Di tengah Pandemi, Disabilitas Sensorik Netra Dilatih Pijat Kaki
TABANAN, NusaBali
Di tengah pandemi Covid-19, Dinas Sosial Kabupaten Tabanan menggelar latihan foot massage (pijat kaki) bagi penyandang disabilitas sensorik netra pada Jumat (23/10).
Kegiatan pelatihan ini bertujuan membantu agar para disabilitas memiliki dan menambah keterampilan.
Kepala Dinas Sosial Tabanan I Nyoman Gede Gunawan mengatakan ada 10 orang dari 45 disabilitas sensorik netra di Tabanan yang mengikuti pelatihan terrsebut. “Kegiatan ini kami lakukan untuk bisa meningkatkan kemampuan dan keterampilan para peserta,” ujar Gunawan.
Menurut Gunawan, selama ini para disabilitias sensorik netra ini sudah memiliki keterampilan di bidang massage badan, namun belum untuk pijat kaki. “Nah, sekarang kami ingin memfokuskan mereka latihan pihak di posisi kaki,” tegasnya.
Dia menambahkan anggaran pelatihan bersumber dari APBD Tabanan Rp 6 juta. Selain membantu pelatihan, mereka juga dibantu UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dengan bantuan minyak urut, ember, dan handuk. Mereka dilatih oleh instruktur berpengalaman. Pelatihan hanya sekali dan diharapkan mereka mampu meningkatkan keterampilan hingga penghasilan untuk membantu keluarga. ‘’Jadi penyandang disabilitas ini bukan seorang yang menjadi beban, tetapi mampu menghidupkan keluarga. Kita boleh membedakan mereka dari kemampuan, tetapi jangan bedakan dari ketidakmampuan,” beber Gunawan.
Dia juga berharap kegiatan pelatihan ini terus berlanjut tidak hanya diperuntukkan untuk 10 orang. “Jika ada anggaran, nanti pelatihan ini akan diselenggarakan secara bergantian,” janji Gunawan.
Dewan Pengawas Persatuan Tuna Netra Indonesia (Portuni) Cabang Tabanan I Ketut Sindu Jaya mengatakan, pemilihan 10 peseeta ikut pelatihan ini karena mereka berstatus penderita sensorik netra aktif. Artinya, ketika ada kegiatan selalu respon dan datang ke Dinas Sosial Tabanan. “Yang ikut ini rata-rata sudah berkeluarga usianya 25 tahun ke atas,” ujarnya.
Atas kegiatan pelatihan ini, dia pun berterima kasih kepada Dinas Sosial Tabanan yang sudah ikut peduli memperhatikan para penyandang disabilitas khususnya sensorik netra. Meskipun ditengah pandemi Covid-19 masih tetap melakukan kegiatan. “Mudah-mudahan kegiatan ini terus berlanjut sehingga bisa menambah ilmu bagi mereka (penyandang disabilitas),” tegasnya.
Sindu Jaya mengakui di tengah pandemi Covid-19 ini, pelaku usaha di bidang terapis sangat berdampak. Dimana banyak yang tidak berani mengambil pasien atau pelanggan untuk pijat karena takut terpapar virus Covid-19
Bahkan dari 20 panti pijat di Kabupaten Tabanan ada yang tutup. Bagi panti pijat yang masih dibuka ini harus memilih pelanggan secara selektif. “Yang kita berani ambil yang pasien daerah sendiri, kalau orang luar tidak berani menerima. Jadi selektif kami dalam memilih pasien,” tandas Sindu Jaya. *des
Menurut Gunawan, selama ini para disabilitias sensorik netra ini sudah memiliki keterampilan di bidang massage badan, namun belum untuk pijat kaki. “Nah, sekarang kami ingin memfokuskan mereka latihan pihak di posisi kaki,” tegasnya.
Dia menambahkan anggaran pelatihan bersumber dari APBD Tabanan Rp 6 juta. Selain membantu pelatihan, mereka juga dibantu UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dengan bantuan minyak urut, ember, dan handuk. Mereka dilatih oleh instruktur berpengalaman. Pelatihan hanya sekali dan diharapkan mereka mampu meningkatkan keterampilan hingga penghasilan untuk membantu keluarga. ‘’Jadi penyandang disabilitas ini bukan seorang yang menjadi beban, tetapi mampu menghidupkan keluarga. Kita boleh membedakan mereka dari kemampuan, tetapi jangan bedakan dari ketidakmampuan,” beber Gunawan.
Dia juga berharap kegiatan pelatihan ini terus berlanjut tidak hanya diperuntukkan untuk 10 orang. “Jika ada anggaran, nanti pelatihan ini akan diselenggarakan secara bergantian,” janji Gunawan.
Dewan Pengawas Persatuan Tuna Netra Indonesia (Portuni) Cabang Tabanan I Ketut Sindu Jaya mengatakan, pemilihan 10 peseeta ikut pelatihan ini karena mereka berstatus penderita sensorik netra aktif. Artinya, ketika ada kegiatan selalu respon dan datang ke Dinas Sosial Tabanan. “Yang ikut ini rata-rata sudah berkeluarga usianya 25 tahun ke atas,” ujarnya.
Atas kegiatan pelatihan ini, dia pun berterima kasih kepada Dinas Sosial Tabanan yang sudah ikut peduli memperhatikan para penyandang disabilitas khususnya sensorik netra. Meskipun ditengah pandemi Covid-19 masih tetap melakukan kegiatan. “Mudah-mudahan kegiatan ini terus berlanjut sehingga bisa menambah ilmu bagi mereka (penyandang disabilitas),” tegasnya.
Sindu Jaya mengakui di tengah pandemi Covid-19 ini, pelaku usaha di bidang terapis sangat berdampak. Dimana banyak yang tidak berani mengambil pasien atau pelanggan untuk pijat karena takut terpapar virus Covid-19
Bahkan dari 20 panti pijat di Kabupaten Tabanan ada yang tutup. Bagi panti pijat yang masih dibuka ini harus memilih pelanggan secara selektif. “Yang kita berani ambil yang pasien daerah sendiri, kalau orang luar tidak berani menerima. Jadi selektif kami dalam memilih pasien,” tandas Sindu Jaya. *des
Komentar