Kala Niskalaning Sekala: Representasikan Kemampuan Melik dalam Film Horror
Film ini menceritakan tentang seorang anak yang memiliki kemampuan batin yang lebih, atau dalam istilah Bali yaitu melik.
GIANYAR, NusaBali.com
Seri terakhir dalam kumpulan film-film pendek pilihan NusaBali Horror Film Festival 2020, datang dari kolaborasi antara pemuda Denpasar dan Gianyar, tepatnya di Desa Saba. Ialah film Kala Niskalaning Sekala produksi Desaba, yang berhasil memasuki beberapa kategori nominasi, seperti Penata Artistik Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemain Terbaik, dan Skenario Terbaik.
Dalam wawancaranya bersama NusaBali pada Jumat (30/10), sutradara film Kala Niskalaning Sekala, I Gusti Lanang Agung Widadharma Putra bersama sang kameramen, Putu Gede Ambara, mengungkapkan sejumlah hal di balik pembuatan film berlatar tempat di Desa Saba ini.
Berlatar tempat di lingkungan sekitar Desa Saba, film ini menceritakan tentang seorang anak yang memiliki kemampuan batin yang lebih, atau dalam istilah Bali yaitu melik. Sutradara yang akrab dengan sapaan Gungwah WP ini ingin menekankan bahwa tidak selamanya, atau tidak semua orang yang melik harus memilih jalan menjadi ‘orang pintar’ ataupun dijauhi masyarakat karena dianggap pertanda buruk.
“Film ini sebenarnya film yang diangkat dari kisah nyata, yang menceritakan seorang anak yang terlahir indigo, melik. Menjawab pertanyaan masyarakat apakah melik ini sebuah kutukan atau sebuah anugerah. Dari judulnya, Kala Niskalaning Sekala. Kala berarti waktu, Niskala adalah maya, Sekala itu nyata. Antara waktu yang maya tetapi nyata,” ungkap Gungwah WP.
Thaly Kasih, pemeran sang anak dalam film ini dan turut memasuki nominasi Pemain Terbaik, merupakan seorang yang tak asing dalam dunia perfilman. Di tahun 2018, dirinya melalui film Sekala Niskala berhasil meraih predikat Pemeran Anak-anak Terbaik Piala Citra 2018. Selain menjadi pemain utama dalam film ini, Thaly Kasih juga menjadi salah satu penata artistik dalam film Kala Niskalaning Sekala.
“Thaly Kasih itu teman deket, dia juga yang menyupport dan memberi pamfletnya (NHFF, red). Untuk pemeran-pemeran yang lain saya mencari, kebetulan di lingkungan ini kan seniman ada banyak, saya cari yang pemain teatrikal,” lanjut sutradara yang juga merupakan penulis naskah dan penata suara Kala Niskalaning Sekala ini.
Unsur mistis memang sangat kental terasa dalam film yang diproduksi sejak bulan Agustus ini. Utamanya di adegan terakhir film saat tokoh utama bermeditasi dan diganggu oleh sekumpulan makhluk. Memang, lokasi syuting adegan terakhir yang bertempat di sebuah hotel yang terbengkalai membawa suasana mistis ini. Meski sudah menghaturkan piuning sebelum melakukan syuting, namun ada gangguan-gangguan yang ditemui oleh tim Desaba. Bahkan, menurut Gungwah WP dan Gede Ambara, ada suatu sosok yang tertangkap dalam adegan-adegan film ini.
Namun secara umum, tim Desaba merasa senang telah berpartisipasi, apalagi dengan masuknya Kala Niskalaning Sekala ke empat kategori nominasi. Padahal, film ini merupakan karya pertama dari Desaba yang juga baru terbentuk. Juga dengan jumlah kru yang terdiri dari 4 orang di luar pemain, film ini berhasil menyuguhkan tampilan visual yang artistik. “Walaupun karya pertama kali, dan pertama terbentuk ini lumayanlah memasuki empat kategori,” kesan Gungwah WP, diamini oleh Putu Gede Ambara.*cr74
1
Komentar