Mami Sisca Buka Kelas Belajar Gratis Bahasa Inggris
SINGARAJA, NusaBali
Belajar dari Rumah (BDR) yang diberlakukan untuk seluruh satuan pendidikan tak pelak mendatangkan sejumlah persoalan.
Seperti puluhan anak-anak di Lingkungan Tegal Mawar Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan/Kabupaten Buleleng yang sering kali bingung mencari wifi dan susah memahami pembelajaran melalui daring dan luring yang diberikan sekolahnya. Mereka pun kemudian dirangkul dalam kelas belajar oleh Sisca Sena seorang relawan di kampung setempat.
Kelas belajar memang diinisiasi oleh Sisca Sena yang biasa disapa Mami Sisca sejak awal bulan Oktober lalu. Di bangunan seadanya di pinggir Tukad Buleleng, dia mengajarkan sebanyak 60 anak-anak SD dan SMP di kampungnya Bahasa Inggris sederhana yang mudah dimengerti dan dipahami.
Kegiatan kelas belajar itu terinspirasi saat melihat anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya mengalami kesulitan mencari wifi untuk mengerjakan tugas hingga kegiatan kurang bermanfaat yang dilakukan selama masa pandemi ini. “Awalnya melihat sering ada yang datang minta wifi, ada juga yang menangis karena tak mengerti diajari orangtua dan lihat mereka berlari-larian bermain bertengkar ada yang jatuh menangis tak karuan, sehingga langsung berpikir bagaimana menghandel mereka dengan kegiatan bermanfaat,” jelas Ketua Waria dan Gay Singaraja (Warga’s) ini saat ditemui di ruang kelas belajar yang sebelumnya difungsikan sebagai warung, Kamis (29/10).
Setelah muncul ide, Sisca yang juga relawan HIV/AIDS di Buleleng memaparkan rencananya di depan seluruh warga kampung di Balai Banjar setempat seizin Kepala Lingkungan (kaling) juga tokoh masyarakat. Sisca yang diterima baik oleh warga Tegal Mawar mendapat dukungan penuh, kelas belajar pun dibuka sejak dua pekan yang lalu. Namun karena relawan pengajar masih terbatas dia pun hanya memutuskan untuk mengajar Bahasa Inggris sederhana kepada anak-anak di kampungnya. Sisca yang bukan sarjana Bahasa Inggris mengajarkan bahasa yang sederhana yang diketahui dan dipahaminya secara otodidak. “Bahasa yang diajari ke mereka adalah bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan dipahami. Saya dulu belajarnya otodidak saat lama tinggal di Lovina,” imbuh dia.
Saat ini ada 60 orang anak yang dibagi menjadi lima kelas belajar yang diajarkan bahasa Inggris dalam 2 kali seminggu dari pukul 15.00-19.00 Wita. Puluhan anak yang dibagi menjadi 5 kelas itu diajarkan bergantian. Sisca pun mengajarkan anak-anak di kampungnya dengan caranya sendiri untuk kelas pemula usia 6-8 tahun satu kali pertemuan hanya diajarkan 5 kosa kata saja. “Setiap pertemuan hanya lima kata yang dikenalkan dari penulisan hingga lafalnya, tetapi kalau yang sudah di kelas besar sampai kalimat, minimal untuk yang bahasa sehari-hari dan kata umum mereka tahu,” katanya.
Sisca pun mengaku memilih bahasa Inggris karena merupakan pelajaran penting yang dapat menjadi bekal keterampilan. Harapannya anak kampung yang tergabung dalam kelas belajar itu bisa menyapa wisatawan asing saat bertemu di lingkaran city tour dekat eks Pelabuhan Buleleng. Sejauh ini dia masih mengajarkan sendiri dan berencana akan mencari relawan lain untuk membantunya mengajarkan anak-anak di Tegal Mawar kegiatan bermanfaat pada masa pandemi ini. Di tengah keterbatasan sarana prasarana ruang belajarnya pun tak menghalangi niatnya untuk melakukan kegiatan positif. Bahkan upayanya itu mendapat dukungan sejumlah pejabat publik di Buleleng.
Seorang siswa Putu Savira, 8, mengaku senang. “Senang mami Sisca orangnya baik jadi senang belajarnya. Kangen juga belajar langsung karena sudah lama tidak ke sekolah,” ucap gadis hitam manis itu.
Dwi Handayani, ibu Zivara, yang kebetulan menjemputnya usai belajar mengatakan cukup terbantu dengan kelas belajar yang diinisiasi oleh Sisca Sena meskipun hanya satu mata pelajaran Bahasa Inggris. “Sangat membantu sekali, selama ini anak-anak kan pakai daring semua kadang orangtua seperti saya yang tidak terlalu paham juga kesusahan mengajarnya,” kata Dwi Handayani. *k23
Komentar