Kerja Sampingan Jadi Spesialis Angkat Geser Bangunan Suci
I Wayan Suwarda, Satpam Rent Car Asal Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh
Untuk sekali layani pesanan angkat geser bangunan suci seperti palinggih Padmasana dan Bale Kulkul, Wayan Suwarda bisa terima upah Rp 3 juta hingga belasan juta rupiah, tergantung berat ringannya pekerjaan
GIANYAR, NusaBali
Seorang Satpam perusahaan rent car asal warga Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, I Wayan Suwarda, punya pekerjaan sampingan yang terbilang langka. Wayan Suwarda jadi penyedia jasa spesialis angkat dan geser bangunan suci, dengan hasil lumayan besar bahkan bisa mencapai belasan juta rupiah untuk sekali order.
Wayan Suwarda sudah biasa melayani pekerjaan angkat geser bangunan suci di pura-pura, merajan, juga bangunan Bale Piyasan, Palinggih Padma, Gantungan Bungan Kemulan-Taksu, Bale Dangin, hingga Bale Kulkul. Profesi langka tersebut sudah dilakukan Wayan Suwarda selama 20 tahun sejak 2000 lalu, di sela-sela kesibukannya sebagai Satpam.
Saat ditemui NusaBali, Minggu (1/11), Wayan Suwarda bersama 12 rekan kerjanya sedang melakukan pengangkatan dan geser Palinggih Dugul di salah satu vila kawasan Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Suwarda mengaku sudah menggeluti usaha jasa angkat geser bangunan suci sejak tahun 2000. Tapi, saat itu Suwarda hanya sebatas menjadi buruh.
Barulah sekitar tahun 2014, Suwarda nekat mengelola usaha jasa angkat geser ba-ngunan suci ini secara mandiri, dengan melibatkan sejumlah pekerja. Saat ini, Suwarda mempekerjakan 12 orang. Menurut Suwarda, jasa angkat geser bangunan ini sebetulnya hanya pekerjaan sampingan. "Pekerjaan utama saya adalah sebagai Satpam di salah satu perusahaan rent car kawasan Sanur, Denpasar Selatan," ungkap Suwarda.
Suwarda menyebutkan, pekerjaan angkat geser bangunan hanya dilakukan jika tidak sedang tugas di rent car. Namun, pekerjaan sampingannya ini justru lebih menjanjikan ketimbang gajinya sebagai Satpam. "Kalau gaji sebagai Satpam, selalu saya tabung. Sedangkan untuk keperluan dapur, total dari jasa angkat geser bangunan ini," ungkap pria kelahiran Gianyar, 17 Agustus 1975 ini.
Pekerjaan angkat geser bangunan, kata Suwarda, membutuhkan kecermatan dan per-kiraan yang matang, supaya bangunan bagian atas tidak sampai pecah atau rusak. Suwarda sendiri memiliki teknik khusus sebelum mengangkat maupun menggeser, yakni mengikat bangunannya dengan kerangka bambu yang dililit kain.
"Tujuannya, untuk menjaga bentuk bangunan tetap utuh. Kalaupun ada yang pecah, gampang kita perbaiki," jelas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Komang Ariyani ini.
Menurut Suwarda, dirinya juga banyak belajar dari pengalaman. "Biasanya saya cek lokasi dulu sebelum kerja. Kalau sudah oke, saya awali dengan membungkus palinggih. Kemudian, bongkar pondasi sambil pasang dongkrak, baru pasang kayu balok untuk penyangga," katanya.
Selanjutnya, Suwarda bersama rekan kerjanya mulai menggeser bangunan ke tempat yang ditentukan. Kemudian, mereka membuat pondasi dan menyatukannya lagi dengan bangunan yang sempat digeser. "Yang sulit itu jika harus memutar bangunan. Apalagi, jika lebar bangunan lebih dari 2 meter. Kalau hanya menggeser saja, sehari biasanya bisa selesai," papar pria yang menempuh pendidikan terakhir di SMIP Saraswati (tamat 1994) ini.
Suwarda mengatakan, jasa angkat gesder bangunan ini cukup menjanjikan dari sisi penghasilan. Sekali melayani jasa angkat geser bangunan, upahnya berkisar Rp 3 juta hingga belasan juta rupiah, tergantung berat-ringannya pekerjaan.
Hanya saja, di masa pandemi Covid-19, pemasukannya agak seret. Selain ordernya sepi, upah yang diterima untuk sekali memberikan jasa angkat geser bangunan juga anjlok. “Misalnya, kalau semula diupah Rp 3 juta, sekarang turun sampai Rp 2 juta,” papar Suwarda.
Sebelum pandemi Cpovid-19, kata Suwarda, permintaan jasa angkat geser bangunan membludak, bahkan sampai harus antre. "Dalam seminggu, liburnya paling hanya sehari. Tapi, sejak pandemi Covid-19, sudah berbulan-bulan kita libur," terang Suwarda.
Disebutkan, sebelum pandemi, biasanya rekan kerjanya yang rutin melakukan peker-jaan geser angkat bangunan. Sedangkan Suwarda mengkoordinasikan mereka, karena dia harus menjalankan tugas sebagai Satpam.
Menurut Suwarda, dirinya tidak hanya melayani jasa angkat geser bangunan di wilayah Gianyar, namun juga hingga ke luar daerah, seperti Klungkung, Karangasem, dan Tabanan. Untuk promosi, Suwarda lebih mengandalkan media sosial dan cerita dari mulut ke mulut. *nvi
Seorang Satpam perusahaan rent car asal warga Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, I Wayan Suwarda, punya pekerjaan sampingan yang terbilang langka. Wayan Suwarda jadi penyedia jasa spesialis angkat dan geser bangunan suci, dengan hasil lumayan besar bahkan bisa mencapai belasan juta rupiah untuk sekali order.
Wayan Suwarda sudah biasa melayani pekerjaan angkat geser bangunan suci di pura-pura, merajan, juga bangunan Bale Piyasan, Palinggih Padma, Gantungan Bungan Kemulan-Taksu, Bale Dangin, hingga Bale Kulkul. Profesi langka tersebut sudah dilakukan Wayan Suwarda selama 20 tahun sejak 2000 lalu, di sela-sela kesibukannya sebagai Satpam.
Saat ditemui NusaBali, Minggu (1/11), Wayan Suwarda bersama 12 rekan kerjanya sedang melakukan pengangkatan dan geser Palinggih Dugul di salah satu vila kawasan Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Suwarda mengaku sudah menggeluti usaha jasa angkat geser bangunan suci sejak tahun 2000. Tapi, saat itu Suwarda hanya sebatas menjadi buruh.
Barulah sekitar tahun 2014, Suwarda nekat mengelola usaha jasa angkat geser ba-ngunan suci ini secara mandiri, dengan melibatkan sejumlah pekerja. Saat ini, Suwarda mempekerjakan 12 orang. Menurut Suwarda, jasa angkat geser bangunan ini sebetulnya hanya pekerjaan sampingan. "Pekerjaan utama saya adalah sebagai Satpam di salah satu perusahaan rent car kawasan Sanur, Denpasar Selatan," ungkap Suwarda.
Suwarda menyebutkan, pekerjaan angkat geser bangunan hanya dilakukan jika tidak sedang tugas di rent car. Namun, pekerjaan sampingannya ini justru lebih menjanjikan ketimbang gajinya sebagai Satpam. "Kalau gaji sebagai Satpam, selalu saya tabung. Sedangkan untuk keperluan dapur, total dari jasa angkat geser bangunan ini," ungkap pria kelahiran Gianyar, 17 Agustus 1975 ini.
Pekerjaan angkat geser bangunan, kata Suwarda, membutuhkan kecermatan dan per-kiraan yang matang, supaya bangunan bagian atas tidak sampai pecah atau rusak. Suwarda sendiri memiliki teknik khusus sebelum mengangkat maupun menggeser, yakni mengikat bangunannya dengan kerangka bambu yang dililit kain.
"Tujuannya, untuk menjaga bentuk bangunan tetap utuh. Kalaupun ada yang pecah, gampang kita perbaiki," jelas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Komang Ariyani ini.
Menurut Suwarda, dirinya juga banyak belajar dari pengalaman. "Biasanya saya cek lokasi dulu sebelum kerja. Kalau sudah oke, saya awali dengan membungkus palinggih. Kemudian, bongkar pondasi sambil pasang dongkrak, baru pasang kayu balok untuk penyangga," katanya.
Selanjutnya, Suwarda bersama rekan kerjanya mulai menggeser bangunan ke tempat yang ditentukan. Kemudian, mereka membuat pondasi dan menyatukannya lagi dengan bangunan yang sempat digeser. "Yang sulit itu jika harus memutar bangunan. Apalagi, jika lebar bangunan lebih dari 2 meter. Kalau hanya menggeser saja, sehari biasanya bisa selesai," papar pria yang menempuh pendidikan terakhir di SMIP Saraswati (tamat 1994) ini.
Suwarda mengatakan, jasa angkat gesder bangunan ini cukup menjanjikan dari sisi penghasilan. Sekali melayani jasa angkat geser bangunan, upahnya berkisar Rp 3 juta hingga belasan juta rupiah, tergantung berat-ringannya pekerjaan.
Hanya saja, di masa pandemi Covid-19, pemasukannya agak seret. Selain ordernya sepi, upah yang diterima untuk sekali memberikan jasa angkat geser bangunan juga anjlok. “Misalnya, kalau semula diupah Rp 3 juta, sekarang turun sampai Rp 2 juta,” papar Suwarda.
Sebelum pandemi Cpovid-19, kata Suwarda, permintaan jasa angkat geser bangunan membludak, bahkan sampai harus antre. "Dalam seminggu, liburnya paling hanya sehari. Tapi, sejak pandemi Covid-19, sudah berbulan-bulan kita libur," terang Suwarda.
Disebutkan, sebelum pandemi, biasanya rekan kerjanya yang rutin melakukan peker-jaan geser angkat bangunan. Sedangkan Suwarda mengkoordinasikan mereka, karena dia harus menjalankan tugas sebagai Satpam.
Menurut Suwarda, dirinya tidak hanya melayani jasa angkat geser bangunan di wilayah Gianyar, namun juga hingga ke luar daerah, seperti Klungkung, Karangasem, dan Tabanan. Untuk promosi, Suwarda lebih mengandalkan media sosial dan cerita dari mulut ke mulut. *nvi
Komentar