Kerap Bikin Onar, Dikurung di Ruang Pengap Dalam Basement Rumah
Sebelum menderita gangguan jiwa sejak 5 tahun lalu, Ketut Sriada yang tamatan D3 Pariwisata sempat menikah dan dikaruniai dua anak. Namun, sang istri minta ceria, lalu memboyong kedua anaknya ke Kupang
Ketika rombongan TPGJM Buleleng datang, Ketut Sriada langsung menghampiri pintu terali besi. Dia pun menyapa dengan ramah petugas yang datang. Ketika ditanya petugas, jawabannya juga masih jernih dan nyambung dengan apa yang ditanyakan. “Tiyang nak beler, sai minum, sangkalange kurunge dini (Saya orangnya bengal, sering minum-minum, makanya dikurung di sini, Red),” tutur Ketut Sriada dengan logat khas Buleleng. Ketut Sriada pun sempat berceloteh seringkali tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena kerap mendengar suara-suara aneh. Bahkan, dia mengaku lihat penampakan wajah-wajah cantik di malam hari.
Sementara, tim medis dari Puskesmas Buleleng yang ikut terjun kemarin, I Wayan Sukarsa, mengatakan Ketut Sriada masih mengalami gangguan kejiwaan. Hal tersebut dilihat dari halunasi suara dan penampakan perempuan cantik yang diceritakannya. Dengan kondisi seperti itu, menurut Sukara, Ketut Sriada dihraapkan segera dirawat untuk proses penyembuhan. “Sekarang tergantung keluarganya, mau atau tidak?” ujar Sukarsa.
Sukarsa mengingatkan, tempat tinggal Ketut Sriada tidak layak dari segi kesehatan. Aksi pengurungan ini pun sudah bisa dikategorikan memasung, karena membatasi ruang gerak dan aktivitas penderita gangguan jiwa. Ke depan, pihaknya mengaharapkan keluarga dapat segera melakukan pengobatan atau Ketut Sriada diserahkan kepada pemerintah untuk mendapat rujukan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
Kepala Dinas Sosial Buleleng, I Gede Komang, yang kemarin ikut terjun ke lokasi, juga mengatakan ruang di mana Ketut Sriada dikurung sangat tidak layak untuk tempat tinggal. Menurut Gede Komang, tempat tersebut sangat tidak layak dari nilai kemanusian. “Tempat tidurnya yang rata dnegan air dan tidak ada alas, itu sudah tidak layak dari sisi kemanusiaan,” tegas Gede Komang. “Kami siap menfasilitasi jika pijal keluarga mengizinkan pemerintah untuk merawat Ketut Sriada,” lanjutnya.
Sementara itu, Kelian Banjar Dinas Bengkel, Desa Alasangker, I Nyoman Pasek, mengungkapkan jauh sebelum dikurung keluarganya di ruangan basment, Ketut Sriada sempat melakukan sejumlah perusakan hingga bikin resah masyarakat sekitar. Bahkan, aksi onar Ketut Sriada pernah dilaporkan ke polisi untuk penanganan. Sampai akhirnya pihak keluarga putuskan untuk kurung Ketut Sriada, sekitar 5 bulan lalu.
Selain itu, kata Nyoman Pasek, Ketut Sriada juga sempat dirujuk keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali di Bangli. Namun, pihak RSJ Bangli dengan cepat memulangkan Ketut Sriada ke Buleleng, karena dianggap tidak mengalami gangguan jiwa. “Soalnya, saat diperiksa penyidik dan diajak berbicara, kadang dia normal, sehingga cepat dipulangkan dari RSJ Bangli,” kenang Nyoman Pasek.
Pasek menyebutkan, pihak keluarga memutuskan untuk mengurung Ketut Sriada, agar yang bersangkutan tidak kembali bikin onar yang meresahkan warga sekitar. “Kami akan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga Ketut Sriada terkait kunjungan yang dilakukan rombongan TPGJM Buleleng ini, untuk dicarikan langkah selanjutnya,” jelas Pasek. k23
Sementara, tim medis dari Puskesmas Buleleng yang ikut terjun kemarin, I Wayan Sukarsa, mengatakan Ketut Sriada masih mengalami gangguan kejiwaan. Hal tersebut dilihat dari halunasi suara dan penampakan perempuan cantik yang diceritakannya. Dengan kondisi seperti itu, menurut Sukara, Ketut Sriada dihraapkan segera dirawat untuk proses penyembuhan. “Sekarang tergantung keluarganya, mau atau tidak?” ujar Sukarsa.
Sukarsa mengingatkan, tempat tinggal Ketut Sriada tidak layak dari segi kesehatan. Aksi pengurungan ini pun sudah bisa dikategorikan memasung, karena membatasi ruang gerak dan aktivitas penderita gangguan jiwa. Ke depan, pihaknya mengaharapkan keluarga dapat segera melakukan pengobatan atau Ketut Sriada diserahkan kepada pemerintah untuk mendapat rujukan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
Kepala Dinas Sosial Buleleng, I Gede Komang, yang kemarin ikut terjun ke lokasi, juga mengatakan ruang di mana Ketut Sriada dikurung sangat tidak layak untuk tempat tinggal. Menurut Gede Komang, tempat tersebut sangat tidak layak dari nilai kemanusian. “Tempat tidurnya yang rata dnegan air dan tidak ada alas, itu sudah tidak layak dari sisi kemanusiaan,” tegas Gede Komang. “Kami siap menfasilitasi jika pijal keluarga mengizinkan pemerintah untuk merawat Ketut Sriada,” lanjutnya.
Sementara itu, Kelian Banjar Dinas Bengkel, Desa Alasangker, I Nyoman Pasek, mengungkapkan jauh sebelum dikurung keluarganya di ruangan basment, Ketut Sriada sempat melakukan sejumlah perusakan hingga bikin resah masyarakat sekitar. Bahkan, aksi onar Ketut Sriada pernah dilaporkan ke polisi untuk penanganan. Sampai akhirnya pihak keluarga putuskan untuk kurung Ketut Sriada, sekitar 5 bulan lalu.
Selain itu, kata Nyoman Pasek, Ketut Sriada juga sempat dirujuk keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali di Bangli. Namun, pihak RSJ Bangli dengan cepat memulangkan Ketut Sriada ke Buleleng, karena dianggap tidak mengalami gangguan jiwa. “Soalnya, saat diperiksa penyidik dan diajak berbicara, kadang dia normal, sehingga cepat dipulangkan dari RSJ Bangli,” kenang Nyoman Pasek.
Pasek menyebutkan, pihak keluarga memutuskan untuk mengurung Ketut Sriada, agar yang bersangkutan tidak kembali bikin onar yang meresahkan warga sekitar. “Kami akan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga Ketut Sriada terkait kunjungan yang dilakukan rombongan TPGJM Buleleng ini, untuk dicarikan langkah selanjutnya,” jelas Pasek. k23
1
2
Komentar