Separuh Lapas Dijadikan Tempat Isolasi
178 Napi Lapas Kerobokan Sudah Swab, 449 Lainnya Menunggu
"Kalau ada yang positif, kita tentu berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan instansi lainnya. Apakah napi itu di tempatkan di Lapas Kerobokan atau di di RS rujukan? Kalau tetap di Lapas, kita sudah punya Lapas yang sudah ada fasilitas isolasinya yaitu di Bangli,"
MANGUPURA, NusaBali
Ledakan kasus Covid-19 di Lapas Kelas IIA, Kerobokan, Kuta Utara, Badung dimana 627 narapidana dinyatakan reaktif usai menjalani Rapid Test direspon cepat. Salah satunya memisahkan napi yang reaktif dan non reaktif.
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Bali, Suprapto mengatakan pemisahan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di Lapas Kerobokan. Karena ada 667 napi lain yang non reaktif. Selain itu, pihaknya juga melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh blok yang ada.
"Tadi kita mulai mendata lagi, napi yang reaktif kita tempatkan di blok berbeda dengan yang non reaktif. Karena jumlahnya cukup banyak, kita bagi dua blok. Separuh yang reaktif dan separuh yang non reaktif. Dengan demikian, kita bisa mencegah penyebaran Covid-19," ungkap Suprapto.
Dia juga menggaris bawahi, meski hasilnya reaktif pada pemeriksaan rapid test, ratusan napi tersebut belum tentu terkena Covid-19. Sehingga, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium oleh Dinas Kesehatan Badung. Pun terkait apakah ada napi yang nantinya positif Covid-19, Suprapto juga mengaku sudah berkoordinasi dengan berbagai instansi termasuk Satgas Covid-19 Provinsi Bali.
"Kalau ada yang positif, kita tentu berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan instansi lainnya. Apakah napi itu di tempatkan di LP Kerobokan atau di rawat di RS rujukan? Itu yang terus kita koordinasikan. Kalau tetap di LP, kita sudah punya LP yang sudah ada fasilitas isolasinya yaitu di Bangli," beber Suprapto didampingi Humas Kanwil, I Putu Surya Darma.
Sembari menunggu hasil pemeriksaan Swab keluar dan Swab lanjutan bagi yang belum, Suprapto mengaku gencar memberi imbauan dan pemahaman kepada napi, utamanya dalam penerapan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak).
Selain itu, pihaknya juga memberikan vitamin kepada seluruh napi untuk meningkatkan imun tubuh. "Terhadap napi yang reaktif ini belum tentu Covid-19. Banyak faktor yang menjadi penyebab mereka reaktif pada rapid test itu, mulai dari kekurangan nutrisi, dehidrasi, karena stres, kurang bergerak/olahraga dan kurang istirahat/tidur. Jadi bisa saja mereka reaktif karena disebabkan faktor itu. Makanya saat ini kita terus melakukan pengawasan dan juga imbauan untuk menjaga imun tubuh mereka," ungkap Suprapto.
Seperti diketahui, sebanyak 1.294 narapidana yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung menjalani rapid test masal yang digelar selama tiga hari (dari tanggal 19 – 21 Oktober). Dari pemeriksaan itu, 627 narapidana dinyatakan reaktif covid-19. Selain narapidana, 36 pegawai juga diperiksa, hasilnya terdapat 6 orang yang dinyatakan reaktif. *dar
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Bali, Suprapto mengatakan pemisahan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di Lapas Kerobokan. Karena ada 667 napi lain yang non reaktif. Selain itu, pihaknya juga melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh blok yang ada.
"Tadi kita mulai mendata lagi, napi yang reaktif kita tempatkan di blok berbeda dengan yang non reaktif. Karena jumlahnya cukup banyak, kita bagi dua blok. Separuh yang reaktif dan separuh yang non reaktif. Dengan demikian, kita bisa mencegah penyebaran Covid-19," ungkap Suprapto.
Dia juga menggaris bawahi, meski hasilnya reaktif pada pemeriksaan rapid test, ratusan napi tersebut belum tentu terkena Covid-19. Sehingga, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium oleh Dinas Kesehatan Badung. Pun terkait apakah ada napi yang nantinya positif Covid-19, Suprapto juga mengaku sudah berkoordinasi dengan berbagai instansi termasuk Satgas Covid-19 Provinsi Bali.
"Kalau ada yang positif, kita tentu berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan instansi lainnya. Apakah napi itu di tempatkan di LP Kerobokan atau di rawat di RS rujukan? Itu yang terus kita koordinasikan. Kalau tetap di LP, kita sudah punya LP yang sudah ada fasilitas isolasinya yaitu di Bangli," beber Suprapto didampingi Humas Kanwil, I Putu Surya Darma.
Sembari menunggu hasil pemeriksaan Swab keluar dan Swab lanjutan bagi yang belum, Suprapto mengaku gencar memberi imbauan dan pemahaman kepada napi, utamanya dalam penerapan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak).
Selain itu, pihaknya juga memberikan vitamin kepada seluruh napi untuk meningkatkan imun tubuh. "Terhadap napi yang reaktif ini belum tentu Covid-19. Banyak faktor yang menjadi penyebab mereka reaktif pada rapid test itu, mulai dari kekurangan nutrisi, dehidrasi, karena stres, kurang bergerak/olahraga dan kurang istirahat/tidur. Jadi bisa saja mereka reaktif karena disebabkan faktor itu. Makanya saat ini kita terus melakukan pengawasan dan juga imbauan untuk menjaga imun tubuh mereka," ungkap Suprapto.
Seperti diketahui, sebanyak 1.294 narapidana yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung menjalani rapid test masal yang digelar selama tiga hari (dari tanggal 19 – 21 Oktober). Dari pemeriksaan itu, 627 narapidana dinyatakan reaktif covid-19. Selain narapidana, 36 pegawai juga diperiksa, hasilnya terdapat 6 orang yang dinyatakan reaktif. *dar
1
Komentar