Data di Taman Makam Pahlawan Curastana Diprotes Legiun Veteran
Kata ‘gugur’ dan ‘wafat’ yang tertera di nisan makam pahlawan dinilai tak tertata dengan benar, karena tak semua yang tercatat sebagai pahlawan gugur dalam perang.
SINGARAJA, NusaBali
Legiun Veteran Republik Indoneis (LVRI) Kabupaten Buleleng mengkritisi penataan Taman Makam Pahlawan(TMP) Çurastana di Jalan Pahlawan Kelurahan Banjar Tegal Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Penyebabnya adalah diksi kata ‘gugur’ dan ‘wafat’ yang tertera di nisan makam pahlawan dinilai tak tertata dengan benar, karena tak semua yang tercatat sebagai pahlawan gugur dalam perang.
Protes tersebut disampaikan oleh LVRI Buleleng dan pemerhati Buleleng saat rapat penyempurnaan tulisan nama pahlawan dan pemilihan diksi pada nisan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Buleleng di Taman Makan Pahlawan, Rabu (14/10) siang.
Ketua LVRI Buleleng Wayan Suwanda yang sudah berusia 95 tahun mengatakan ketidaksesuaian yang terjadi di makam pahlawan sudah beberapakali diungkapkan dalam pertemuan veteran dengan pemerintah.
Menurut mantan veteran pejuang kemerdekaan penataan yang tak sesuai itu ditemukan setelah dilakukan pemugaran dan renovasi dibiayai pemerintah. Hal yang sangat menonjol soal data pahlawan yang tertulis pada papan nisan sangat terbatas, hanya ada tulisan nomor nisan, nama dan tahun gugur. Bahkan tulisan nama pada deretan batu nisan pun disebut tak sesuai dengan urutan nama yang tertera pada papan yang ada di bagian depan makam.
“Kami berproses dari tahun 1950 setelah melakukan pendataan pejuang yang gugur sempat dilakukan ngaben massal, kemudian abunya dimakamkan di sini (TMP Çurastana, red) kalau penomorannya tidak sesuai yang di papan kan bisa kacau,” kata mantan pejuang yang tinggal di Kelurahan Banyuning Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Permasalahan lain yang mendasar, menurut Suwanda, soal pemilihan diksi ‘gugur’ yang dipukul rata pada 400an nisan pahlawan yang ada di makam pahlawan. Padahal yang masuk dalam data pahlawan perjuangan kemerdekaan yang gugur di medan perang hanya 231 orang pahlawan. Sedangkan pahlawan sisanya wafat tidak dalam pertempuran.
“Pendataan pertama kami tahun 1950 dengan Panitia Penolong Korban Perjuangan (PPKP), kami data satu-satu dari desa ke desa ditemukan 231 nama pahlawan yang gugur pada medan perang di Buleleng kisaran tahun 1945-1948. Jadi jangan disamakan semua, karena tidak semua gugur di medan perang,” ucap veteran Suwanda.
Selain itu ketidaksesuaian juga ditemukan pada tulisan nama makam pahlawan Çurastana yang berbeda antara penulisan di papan nama depan dengan papan nama di pintu masuk dan prasasti yang terasang di kantor TMP. Tulisan yang tepat sesuai dengan penamaan yang diberikan diawal adalah Çurastana bukan Curastana. “Nama itu kami pilih dengan arti, Çura itu artinya berani dan Stana itu istana, jadi nama Çurastana adalah istananya orang berani atau pahlawan,” imbuh dia.
Tata letak tugu benteng ketaton yang diletakkan di tengah-tengah makan juga dinilai kurang pas, karena dahulu benteng ketaton yang menjadi spirit perjuangan pejuang Buleleng berada di posisi barat makam menghadap ke Timur.
Dia pun menyayangkan TMP yang digagas veteran pejuang dengan nilai sejarahnya tak dilibatkan dalam proses renovasi yang dilakukan pemerintah beberapa kali hingga muncul ketidaksesuaian. Menurutnya TMP sejak dirintis tahun 1950 secara swadaya oleh para pejuang yang masih bertahan dinamai Taman Bahagia Çurastana. Lalu setelah diserahkan pengelolaannya ke pemerintah pada tahun 1954 berubah nama menjadi Taman Makam Pahlawan Çurastana.
Veteran Suwanda pun berharap setelah penyampaian aspirasinya ke Dinas Sosial Buleleng dapat menyesuaikan penataan Taman Makam Pahlawan Çurastana yang tak menghilangkan nilai sejarah. “Kami juga ada cita-cita membuatkan data profil pahlawan pejuang yang gugus di medan mrang baik yang bertempur di Desa Sekumpul, Desa Bebetin Kecamatan Sawan, Desa Gobleg, Banjar dan Desa Ringdikit Kecamatan Seririt siapa namanya gugur dimana tanggal tahun berapa, darimana bersama siapa saja sehingga ada kebanggaan keluarga penerus desanya sehingga jelas dan lebih edukatif untuk generasi muda,” harap dia.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman usai menerima aspirasi dari LVRI Buleleng dan pemerhati termasuk sejarawan Undiksha akan berkoordinasi dengan pihak terkait berdasarkan data yang valid sebagai bukti yang sah dan terpercaya.
“Kalau bukti ada dan terpercaya dan aturan mendukung, kami akan fasilitasi dan akan lakukan penyesuaian sesuai dengan alat bukti yang ada. Soal renovasi sebelumnya mungkin ada miskomunikasi ke depannya kami perlu koordinasi dan kerjasama, datanya akan dipelajari dulu nanti baru diprogramkan,” jelas Kariaman. *k23
Protes tersebut disampaikan oleh LVRI Buleleng dan pemerhati Buleleng saat rapat penyempurnaan tulisan nama pahlawan dan pemilihan diksi pada nisan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Buleleng di Taman Makan Pahlawan, Rabu (14/10) siang.
Ketua LVRI Buleleng Wayan Suwanda yang sudah berusia 95 tahun mengatakan ketidaksesuaian yang terjadi di makam pahlawan sudah beberapakali diungkapkan dalam pertemuan veteran dengan pemerintah.
Menurut mantan veteran pejuang kemerdekaan penataan yang tak sesuai itu ditemukan setelah dilakukan pemugaran dan renovasi dibiayai pemerintah. Hal yang sangat menonjol soal data pahlawan yang tertulis pada papan nisan sangat terbatas, hanya ada tulisan nomor nisan, nama dan tahun gugur. Bahkan tulisan nama pada deretan batu nisan pun disebut tak sesuai dengan urutan nama yang tertera pada papan yang ada di bagian depan makam.
“Kami berproses dari tahun 1950 setelah melakukan pendataan pejuang yang gugur sempat dilakukan ngaben massal, kemudian abunya dimakamkan di sini (TMP Çurastana, red) kalau penomorannya tidak sesuai yang di papan kan bisa kacau,” kata mantan pejuang yang tinggal di Kelurahan Banyuning Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Permasalahan lain yang mendasar, menurut Suwanda, soal pemilihan diksi ‘gugur’ yang dipukul rata pada 400an nisan pahlawan yang ada di makam pahlawan. Padahal yang masuk dalam data pahlawan perjuangan kemerdekaan yang gugur di medan perang hanya 231 orang pahlawan. Sedangkan pahlawan sisanya wafat tidak dalam pertempuran.
“Pendataan pertama kami tahun 1950 dengan Panitia Penolong Korban Perjuangan (PPKP), kami data satu-satu dari desa ke desa ditemukan 231 nama pahlawan yang gugur pada medan perang di Buleleng kisaran tahun 1945-1948. Jadi jangan disamakan semua, karena tidak semua gugur di medan perang,” ucap veteran Suwanda.
Selain itu ketidaksesuaian juga ditemukan pada tulisan nama makam pahlawan Çurastana yang berbeda antara penulisan di papan nama depan dengan papan nama di pintu masuk dan prasasti yang terasang di kantor TMP. Tulisan yang tepat sesuai dengan penamaan yang diberikan diawal adalah Çurastana bukan Curastana. “Nama itu kami pilih dengan arti, Çura itu artinya berani dan Stana itu istana, jadi nama Çurastana adalah istananya orang berani atau pahlawan,” imbuh dia.
Tata letak tugu benteng ketaton yang diletakkan di tengah-tengah makan juga dinilai kurang pas, karena dahulu benteng ketaton yang menjadi spirit perjuangan pejuang Buleleng berada di posisi barat makam menghadap ke Timur.
Dia pun menyayangkan TMP yang digagas veteran pejuang dengan nilai sejarahnya tak dilibatkan dalam proses renovasi yang dilakukan pemerintah beberapa kali hingga muncul ketidaksesuaian. Menurutnya TMP sejak dirintis tahun 1950 secara swadaya oleh para pejuang yang masih bertahan dinamai Taman Bahagia Çurastana. Lalu setelah diserahkan pengelolaannya ke pemerintah pada tahun 1954 berubah nama menjadi Taman Makam Pahlawan Çurastana.
Veteran Suwanda pun berharap setelah penyampaian aspirasinya ke Dinas Sosial Buleleng dapat menyesuaikan penataan Taman Makam Pahlawan Çurastana yang tak menghilangkan nilai sejarah. “Kami juga ada cita-cita membuatkan data profil pahlawan pejuang yang gugus di medan mrang baik yang bertempur di Desa Sekumpul, Desa Bebetin Kecamatan Sawan, Desa Gobleg, Banjar dan Desa Ringdikit Kecamatan Seririt siapa namanya gugur dimana tanggal tahun berapa, darimana bersama siapa saja sehingga ada kebanggaan keluarga penerus desanya sehingga jelas dan lebih edukatif untuk generasi muda,” harap dia.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman usai menerima aspirasi dari LVRI Buleleng dan pemerhati termasuk sejarawan Undiksha akan berkoordinasi dengan pihak terkait berdasarkan data yang valid sebagai bukti yang sah dan terpercaya.
“Kalau bukti ada dan terpercaya dan aturan mendukung, kami akan fasilitasi dan akan lakukan penyesuaian sesuai dengan alat bukti yang ada. Soal renovasi sebelumnya mungkin ada miskomunikasi ke depannya kami perlu koordinasi dan kerjasama, datanya akan dipelajari dulu nanti baru diprogramkan,” jelas Kariaman. *k23
Komentar