Mertua Mimpi Bertemu Laki-laki Bertopeng
Kasus kelahiran bayi tanpa tempurung kepala kembali terjadi di Buleleng. Kali ini menimpa pasangan suami istri (pasutri) Kadek Artayasa,33, dengan Kade Nita Partini, 27, asal Banjar Dangin Margi, Desa Pemaron, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Mereka memilih melahirkan, Kamis (20/10). Rabu (19/10), Nita datang ke poliklinik bersama suaminya dengan anjuran dokter untuk segera melahirkan bayi kelimanya itu. Saat itu ia pun diberikan pil perangsang untuk melahirkan secara normal. Namun sehari pasca minum pil itu, Nita tidak mengalami tanda-tanda akan melahirkan, dan Kamis (21/10) air ketubannya pecah.
Tim medis akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan operasi caesar, karena bayi malang itu tidak bisa lahir melalui jalur normal. Nita menjalani operasi pada pukul 18.40 Wita, melahirkan bayi laki-laki berat 1,8 kilogram, tanpa tempurung kepala.
Dikonfirmasi terpisah, Dirut RSUD Buleleng dr Gede Wiartana mengatakan, bayi malang tersebut sempat hidup selama tiga jam. Pada pukul 21.55 Wita tidak dapat tertolong lagi dan dinyatakan meninggal. “Karena kondisi bayi sangat kritis. Sebagian besar kalau terjadi kasus-kasus seperti ini sangat kecil harapan bayi dapat bertahan lama,” kata dia. Bayi tersebut sempat diinapkan di Ruang Jenazah RSUD Buleleng, dan langsung dikuburkan pada Jumat (21/10) pukul 05.00 Wita di Setra Desa Pakraman Pemaron.
Menurut Wiartana, kasus bayi tanpa tempurung kepala tersebut sangat erat kaitannya dengan pemenuhan gizi saat ibu hamil. Terutama dalam semester pertama yang memerlukan asupan gizi yang cukup untuk pembentukan organ anggota badan yang sempurna. Kasus serupa juga kerap kali terjadi karena faktor genetik. k23
Tim medis akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan operasi caesar, karena bayi malang itu tidak bisa lahir melalui jalur normal. Nita menjalani operasi pada pukul 18.40 Wita, melahirkan bayi laki-laki berat 1,8 kilogram, tanpa tempurung kepala.
Dikonfirmasi terpisah, Dirut RSUD Buleleng dr Gede Wiartana mengatakan, bayi malang tersebut sempat hidup selama tiga jam. Pada pukul 21.55 Wita tidak dapat tertolong lagi dan dinyatakan meninggal. “Karena kondisi bayi sangat kritis. Sebagian besar kalau terjadi kasus-kasus seperti ini sangat kecil harapan bayi dapat bertahan lama,” kata dia. Bayi tersebut sempat diinapkan di Ruang Jenazah RSUD Buleleng, dan langsung dikuburkan pada Jumat (21/10) pukul 05.00 Wita di Setra Desa Pakraman Pemaron.
Menurut Wiartana, kasus bayi tanpa tempurung kepala tersebut sangat erat kaitannya dengan pemenuhan gizi saat ibu hamil. Terutama dalam semester pertama yang memerlukan asupan gizi yang cukup untuk pembentukan organ anggota badan yang sempurna. Kasus serupa juga kerap kali terjadi karena faktor genetik. k23
1
2
Komentar