah Covid-19 yang melanda Bali sejak Maret 2020 telah melumpuhkan aktivitas dalam segala sektor. Pandemi yang tak pasti kapan akan berkesudahan ini membuat sektor pariwisata terpukul berat. Kunjungan wisatawan ke Bali nyaris nol persen. Pelbagai jenis usaha yang mengandalkan sektor ini nyaris tak bisa berkutik karena tak ada pendapatan dari objek wisata.
Kondisi itu kini dirasakan pengelola Yayasan Lembu Putih (YLP) di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, Gianyar. YLP secara khusus bergerak dalam konservasi satwa langka Lembu Putih. Yayasan ini kini masih melestarikan 55 ekor Lembu Putih.
Menyikapi kondisi tersebut, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra tergerak untuk berkunjung ke Yayasan Lembu Putih di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Senin (7/10) siang. Istri Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra bersama rombongan diterima Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Adat Taro Kaja Made Madriana,56, dan pengelola yayasan.
Surya Adnyani melihat lebih dekat kondisi konservasi Lembu di atas areal 3,5 hektar tersebut. Menurutnya, Lembu Putih Taro bukan seperti lembu atau sapi umumnya. Lembu Putih ini disucikan oleh krama desa adat. Kesucian lembu ini terkait erat dengan tapak tilas suci para leluhur yang membangun wilayah hingga kini jadi Desa Taro. Karena kesucian itu, Lembu Putih ini juga kerap dihadirkan oleh krama di luar desa untuk keperluan upacara setingkat karya agung. Selain itu, konservasi ini menghasilkan pupuk kompos dari koratan (kotoran) Lembu. Kompos ni sangat berguna untuk penyuburan segala tanaman. Tim Pembina PKK Kabupaten Gianyar sangat menginginkan agar PKK di Gianyar memanfaatkan pupuk kompos ini untuk kebutuhan penyuburan tanaman pekarangan. ‘’Ibu-ibu PKK kini sedang menggalakkan perkebunan pekarangan dengan program Hatinya PKK. Kami tentu akan memanfaatkan pupuk kompos dari kotoran Lembu ini,’’ jelasnya.
Surya Adnyani juga melihat objek konservasi Lembu Putih tersebut sangat asri dan sejuk sehingga sangat cocok untuk jadi tempat rekreasi. Dia melihat banyak tanaman tumbuh sangat subur, dan areal tetamanannya masih sangat hijau dan asri. Istri Bupati Mahayastra menyampaikan akan menyumbangkan pagar untuk sisi timur dan utara areal konservasi tersebut. Dirinya juga menyerahkan sumbangan pakan atau ajengan untuk Lembu. Dia berpesan agar konservasi Lembu suci ini tetap berjalan dengan baik meskipun sedang pandemi.
Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Adat Taro Kaja Made Madriana,56, mengakui kondisi tersebut. Karena pandemi maka fungsi konservasi Lembu Putih sebagai objek wisata tak ada pendapatan akibat tak ada pengunjung. Sehingga yayasan kesulitan dalam pengadaan ajengan (pakan) untuk 55 ekor Lembu Putih tersebut. ‘’Konservasi in membutuhkan 750 kg rumput per hari. Kami memang sedang terkendala untuk biaya penggantian pengadaan rumput ini,’’ jelas suami dari Ni Made Weni,44, ini.
Madriana menjelaskan, pengadaan ajengan untuk Lembu Putih ini dari krama Desa Adat Taro. Setiap hari tujuh krama wajib menyiapkan ajengan berupa rumput jenis rumput gajah berat sekitar 150 kg. Dari tujuh krama tersebut akan terkumpul rumput sekitar 49 ikat rumput. Untuk satu ikat dihargai Rp 100.000. Harga rumput ini lebih murah dibandinkan krama menjual rumput yang sama di Objek Wisata Gajah Taro, Rp 200.000 per ikat. Untuk penyediaan ajengan Lembu Putih, krama wajib bergiliran ngaturang ajengan rumput. Krama yang dapat giliran ngaturang ajengan, jika tak punya rumput yang dibutuhkan, boleh minta kepada krama lain. Di desa ini ada 496 KK krama yang dapat giliran untuk penyiapan ajengan tersebut. Dengan jumlah KK krama itu, maka setiap krama dapat giliran ngaturang ajengan rumput sekitar sebulan sekali. ‘’Kami di Taro masih punya banyak rumput untuk ajengan ini. Hanya uang untuk pembelian pakan yang tak ada,’’ jelas laki-laki yang tinggal di banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang ini.
Guna mengatasi kekurangan biaya penggantian uang ajengan Lembu Putih itu, jelas Madriana, YLP belakangan banyak dibantu dari pihak ketiga. Antara lain, PT Indonesian Power, bantuan berupa dana, pakan deak dan polar. Ada juga bantuan dari Universitas Udayana dan Universitas Mahendradatta, Denpasar, bahkan krama mapunia (nyumbang) secara sukarela. Dia menambahkan, untuk mengonservasi Lembu Putih ini YLP membutuhkan biaya operasional antara Rp 32 juta – Rp 40 juta per bulan. Fluktuasi biaya karena ada tambahan biaya ajengan untuk membeli ubi-ubian, tambahan biaya perawatan terutama saat ada Lembu beranak. ‘’Kalau saya hitung-hitung, konservasi ini harus ada biaya minimal Rp 850.000 per hari,’’ jelasnya.
Madriana mengakui, sebelum pandemi Covid-19, pendapatan Objek Wisata Lembu Putih lumayan dapat menutupi operasional konservasi, minimal bisa membantu setengah dari total biaya tiap bulan. Karena selama ini, objek wisata ini tak memberlakukan penjualan tiket objek. Pengunjung hanya naur dana punia (membayar sumbangan sukarela). Dana punia selama ini antara Rp 2.000 sampat Rp 10.000 per orang. Dana punia ditaruh dalam kotak punia. Pengunjung objek ramai saat liburan sekolah antara Juni, Juli dan Desember, sehingga otomatis jumlah dana punia yang masuk meningkat. YLP juga punya pendapatan lain dari sewa venue satu warung dalam areal objek, nilai kotrak Rp 13 juta. YLP sempat punya usaha air mineral dalam kemasan (AMDK), namun kini tutup karena tak impas antara penjualan dengan pendapatan. Kini YLP sedang bekerjasama dengan pihak Pemerintahan Desa Taro dan pihak ketiga untuk penyediaan kompos berhanan koratan (kotoran) Lembu Putih. Bentuk kerja sama ini, pihak Pemerintahan Desa Taro dan pihak ketiga mengharapkan, minimal ada suplai 5 ton kompos dalam kemasan per bulan. Harga satu kemasan kompos 25 kg, Rp 25.000. ‘’Tapi kami upayakan agar harga kompos ini bisa naik jadi Rp 30.000 per 25 kg,’’ jelasnya.
Karena pandemi, karyawan kini kerja bergilir, hanya 7 orang per hari, dari 13 karyawan. Gaji karyawan antara Rp 850.000 - Rp 1,5 juta per bulan. Dia mengakui, tak hanya kondisi di YLP, Desa Adat Taro juga sedang kesulitan sumber pedapatan, terutama karena Objek Wisata Gajah juga sedang tutup.
Madriana mengaku sangat berterima kasih kepada Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra dan rombongan yang telah berkunjung dan memberikan bantuan kepada yayasannya. Bantuan tersebut sangat berguna untuk meningkatkan optimisme yayasan dalam melestarikan Lembu suci ini.
Sebagaimana diketahui, Yayasan Lembu Putih, Desa Taro berhasil meraih penghargaan Kalpataru dari Pemerintah RI. Penghargaan diberikan kepada YLP karena sukses mengonservasi alam dalam kategori pelindung lingkungan. Penghargaan berupa Trofi Kalpataru diserahkan langsung oleh Menko Ekonomi Darmin Nasution, bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bahar, pada puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), Kamis (30/8/2019), di Taman Wisata Alam Batu Putih, Tangkoko Bitung, Sulawesi Utara. Penghargaan diterima Ketua Yayasan Lembu Putih Desa Taro Made Madriana, didampingi Sekda Gianyar I Made Gede Wisnu Wijaya, Wakil Ketua DPRD Gianyar Made Togog, dan Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra. *lsa
Komentar