Dua Perwakilan Bali Masuk 15 Besar Peserta Terbaik
JAKARTA, NusaBali
Dua peserta dari daerah pemilihan Bali dalam Parlemen Remaja 2020, Ida Ayu Kadek Prabayanti (Dayu) dan Kadek Januarta masuk 15 besar peserta terbaik.
Mereka merasa senang bisa tembus 15 besar. Lantaran tidak mudah untuk menjadi peserta Parlemen Remaja. Dimana mereka menyisihkan sekitar 6 ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia.
"Agenda hari terakhir Parlemen Remaja adalah simulasi sidang paripurna. Lalu penutupan dan pengumuman peserta terbaik secara virtual. Awalnya disebutkan 15 besar. Nama saya disebut paling awal, tetapi saat pengumuman lima besar saya tidak masuk," ujar Dayu usai acara kepada NusaBali, Jumat (6/11).
Para peserta terbaik dinilai berdasarkan subtansi yang disampaikan selama Parlemen Remaja berlangsung, apakah berbobot atau tidak. "Jadi tidak sekedar aktif saja, karena ada pula yang aktif tapi tidak masuk kategori peserta terbaik," terang Dayu.
Pelajar kelas 12 SMAN 1 Singaraja ini menuturkan, meski tidak terpilih sebagai lima besar peserta terbaik, dirinya sudah merasa senang dan bangga dapat berkiprah dalam Parlemen Remaja mengingat untuk menjadi peserta tidak mudah. Dayu pun mengaku, pengalamannya bertambah dengan mengikuti Parlemen Remaja.
Khususnya mengenai tata cara Rapat Kerja (Raker), Rapat Dengar Pendapat Umum maupun tentang Sidang Paripurna. Terkait Sidang Paripurna yang berlangsung Jumat (6/11), Dayu mengatakan, sidang membahas mengenai pasal 59 RUU Kekarantinaan Kesehatan yang belum rampung dibahas dalam simulasi Raker Komisi IX DPR RI karena masih ada perbedaan antar fraksi.
Pasal 59 berisikan tentang pemenuhan kebutuhan hidup dasar hewan ternak. "Akhirnya di lakukan voting di Sidang Paripurna sehingga berubah menjadi pemenuhan hidup dasar manusia merupakan kewenangan dari pemerintah daerah dan pusat," jelas Dayu. Saat simulasi Sidang Paripurna, Dayu sempat ingin memyampaikan pendapat lagi.
"Namun saya tidak diberi kesempatan oleh pimpinan sidang," kata Dayu. Kini Parlemen Remaja telah usai, Dayu kembali menempuh pendidikan di SMAN 1 Singaraja secara virtual kembali. Hal sama diutarakan Kadek Januarta. Setelah Parlemen Remaja, dia fokus belajar lagi di SMAN 4 Denpasar.
Terkait dirinya yang hanya masuk 15 besar peserta terbaik, Januarta mengaku tidak kecewa. Terlebih dia sudah berusaha maximal. Januarta menilai, predikat peserta terbaik hanya bonus saja. Yang terpenting baginya adalah rasa kebersamaan ketika mengikuti Parlemen Remaja.
"Saya sama sekali tidak kecewa saya tidak masuk lima besar, karena sejak awal saya berpikir sudah menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Apalagi pendaftar dari seluruh Indonesia ada 6 ribuan dan yang tersaring 134 orang," papar Januarta.
Mereka semua, lanjut Januarta, beraneka ragam. Namun bisa menjadi satu sebagai peserta Parlemen Remaja. Anak kedua dari dua bersaudara ini menuturkan, mengikuti Parlemen Remaja merupakan kesempatan yang luar biasa. Januarta pun banyak memetik pengalaman darisana.
"Tidak terasa 5 hari penyelenggaraan Parlemen Remaja sudah berakhir. Dulu untuk persiapan, saya harus rapat lewat zoom bersama anggota fraksi lain meski hari sudah malam. Selain itu harus jaga fisik dan kesehatan. Itu merupakan pengalaman tidak terlupakan," imbuh Januarta. *k22
"Agenda hari terakhir Parlemen Remaja adalah simulasi sidang paripurna. Lalu penutupan dan pengumuman peserta terbaik secara virtual. Awalnya disebutkan 15 besar. Nama saya disebut paling awal, tetapi saat pengumuman lima besar saya tidak masuk," ujar Dayu usai acara kepada NusaBali, Jumat (6/11).
Para peserta terbaik dinilai berdasarkan subtansi yang disampaikan selama Parlemen Remaja berlangsung, apakah berbobot atau tidak. "Jadi tidak sekedar aktif saja, karena ada pula yang aktif tapi tidak masuk kategori peserta terbaik," terang Dayu.
Pelajar kelas 12 SMAN 1 Singaraja ini menuturkan, meski tidak terpilih sebagai lima besar peserta terbaik, dirinya sudah merasa senang dan bangga dapat berkiprah dalam Parlemen Remaja mengingat untuk menjadi peserta tidak mudah. Dayu pun mengaku, pengalamannya bertambah dengan mengikuti Parlemen Remaja.
Khususnya mengenai tata cara Rapat Kerja (Raker), Rapat Dengar Pendapat Umum maupun tentang Sidang Paripurna. Terkait Sidang Paripurna yang berlangsung Jumat (6/11), Dayu mengatakan, sidang membahas mengenai pasal 59 RUU Kekarantinaan Kesehatan yang belum rampung dibahas dalam simulasi Raker Komisi IX DPR RI karena masih ada perbedaan antar fraksi.
Pasal 59 berisikan tentang pemenuhan kebutuhan hidup dasar hewan ternak. "Akhirnya di lakukan voting di Sidang Paripurna sehingga berubah menjadi pemenuhan hidup dasar manusia merupakan kewenangan dari pemerintah daerah dan pusat," jelas Dayu. Saat simulasi Sidang Paripurna, Dayu sempat ingin memyampaikan pendapat lagi.
"Namun saya tidak diberi kesempatan oleh pimpinan sidang," kata Dayu. Kini Parlemen Remaja telah usai, Dayu kembali menempuh pendidikan di SMAN 1 Singaraja secara virtual kembali. Hal sama diutarakan Kadek Januarta. Setelah Parlemen Remaja, dia fokus belajar lagi di SMAN 4 Denpasar.
Terkait dirinya yang hanya masuk 15 besar peserta terbaik, Januarta mengaku tidak kecewa. Terlebih dia sudah berusaha maximal. Januarta menilai, predikat peserta terbaik hanya bonus saja. Yang terpenting baginya adalah rasa kebersamaan ketika mengikuti Parlemen Remaja.
"Saya sama sekali tidak kecewa saya tidak masuk lima besar, karena sejak awal saya berpikir sudah menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Apalagi pendaftar dari seluruh Indonesia ada 6 ribuan dan yang tersaring 134 orang," papar Januarta.
Mereka semua, lanjut Januarta, beraneka ragam. Namun bisa menjadi satu sebagai peserta Parlemen Remaja. Anak kedua dari dua bersaudara ini menuturkan, mengikuti Parlemen Remaja merupakan kesempatan yang luar biasa. Januarta pun banyak memetik pengalaman darisana.
"Tidak terasa 5 hari penyelenggaraan Parlemen Remaja sudah berakhir. Dulu untuk persiapan, saya harus rapat lewat zoom bersama anggota fraksi lain meski hari sudah malam. Selain itu harus jaga fisik dan kesehatan. Itu merupakan pengalaman tidak terlupakan," imbuh Januarta. *k22
1
Komentar