Kedelai Sang 'Rupa-rupa'
Kedelai dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan hipertensi.
Kacang kedelai termasuk tanaman jenis polong-polongan. Ia juga sumber protein berkualitas tinggi yang
bagus, dipenuhi dengan vitamin, mineral, serat, dan asam lemak omega-3. Kacang yang memiliki nama
latin Glycine max ini populer karena dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, mulai dari tahu, tempe, susu, kecap, tauco, terigu, hingga minyak.
Berdasarkan warna kulit bijinya, kacang ini memiliki beberapa jenis, yaitu kedelai hijau, kuning, hitam, dan cokelat. Di Indonesia sendiri, jenis yang paling banyak ditanam adalah yang berwarna kuning dan hitam. Secara umum semua jenis kacang ini kaya akan nutrisi. Berdasarkan data dari United States
Departemen of Agriculture’s (USDA) yang setara dengan Kementerian Pertanian di Indonesia, per 100 gram kedelai hijau rebus mengandung 141 kkal kalori, 12 gram protein, 6 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 68 gram air, dan 4 gram serat. Kacang ini juga mengandung 9 asam amino esensial yang penting bagi tubuh.
Selain itu, kacang yang memiliki citarasa agak manis ini ternyata juga menyimpan segudang nutrisi berkualitas tinggi lainnya. Beberapa di antaranya seperti mangan, selenium, kalium, tembaga, fosfor, magnesium, zat besi, vitamin C, omega 6, vitamin B6, Folat, vitamin B2, vitamin B1, dan vitamin K.
Selain semua nutrisi tersebut, kedelai juga mengandung fitoestrogen yang disebut isoflavon, senyawa kimia yang mirip dengan hormon estrogen manusia meskipun kekuatannya jauh lebih lemah. Menurut beberapa artikel, terlalu banyak isoflavon dapat mengganggu endokrin yang mungkin meningkatkan risiko kanker payudara, bahkan mungkin memicu tumor.
Nah, apakah benar mengonsumsi kedelai justru membuat terkena kanker payudara? Dalam sebuah penelitian besar di Asia yang dilansir laman kompas.com, para wanita yang makan banyak kedelai terbukti memiliki risiko rendah kanker payudara. Kedelai bahkan memiliki efek perlindungan dalam menjaga produksi estrogen tetap terkendali. Analisis jurnal PLOS-One dari lebih dari 30 penelitian menunjukkan, asupan kedelai mengurangi risiko kanker payudara untuk wanita pra dan pascamenopause di negara-negara Asia. Penelitian lain menemukan kedelai dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan hipertensi.
Sebenarnya, isoflavon jauh lebih lemah daripada estrogen yang diproduksi dalam tubuh. Jadi, jika zat yang lebih lemah tersebut menggantikan hormon yang lebih kuat dalam sel, zat tersebut dapat menangkal kanker yang membutuhkan sinyal lebih kuat dari estrogen untuk berkembang. “Wanita di dalam penelitian ini adalah vegetarian dengan ekonomi kelas bawah yang mengonsumsi kedelai karena itu adalah protein yang murah,” kata pendiri dan kepala medis BreastCancer.org, Marisa C Weiss. “Tapi kami tahu orang yang makan kedelai sepanjang hidup memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara,” sambungnya.
Sebuah studi dalam Journal of American Medical Association dengan peserta lebih dari 5.000 penderita kanker payudara menemukan, wanita yang makan kedelai paling banyak memiliki tingkat kekambuhan dan kematian terendah selama empat tahun terakhir. Weiss menunjukkan, dalam studi populasi Asia, para wanita banyak mengonsumsi kedelai seperti tahu, kacang edamame, tempe, dan susu kedelai. Ini adalah makanan yang sepenuhnya alami, rendah kolesterol, bebas lemak, diisi dengan protein dan serat.
Studi lain dari Harvard School of Public Health mengungkapkan, wanita yang sering makan daging merah sejak kecil justru memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara saat dewasa. Untuk setiap
porsi daging merah yang mereka makan setiap saat remaja, mereka sudah menyumbang risiko kanker payudara sebanyak 22 persen lebih tinggi. Meski begitu, sebaiknya mengonsumsi kedelai alami bukan
olahan yang sudah menjadi bentuk kemasan.
Berdasarkan makalah dari American Society of Clinical Oncology yang membahas tentang manfaat
kedelai, penulis mengingatkan suplemen dengan isoflavon kedelai harus dihindari karena mengandung isoflavon dosis sangat tinggi yang berbahaya. “Pilihlah makanan asli daripada makanan olahan. Jika ada
burger vegetarian yang terbuat dari edamame bubuk, pilih burger yang terbuat dari kedelai asli,” terang
Weiss.
Selain bermanfaat untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara, kedelai juga kaya asam amino esensial. Melihat deretan gizinya, seperti dilansir laman hellosehat, ia disebut sebagai salah satu sumber protein nabati terbaik. Kedelai juga mengandung semua jenis asam amino esensial yang penting bagi tubuh. Asam amino esensial adalah jenis yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, tapi tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri. Alhasil, memerlukan asupan tambahan dari makanan sehari-hari, seperti kedelai atau makanan olahannya.
Kandungan proteinnya dapat berfungsi sebagai pengganti protein dari sumber hewani, seperti daging sapi, unggas, dan telur. Jadi, kacang kedelai bisa dijadikan alternatif asupan protein yang baik bila ingin mengurangi konsumsi daging. Pilih produk olahan kedelai utuh yang kaya serat dan protein sehingga bisa dicerna perlahan oleh tubuh dan membuat kenyang lebih lama. Mengonsumsi camilan ini 2 jam sebelum makan besar membantu mengurangi asupan karbohidrat berlebih ataupun kalap saat makan.
Kedelai adalah bahan dasar tempe dan tahu. Jadi ia merupakan sumber lemak tak jenuh ganda yang bai untuk jantung serta kesehatan tubuh secara menyeluruh. Selain itu, kandungan protein dan isoflavon dalam kacang ini juga mampu mengurangi kolesterol LDL (kolesterol jahat). Kolesterol yang yang terkontrol dengan baik dapat membantu menurunkan risiko terkena stroke, serangan jantung, dan penyakit jantung lainnya. Untuk mereka yang berusaha menurunkan berat badan, para pakar kesehatan merekomendasikan kedelai sebagai pilihan camilan sehat sehari-hari.
Manfaatnya didapat dari kandungan protein dan seratnya yang tinggi untuk menunda lapar. Di samping itu, kedelai juga memiliki indeks glikemik rendah. Indeks glikemik sendiri merupakan nilai yang menunjukkan seberapa cepat tubuh mengubah karbohidrat menjadi gula darah. Makanan dengan indeks glikemik rendah cenderung lebih lambat dicerna tubuh sehingga tidak membuat cepat lapar. Hal ini tentunya akan sangat membantu mengendalikan hasrat ngemil makanan berkalori tinggi.
Kandungan serat dalam kedelai juga membantu menjaga saluran pencernaan yang sehat, termasuk membantu masalah buang air besar agar lancar dan teratur. Manfaat ini juga didapatkan dari kandungan isoflavone di dalamnya. Isoflavon adalah antioksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan radikal bebas. Selain menangkal radikal bebas, isoflavone dalam kacang ini ternyata juga dapat membantu penyerapan usus, sehingga sistem pencernaan jadi lebih lancar.
Rutin makan kedelai dapat membantu mengurangi risiko terkena sembelit, kanker usus besar, hernia, dan wasir. Namun ingat, jangan lupa untuk mengontrol porsi makan kedelai agar tidak berlebihan. Indeks glikemik rendah dalam kedelai berdampak langsung pada kadar gula darah dalam tubuh. Bagi penderita diabetes, hal ini tentu jadi kabar baik. Ini mengingat orang dengan diabetes bisa dengan leluasa mengonsumsi kacang kedelai tanpa harus khawatir akan mengalami lonjakan kadar gula darah. Tak hanya itu, kandungan serat dalam kedelai juga membantu memperlambat proses penyerapan makanan dalam tubuh. Nah, proses penyerapan yang lambat ini dapat membuat perut kenyang lebih lama.
Kedelai juga membantu mencegah pengeroposan tulang. Pada masa menopause, produksi hormon estrogen dalam tubuh wanita akan menurun drastis. Estrogen berperan penting membentuk dan melindungi tulang yang kuat. Kedelai mengandung isoflovon, yaitu senyawa kimia yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan estrogen. Tak main-main, isoflovon yang terkandung dalam kacang ini dan produk turunannya bahkan diketahui lebih tinggi daripada bahan makanan lainnya.
Jika dikonsumsi secara rutin disertai dengan asupan makanan yang bernutrisi tinggi lainnya, kacang ini efektif membantu menghambat kerusakan tulang untuk mencegah risiko osteoporosis. Kebiasaan rutin mengkonsumsi kedelai berguna pula ketika memasuki masa menopause. Wanita biasanya akan
memunculkan beberapa gejala khas. Salah satunya hot flashes, yaitu sensasi panas dan kegerahan yang sering muncul di malam hari. Hal ini bisa terjadi karena menopause menyebabkan produksi hormon estrogen dalam tubuh menurun drasis. Nah. perubahan hormon inilah yang menyebabkan wanita mengalami ‘kepanasan’ saat menopause.
Kabar baiknya, studi yang diterbitkan pada jurnal Menopause tahun 2012 melaporkan konsumsi makanan yang berasal dari kedelai dapat membantu meringankan gejala-gejala menjelang menopause. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa efektif manfaat kedelai dapat mengatasi hot flashes tersebut. *
latin Glycine max ini populer karena dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, mulai dari tahu, tempe, susu, kecap, tauco, terigu, hingga minyak.
Berdasarkan warna kulit bijinya, kacang ini memiliki beberapa jenis, yaitu kedelai hijau, kuning, hitam, dan cokelat. Di Indonesia sendiri, jenis yang paling banyak ditanam adalah yang berwarna kuning dan hitam. Secara umum semua jenis kacang ini kaya akan nutrisi. Berdasarkan data dari United States
Departemen of Agriculture’s (USDA) yang setara dengan Kementerian Pertanian di Indonesia, per 100 gram kedelai hijau rebus mengandung 141 kkal kalori, 12 gram protein, 6 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 68 gram air, dan 4 gram serat. Kacang ini juga mengandung 9 asam amino esensial yang penting bagi tubuh.
Selain itu, kacang yang memiliki citarasa agak manis ini ternyata juga menyimpan segudang nutrisi berkualitas tinggi lainnya. Beberapa di antaranya seperti mangan, selenium, kalium, tembaga, fosfor, magnesium, zat besi, vitamin C, omega 6, vitamin B6, Folat, vitamin B2, vitamin B1, dan vitamin K.
Selain semua nutrisi tersebut, kedelai juga mengandung fitoestrogen yang disebut isoflavon, senyawa kimia yang mirip dengan hormon estrogen manusia meskipun kekuatannya jauh lebih lemah. Menurut beberapa artikel, terlalu banyak isoflavon dapat mengganggu endokrin yang mungkin meningkatkan risiko kanker payudara, bahkan mungkin memicu tumor.
Nah, apakah benar mengonsumsi kedelai justru membuat terkena kanker payudara? Dalam sebuah penelitian besar di Asia yang dilansir laman kompas.com, para wanita yang makan banyak kedelai terbukti memiliki risiko rendah kanker payudara. Kedelai bahkan memiliki efek perlindungan dalam menjaga produksi estrogen tetap terkendali. Analisis jurnal PLOS-One dari lebih dari 30 penelitian menunjukkan, asupan kedelai mengurangi risiko kanker payudara untuk wanita pra dan pascamenopause di negara-negara Asia. Penelitian lain menemukan kedelai dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan hipertensi.
Sebenarnya, isoflavon jauh lebih lemah daripada estrogen yang diproduksi dalam tubuh. Jadi, jika zat yang lebih lemah tersebut menggantikan hormon yang lebih kuat dalam sel, zat tersebut dapat menangkal kanker yang membutuhkan sinyal lebih kuat dari estrogen untuk berkembang. “Wanita di dalam penelitian ini adalah vegetarian dengan ekonomi kelas bawah yang mengonsumsi kedelai karena itu adalah protein yang murah,” kata pendiri dan kepala medis BreastCancer.org, Marisa C Weiss. “Tapi kami tahu orang yang makan kedelai sepanjang hidup memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara,” sambungnya.
Sebuah studi dalam Journal of American Medical Association dengan peserta lebih dari 5.000 penderita kanker payudara menemukan, wanita yang makan kedelai paling banyak memiliki tingkat kekambuhan dan kematian terendah selama empat tahun terakhir. Weiss menunjukkan, dalam studi populasi Asia, para wanita banyak mengonsumsi kedelai seperti tahu, kacang edamame, tempe, dan susu kedelai. Ini adalah makanan yang sepenuhnya alami, rendah kolesterol, bebas lemak, diisi dengan protein dan serat.
Studi lain dari Harvard School of Public Health mengungkapkan, wanita yang sering makan daging merah sejak kecil justru memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara saat dewasa. Untuk setiap
porsi daging merah yang mereka makan setiap saat remaja, mereka sudah menyumbang risiko kanker payudara sebanyak 22 persen lebih tinggi. Meski begitu, sebaiknya mengonsumsi kedelai alami bukan
olahan yang sudah menjadi bentuk kemasan.
Berdasarkan makalah dari American Society of Clinical Oncology yang membahas tentang manfaat
kedelai, penulis mengingatkan suplemen dengan isoflavon kedelai harus dihindari karena mengandung isoflavon dosis sangat tinggi yang berbahaya. “Pilihlah makanan asli daripada makanan olahan. Jika ada
burger vegetarian yang terbuat dari edamame bubuk, pilih burger yang terbuat dari kedelai asli,” terang
Weiss.
Selain bermanfaat untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara, kedelai juga kaya asam amino esensial. Melihat deretan gizinya, seperti dilansir laman hellosehat, ia disebut sebagai salah satu sumber protein nabati terbaik. Kedelai juga mengandung semua jenis asam amino esensial yang penting bagi tubuh. Asam amino esensial adalah jenis yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, tapi tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri. Alhasil, memerlukan asupan tambahan dari makanan sehari-hari, seperti kedelai atau makanan olahannya.
Kandungan proteinnya dapat berfungsi sebagai pengganti protein dari sumber hewani, seperti daging sapi, unggas, dan telur. Jadi, kacang kedelai bisa dijadikan alternatif asupan protein yang baik bila ingin mengurangi konsumsi daging. Pilih produk olahan kedelai utuh yang kaya serat dan protein sehingga bisa dicerna perlahan oleh tubuh dan membuat kenyang lebih lama. Mengonsumsi camilan ini 2 jam sebelum makan besar membantu mengurangi asupan karbohidrat berlebih ataupun kalap saat makan.
Kedelai adalah bahan dasar tempe dan tahu. Jadi ia merupakan sumber lemak tak jenuh ganda yang bai untuk jantung serta kesehatan tubuh secara menyeluruh. Selain itu, kandungan protein dan isoflavon dalam kacang ini juga mampu mengurangi kolesterol LDL (kolesterol jahat). Kolesterol yang yang terkontrol dengan baik dapat membantu menurunkan risiko terkena stroke, serangan jantung, dan penyakit jantung lainnya. Untuk mereka yang berusaha menurunkan berat badan, para pakar kesehatan merekomendasikan kedelai sebagai pilihan camilan sehat sehari-hari.
Manfaatnya didapat dari kandungan protein dan seratnya yang tinggi untuk menunda lapar. Di samping itu, kedelai juga memiliki indeks glikemik rendah. Indeks glikemik sendiri merupakan nilai yang menunjukkan seberapa cepat tubuh mengubah karbohidrat menjadi gula darah. Makanan dengan indeks glikemik rendah cenderung lebih lambat dicerna tubuh sehingga tidak membuat cepat lapar. Hal ini tentunya akan sangat membantu mengendalikan hasrat ngemil makanan berkalori tinggi.
Kandungan serat dalam kedelai juga membantu menjaga saluran pencernaan yang sehat, termasuk membantu masalah buang air besar agar lancar dan teratur. Manfaat ini juga didapatkan dari kandungan isoflavone di dalamnya. Isoflavon adalah antioksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan radikal bebas. Selain menangkal radikal bebas, isoflavone dalam kacang ini ternyata juga dapat membantu penyerapan usus, sehingga sistem pencernaan jadi lebih lancar.
Rutin makan kedelai dapat membantu mengurangi risiko terkena sembelit, kanker usus besar, hernia, dan wasir. Namun ingat, jangan lupa untuk mengontrol porsi makan kedelai agar tidak berlebihan. Indeks glikemik rendah dalam kedelai berdampak langsung pada kadar gula darah dalam tubuh. Bagi penderita diabetes, hal ini tentu jadi kabar baik. Ini mengingat orang dengan diabetes bisa dengan leluasa mengonsumsi kacang kedelai tanpa harus khawatir akan mengalami lonjakan kadar gula darah. Tak hanya itu, kandungan serat dalam kedelai juga membantu memperlambat proses penyerapan makanan dalam tubuh. Nah, proses penyerapan yang lambat ini dapat membuat perut kenyang lebih lama.
Kedelai juga membantu mencegah pengeroposan tulang. Pada masa menopause, produksi hormon estrogen dalam tubuh wanita akan menurun drastis. Estrogen berperan penting membentuk dan melindungi tulang yang kuat. Kedelai mengandung isoflovon, yaitu senyawa kimia yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan estrogen. Tak main-main, isoflovon yang terkandung dalam kacang ini dan produk turunannya bahkan diketahui lebih tinggi daripada bahan makanan lainnya.
Jika dikonsumsi secara rutin disertai dengan asupan makanan yang bernutrisi tinggi lainnya, kacang ini efektif membantu menghambat kerusakan tulang untuk mencegah risiko osteoporosis. Kebiasaan rutin mengkonsumsi kedelai berguna pula ketika memasuki masa menopause. Wanita biasanya akan
memunculkan beberapa gejala khas. Salah satunya hot flashes, yaitu sensasi panas dan kegerahan yang sering muncul di malam hari. Hal ini bisa terjadi karena menopause menyebabkan produksi hormon estrogen dalam tubuh menurun drasis. Nah. perubahan hormon inilah yang menyebabkan wanita mengalami ‘kepanasan’ saat menopause.
Kabar baiknya, studi yang diterbitkan pada jurnal Menopause tahun 2012 melaporkan konsumsi makanan yang berasal dari kedelai dapat membantu meringankan gejala-gejala menjelang menopause. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa efektif manfaat kedelai dapat mengatasi hot flashes tersebut. *
1
Komentar