Akan Gunakan Teknologi AI
Pengawasan Hutan Taman Nasional Bali Barat
Teknologi artificial intelligence secara otomatis mendeteksi suara gergaji, tembakan, dan berbagai aktivitas mencurigakan. Juga dapat membedakan suara satwa di kawasan konservasi.
NEGARA, NusaBali
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan menjadikan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) sebagai pilot project pengawasan hutan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Dalam mencanangkan program ini, pihak Kementerian LHK bekerjasama dengan NGO Rainforest Connection yang berkolaborasi dengan perusahaan teknologi Huawei.
Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan, membenarkan adanya rencana pemanfaatan teknologi AI untuk membantu pengawasan hutan. Saat ini, masih dilakukan penjajakan MoU di kementerian untuk menjalankan program yang rencana akan lebih dulu diterapkan di TNBB. “Masih penjajakan MoU. Memang waktu ini sempat ada survei ke TNBB. Tetapi MoU-nya belum. Nanti keputusan ada di kementerian,” ujarnya, Sabtu (7/11).
Ngurah Krisna mengatakan, program pengawasan hutan dengan teknologi AI itu dikenal bernama ‘Smart Forest Guardian’. Teknologi itu bekerja dengan alat pendeteksi suara. Dengan teknologi AI, alat ‘Smart Guardian Forest’ itu secara otomatis bisa mendeteksi suara gergaji, tembakan, dan berbagai aktivitas mencurigakan yang terhubung langsung dengan server induk. Di samping itu, juga dapat secara otomatis membedakan suara satwa di kawasan konservasi.
Sebelumnya, sambung Ngurah Krisna, program ‘Smart Forest Guardian’ juga telah diterapkan di sejumlah hutan tropis di beberapa negara. Seperti di Kosta Rika, Filipina, dan beberapa negara lain. “Tentunya kami di TNBB menyambut baik rencana itu. Apalagi TNBB memiliki satwa endemik jalak Bali. Dengan wilayah yang cuku luas, tentunya kita akan sangat terbantu untuk mendata aktivitas jalak Bali maupun satwa-satwa lainnya,” ucapnya. *ode
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan menjadikan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) sebagai pilot project pengawasan hutan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Dalam mencanangkan program ini, pihak Kementerian LHK bekerjasama dengan NGO Rainforest Connection yang berkolaborasi dengan perusahaan teknologi Huawei.
Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan, membenarkan adanya rencana pemanfaatan teknologi AI untuk membantu pengawasan hutan. Saat ini, masih dilakukan penjajakan MoU di kementerian untuk menjalankan program yang rencana akan lebih dulu diterapkan di TNBB. “Masih penjajakan MoU. Memang waktu ini sempat ada survei ke TNBB. Tetapi MoU-nya belum. Nanti keputusan ada di kementerian,” ujarnya, Sabtu (7/11).
Ngurah Krisna mengatakan, program pengawasan hutan dengan teknologi AI itu dikenal bernama ‘Smart Forest Guardian’. Teknologi itu bekerja dengan alat pendeteksi suara. Dengan teknologi AI, alat ‘Smart Guardian Forest’ itu secara otomatis bisa mendeteksi suara gergaji, tembakan, dan berbagai aktivitas mencurigakan yang terhubung langsung dengan server induk. Di samping itu, juga dapat secara otomatis membedakan suara satwa di kawasan konservasi.
Sebelumnya, sambung Ngurah Krisna, program ‘Smart Forest Guardian’ juga telah diterapkan di sejumlah hutan tropis di beberapa negara. Seperti di Kosta Rika, Filipina, dan beberapa negara lain. “Tentunya kami di TNBB menyambut baik rencana itu. Apalagi TNBB memiliki satwa endemik jalak Bali. Dengan wilayah yang cuku luas, tentunya kita akan sangat terbantu untuk mendata aktivitas jalak Bali maupun satwa-satwa lainnya,” ucapnya. *ode
Komentar