Sekar Bumi Pertahankan Stok Bunga
GIANYAR, NusaBali
Pariwisata sebagai sektor unggulan di Bali kini sangat terdampak pandemi Covid-19.
Akomodasi wisata jenis hotel, villa, dan restoran, banyak tutup. Kodisi ini membuat sektor pendukung ikut tiarap. Seperti dirasakan I Ketut Subagia, pemilik Sekar Bumi Tropical and Agritourism, di Banjar/Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar. Kata dia, permintaan bunga segar untuk hiasan hotel/restoran nyaris nol selama pandemi. Subagia pun terpaksa merumahkan sejumlah perangkai bunga yang juga pendekor akomodasi wisata. "Hutan bunga kami agak kurang terawat sejak pandemi. Tapi bahan baku tetap aman, karena tanaman Heliconia ini kuat. Cara membersihkan cukup dipangkas batang yang tua," ungkap Subagia saat memandu 40 peserta Implementasi CHSE (clean, health, safety environment), program We Love Bali Program 11 Trip 5, di kebun organik miliknya, Kamis (29/10). Sembari menunggu kondisi pulih, Subagia kini lebih banyak menanam bibit bunga, salah satunya aneka ragam bunga Krisan.
Sebelum pandemi, papar Subagia, kebutuhan bunga segar untuk hotel, restoran dan even-even di Bali sangat menjanjikan. "Untuk hotel, bunga segar biasanya rutin diganti setiap minggu. Satu hotel bisa meminta belasan rangkaian bunga segar," ungkapnya. Maka sebelum pandemi, Sekar Bumi Tropical and Agritourism sebagai kebun Heliconia terbesar dan terlengkap di Indonesia ini, memanen bunga hampir setiap hari. "Di hotel ganti rangkaian bunbga tiap minggu. Kami punya tim yang berangkat ke sejumlah hotel," jelasnya.
Satu hotel bisa membutuhkan belasan bunga segar. Untuk ditempatkan di restoran, spa, front office, dan tempat strategis lain. "Tim kami yang mengkondiskan penempatan. Pihak hotel tinggal terima beres," ujar Subagia. Agar tidak monoton, setiap minggu disain bunga dikreasikan berbeda. Termasuk tim perangkai bunga, rutin diroling setiap bulan. "Agar tercipta kreasi baru," jelasnya.
Tentang harga, Subagia mengakui sangat vartiatif tergantung kebutuhan. Misalnya, di Taro Bali Adventure, budget Rp 700.000, ada sekitar 14 rangkaian bunga yang rutin dikreasikan, mulai dari terkecil untuk meja hingga dekorasi even. "Spesial disain juga kami kreasikan sesuai permintaan owner atau pemilik hotel dan even. Yang jelas, kami selalu berusaha menampilkan disain yang unik," jelasnya. Kebun bunga ini pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Flower Council (SFC) Summit Indonesia Tahun 2019 yang diikuti para pecinta bunga dari 35 negara.
Dikatakan Subagia, Sekar Bumi tidak hanya menjul bunga, juga pelestarian hutan dan tanaman langka. Hutan Sekar Bumi yang luasnya sekitar 18 hektare ini pula ditumbuhi beragam tanaman buah lokal seperti durian, manggis, kaliasem dan lainnya. Sedangkan jenis Heliconia mencapai ratusan, juga terdapat Antorium, ekor naga, dan jenis lain. Dalam kondisi normal, Sekar Bumi juga melayani aktivitas camping dan out bond. Biasanya, menjelang akhir tahun aktivitas tersebut cukup ramai digelar di camping ground Sekar Bumi. "Kalau normal, bulan ini sedang ramai-ramainya orang datang berlibur dengan camping. Sayangnya, pandemi mengharuskan kami tutup. Selama pandemi tidak ada kegiatan, sehingga rumput pun tidak kami pangkas," kenangnya. Dijelaskan, Sekar Bumi dicetuskan tahun 2003. Berawal dari melihat potensi kebutuhan Bali terhadap bunga potong sangat menjanjikan. "Kebetulan kami ada lahan milik orangtua yang cocok, kami coba memaksimalkan. Karena sebelumnya sempat menanam cengkeh, jeruk, sayuran tapi yang terjadi belum bisa maksimal. Karena jujur aja kami petani sistemnya ikutan-ikutan. Nanam jeruk ya ramai nanam jeruk, kopi ya kopi. Sayur ramai, ikut nanam sayur. Nah, ketika over produksi nilai turun, maka petani rugi," ujarnya. *nvi
Komentar